Sabtu, 14 Maret 2015

Alasan Logis Berhijab

Berikut ini, alasan dan logika sederhana mengapa kita harus berhijab.

1.Yang namanya kewajiban, berarti dosa bila tidak dilakukan. tegas. Tidak bisa ditawar.

2.Yang namanya kewajiban, harus dilaksanakan kapan pun waktunya. Sekarang atau 5 tahun lagi, dst. Sementara kalaupun menunda, namun kalkulasi dosa tetap berjalan seperti argo taksi yang masih melaju.

3.Kalau berlindung dibalik kata “proses”, memang semua orang juga mengalami proses. Yang membedakan adalah target pribadi masing-masing dalam menentukan berapa lama kita ingin lulus dari satu proses ke proses selanjutnya. Apa kita masih jalan di tempat dengan tahap yang sama? Atau malah mengalami degradasi? Pastikan proses itu ada progress-nya.

4.Kalau bilang karena tidak tahu ilmunya, maka tugas kitalah untuk mencari tahu. Bukankah kita memang wajib pula mencari ilmu? Apalagi bagi orang yang sudah tahu, namun enggan melaksanakan. Terbayangkah balasan dari Allah saat kita hanya beralasan “tidak tahu” (atau menyengaja tidak mau tahu) atas setiap kekhilafan kita.

5.Selalu ada kebaikan dan kebermanfaatan dibalik suatu syariat. Sebab, Islam adalah agama yang antisipatif  dan adaptif.Membuahkan keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Se-briliant-nya manusia merangkai pembenaran, maka tetap aturan Allah yang menjawab segala permasalahan. Allah yang menciptakan kita, Allah yang lebih tahu segala yang terbaik untuk hamba-Nya.

6.Kalau alasannya karena belum siap, maka apa indikasi belum siap itu? Apakah bilang “belum siap” seraya memang dalam tahap mempersiapkan? Atau ternyata memang hanya diam saja? Terdiam sambil menunggu hidayah datang? Hidayah itu harus diupayakan, Sobat…

7.Kalau alasannya ingin memperbaiki akhlak dulu, maka sampai kapanpun seorang perempuan tidak akan pernah mengenakan jilbab. Mengapa? Sebab perbaikan akhlak adalah tugas sepanjang usia kita. Menutup aurat adalah perkara keimanan, layaknya iman kita pada wajibnya menegakkan shalat 5 waktu. Justru jilbablah yang akan menjadi frame kita dalam berakhlak.

8.Jilbab bukan hanya sekedar “performa”, namun jilbab adalah identitas seorang mukmin (muslim yang beriman). Maka yang merasa terpanggil untuk mengamalkan adalah mereka yang imannya tergerak.

9.Bila kita merasa seorang muslim, maka otomatis sudah “rela” menerima konsekuensi. Bila kita merasa seorang muslim, maka kita adalah duta dari Islam. Kita adalah representasi dari kelompok besar yang kita ikuti, termasuk dalam ber-Islam. Dengan demikian, inshaa Allah setiap kita sadar akan tanggungjawab menjadi seorang muslim, termasuk sebisa mungkin tidak akan mencoreng nama Islam. Kecuali kalau kita merasa tidak sadar bahwa kita adalah umat Islam. Inshaa Allah tidak ada lagi istilah STMJ (Shalat terus, Maksiat jalan), termasuk kasus wanita berkerudung tapi merokok, tapi pacaran, tapi senangclubbing, dsb.

10.Yang pasti, melakukan sesuatu harus disertai dengan kepahaman. Mencari ilmu yang benar. Mengetahui dasar dan sumber dari amalan yang kita lakukan. Ilmu lah yang akan membuat kita bisa konsisten (istiqamah). Senantiasa berdoa kepada Allah agar kita selalu ditetapkan pada jalan yang Dia ridhai.

11.Tidak lupa, untuk saling mengingatkan dan mendo’akan saudara-saudari kita. Karena setiap muslim adalah dai, tanpa kecuali. Memiliki “tugas” untuk saling menyeru ke jalan Allah. Amal ma’ruf nahi munkar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar