Sabtu, 21 Desember 2019

Ternyata Asal Muasal Pancasila Adalah Syahadat dan Rukun Islam

Ternyata Asal Muasal Pancasila Adalah Syahadat dan Rukun Islam



Pada catatan sejarah, Lambang Garuda Pancasila didesain oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh presiden Soekarno.
Lambang Kerajaan Samudera Pasai berisi KALIMAT TAUHID dan RUKUN ISLAM.
Kepala burung bermakna Basmallah, sayap dan kakinya merupakan ucapan dua kalimat Syahadat. Badan burung itu merupakan Rukun Islam.

Tahukah Anda jauh-jauh hari sebelum lambang itu dipakai sebagai lambang Negara Republik Indonesia, lambang tersebut sudah lebih dahulu digunakan sebagai lambang Kerajaan Samudera Pasai?

Seperti yang kita ketahui, bahwa Kerajaan Samudera Pasai adalah sebuah kerajaan Islam pertama di Indonesia yang didirikan oleh Sultan Malikussaleh (Meurah Silu) pada abad ke 13 atau pada tahun 1267.

Pancasila Adalah Syahadat dan Rukun Islam!
Samudera Pasai pada saat itu dikenal sebagai pusat studi Islam di kawasan Asia Tenggara, hal ini dikemukakan oleh seorang petualang bernama Ibnu Battutah dalam bukunya Tuhfat al-Nazha.

Lambang kerajaan Islam Samudera Pasai ini dirancang oleh seorang Sultan Samudera Pasai yaitu Sultan Zainal Abidin. Lambang burung tersebut memiliki makna yaitu SYIAR ISLAM YANG KUAT.

R Indra S Attahashi menjelaskan bahwa lambang negara Samudera Pasai berisi kalimat Tauhid dan Rukun Islam.

Rinciannya, kepala burung itu bermakna Basmallah, sayap dan kakinya merupakan ucapan dua kalimat Syahadat. Terakhir, badan burung itu merupakan Rukun Islam.

Indra melanjutkan penjelasannya bahwa lambang itu disalin ulang oleh Teuku Raja Muluk Attahashi bin Teuku Cik Ismail Siddik Attahashi yang merupakan Sultan Muda Aceh yang diangkat pasca peristiwa Perang Cumbok pada 1945. Pada saat itu di Aceh Tamiang ada kerajaan sendiri bernama Kerajaan Sungai Iyu.

Indra menjelaskan, lambang Kerajaan Samudera Pasai itu sudah ada dalam silsilah keluarganya lebih dari 100 tahun lalu.
Dari kakek atau nenek, lambang itu diwariskan dari generasi ke generasi yang selalu dikisahkan bahwa itu lambang Kerajaan Samudera Pasai.

Lambang itu dilukis oleh Teuku Raja Muluk Attahashi, keturunan dari panglima Turki Utsmani yang ke Aceh ketika Sultan Iskandar Muda menghadapi Portugis, pimpinan dari Panglima Tujuh Syarif Attahashi.

Lambang Garuda Pancasila ini ternyata terinspirasi dari lambang kerajaan Samudera Pasai, namun terlepas dari itu semua sejarawan LIPI, Aswi Warman Adam menegaskan kalau klaim itu menunjukkan kecintaan bangsa Indonesia.

Kamis, 19 Desember 2019

Di Akhir Zaman, Dianggap Lemah Jika Menolak Perbuatan Dosa 

Di Akhir Zaman, Dianggap Lemah Jika Menolak Perbuatan Dosa

Nabi ﷺ sudah memperingatkan dan menasihati agar orang yang menemui zaman itu untuk memilih dianggap lemah dan menjauhi perbuatan dosa.

Pada akhir zaman kelak, seseorang dituntut untuk memilih. Memilih antara melakukan perbuatan dosa atau dikatakan sebagai orang yang lemah, kolot dan anti kemajuan. Ketika berada di zaman itu, Rasulullah ﷺ menganjurkan kepada kita untuk memilih menjadi orang disebut kolot, lemah atau anti kemajuan tersebut.

KITA tahu apa saja yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Kita juga tahu apa-sapa saja yang dilarang. Itu semua dalam kita temukan dalam Al-Quran dan sunnah Rasul. Dan jika kita melakukan perbuatan yang dilarang, maka dihukumi sebagai pendosa. Apakah Anda mau memiliki nasih demikian? Tentu tidak bukan.

Lain halnya menjelang akhir zaman kelak. Salah satu tanda-tanda kiamat yang sudah diwartakan oleh Rasulullah ﷺ adalah nanti di akhir zaman seseorang akan diminta untuk memilih antara perbuatan dosa atau meninggalkannya. Namun, memiliki konsekunsi jika meninggalkannya, ia akan disebut lemah, kolot dan sebutan-sebutan anti kemajuan lainnya dalam persepsi para pendosa itu.

Nabi ﷺ sudah memperingatkan dan menasihati agar orang yang menemui zaman itu untuk memilih dianggap lemah dan menjauhi perbuatan dosa.

Abu Hurairah RA meriwayatkan, bahwa Rasulullah ﷺ, “Nanti akan tiba satu zaman yang ketika itu seseorang diberi pilihan untuk memilih antara dikatakan lemah dan berbuat dosa, barangsiapa mendapatkan zaman itu, hendaknya ia lebih memilih dikatakan lemah daripada melakukan perbuatan dosa.”

Tanda ini sudah muncul pada zaman sekarang. Contohnya, seorang wanita berhijab dituduh sebagai seseorang yang kolot dan ketinggalan zaman. Atau orang yang tidak mau berinvestasi dalam sistem riba, atau memberi suap, atau menyaksikan acara-acara TV yang merusak, akan dikatakan sebagai orang kolot dan anti kemajuan. Sehingga, orang pun disuruh memilih antara melakukan perbuatan dosa dan maksiat, atau dikatakan sebagai orang yang lemah dan kolot. []