Sabtu, 28 Februari 2015

Rahasia Shalat Dhuha

ALLAH SWT dalam beberapa ayat bersumpah dengan waktu Dhuha. Dalam pembukaan surat As-Syams, Allah berfirman, “Demi matahari dan demi waktu Dhuha.” Bahkan, ada surat khusus di Alquran dengan nama Addhuha.

Pada pembukaannya, Allah berfirman, “Demi waktu Dhuha.” Imam Arrazi menerangkan bahwa Allah SWT setiap bersumpah dengan sesuatu, itu menunjukkan hal yang agung dan besar manfaatnya. Bila Allah bersumpah dengan waktu Dhuha, berarti waktu Dhuha adalah waktu yang sangat penting. Benar, waktu Dhuha adalah waktu yang sangat penting. Di antara doa Rasulullah SAW: Allahumma baarik ummatii fii bukuurihaa. Artinya, “Ya Allah berilah keberkahan kepada umatku di waktu pagi.”

Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang aktif dan bangun di waktu pagi (waktu Subuh dan Dhuha) untuk beribadah kepada Allah dan mencari nafkah yang halal, ia akan mendapatkan keberkahan. Sebaliknya, mereka yang terlena dalam mimpi-mimpi dan tidak sempat shalat Subuh pada waktunya, ia tidak kebagian keberkahan itu.

Abu Dzar meriwayatkan sebuah hadits. Rasulullah SAW bersabda, “Bagi tiap-tiap ruas anggota tubuh kalian hendaklah dikeluarkan sedekah baginya setiap pagi. Satu kali membaca tasbih (subhanallah) adalah sedekah, satu kali membaca tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, satu kali membaca takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, menyuruh berbuat baik adalah sedekah, dan mencegah kemunkaran adalah sedekah. Dan, semua itu bisa diganti dengan dua rakaat shalat Dhuha,” (HR Muslim).

Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah SAW selalu melaksanakan shalat Dhuha empat rakaat. Dalam riwayat Ummu Hani, “Kadang Rasulullah SAW melaksanakan shalat Dhuha sampai delapan rakaat,” (HR Muslim). Imam Attirmidzi dan Imam Atthabrani meriwayatkan sebuah hadis yang menjelaskan bahwa bila seseorang melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu ia berdiam di tempat shalatnya sampai tiba waktu Dhuha, kemudian ia melaksanakan shalat Dhuha, ia akan mendapatkan pahala seperti naik haji dan umrah diterima. Para ulama hadis merekomendasikan hadis ini kedudukannya hasan.

Jelaslah bahwa shalat Dhuha sangat penting bagi orang beriman. Penting bukan karena seperti yang banyak dipersepsikan bahwa shalat Dhuha ada hubungannya dengan mencari rezeki, melainkan ia penting karena sumpah Allah SWT dalam Al-Quran. Maka, sungguh bahagia orang-orang beriman yang memulai waktu paginya dengan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu dilanjutkan dengan shalat Dhuha.

Jumat, 27 Februari 2015

LEBIH RENDAH DARI BANGKAI KAMBING

Dunia adalah ujian bagi orang-orang yang beriman. Siapa yang pandai menyiasati dan memanfaatkannya untuk kepentingan akhirat, baginya kebahagiaan dan keselamatan. Namun, siapa yang terbuai, memburu dan menumpuknya dengan serakah, baginya kerugian dan siksa nan abadi di akhirat.

Dunia adalah penjara bagi orang beriman, dan surga bagi orang-orang kafir. Orang beriman melihat dunia sebagai sesuatu yang remeh dan tidak ada manfaatnya ketika hanya ditumpuk untuk kesenangan pribadi. Sedangkan bagi orang kafir, dunia adalah segalanya, harta adalah tujuan, dan kemewahan adalah kelebihan di antara mereka.

Dunia adalah perhiasan. Siapa yang tak kenal Allah Ta’ala, maka ia tak akan mengenal keaslian dunia; ia akan tertipu, terbuai dan terjerumus dalam nestapanya dunia.

Dunia, oleh Nabi diibaratkan sebagai sesuatu yang menjijikkan.

Seperti riwayat oleh Imam Muslim, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melewati sebuah pasar. Di tengah perjalanan, ada orang yang berkerumun. Nabi pun berhenti, ternyata di sana ada bangkai kambing usia satu tahun yang terputus telinganya.

Nabi pun memungut telinga kambing tersebut. Beliau menawarkan, “Siapa di antara kalian yang mencintai ini untuk ditukar dengan dirham?” Secara serentak, sahabat menjawab, “Kami sama sekali tidak menyukainya. Apa yang bisa kami manfaatkan darinya?”

Seperti meningkatkan tawaran, Nabi menyampaikan, “Apakah kalian suka jika ini diberikan untukmu?”

“Demi Allah,” jawab mereka, “jika seandainya dia hidup pun, kami tidak begitu mengharapkannya.” Sebabnya, kambing itu tak punyai telinga sehingga harganya murah. Apalagi ketika ia mati? Tentu tak ada nilainya sedikit pun.

Kemudian, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun menerangkan, “Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah di sisi Allah dari hal ini (bangkai kambing) di sisi kalian.”

Dari jalur lain sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim, akhirat adalah samudera dan dunia adalah apa yang tersisa dari jari seseorang yang dicelupkan ke dalam samudera itu setelah ia mengangkatnya. Sungguh, tak ada sisa dan nilainya melainkan setetes saja.

Ironisnya, meski seburuk ini, banyak orang yang amat mengharapkan dunia, menumpuknya dan bermegah-megahan dengannya. Padahal, semua yang dimiliki, meski satu rupiah, akan dimintai pertanggung jawaban tentang dari mana sumbernya dan bagaimana pemanfaatannya.

Karenanya, orang beriman yang memahami hal ini akan bersikap dengan bijak. Ia memanfaatkan dunia untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya bekal untuk akhirat dengan beramal shaleh sebaik-baiknya.

Kamis, 26 Februari 2015

Tips Bersihkan Paru-paru Hanya dalam Waktu 72 jam

Paru-paru merupakan salah satu organ penting pada tubuh yang berfungsi sebagai alat pernafasan. Paru-paru terletak di bawah tulang rusuk yang memiliki tugas yang sangat berat, apabila yang dihirup adalah udara kotor yang mengandung polutan maka paru-paru akan menjadi kotor.

Paru-paru kotor merupakan salah satu penyebab dari timbulnya berbagai macam penyakit, salah satunya adalah kanker paru-paru. Saat ini, penyebab terbesar kanker paru-paru adalah rokok. Rokok bersifat candu,  jika seseorang sudah kecanduan rokok maka aktifitas merokok akan menjadi kebutuhan rutin. Selain rokok, tentu masih banyak penyebab lain yang bisa menjadikan paru-paru anda menjadi kotor termasuk diantaranya polusi udara yang dihasilkan dari mesin kendaraan.

Bagaimana cara membersihkan dan memurnikan kembali paru-paru? Berikut ini beberapa tips untuk memurnikan paru-paru Anda yang bisa anda coba hanya dalam waktu 72 jam:

Pertama-tama, jauhi semua produk makanan yang mengandung susu dari menu harian anda. Hal ini diperlukan untuk memperlancar proses pembersihan toxin dari dalam tubuh selama menjalani tips ini.

Pada hari pertama, minum secangkir teh herbal atau teh hijau sebelum tidur. Ini akan melepaskan semua racun yang terkandung di usus. Tapi, tolong diingat, selama menjalani proses pemurnian paru-paru, Anda tidak boleh melakukan pekerjaan berat, dan jangan membebani paru-paru anda denga aktifitas menahan nafas berlama-lama atau meniup balon hingga merasa kelelahan.


Pagi hari sebelum sarapan, minumlah 300 ml air perasan lemon yang dicampur dengan sedikit air. Jika Anda tidak menyukai rasa lemon, anda bisa menggantinya dengan jus nanas. Kedua buah ini mengandung antioksidan alami yang meningkatkan sistem pernapasan.

Minum 300 ml jus wortel antara sarapan dan makan siang. Jus ini akan membantu meningkatkan pH darah Anda selama 72 jam pembersihan.

Setelah makan siang minum 400 ml jus buah yang mengandung banyak kalium. Buah yang kaya akan kalium diantaranya: kurma, alpukat, pepaya, pisang, dan apricot. Kalium bertindak sebagai tonik pembersih yang besar pengaruhnya.

Malam harinya, minum 400 ml jus cranberry sebelum tidur, yang akan membantu Anda dalam memerangi bakteri yang dapat menyebabkan infeksi di paru-paru selama anda tidur.

Aktifitas pemurnian paru-paru ini bisa anda mulai dari pagi hari dengan mengikuti rutinitas yang disebutkan di atas. Lakukan minimal selama selama 3 hari atau 72 jam dan rasakan hasilnya. Semoga bermanfaat.

Fenomena memakai Akik, ikut Sunnah atau untuk menyombongkan diri ?

ADA fenomena yang cukup menyita perhatian akhir-akhir ini. Bagaimana tidak mengerutkan kening jika sebagian masyarakat kita sekarang begitu menggandrungi batu akik—mulai dari harga puluhan ribu sampai jutaan. Bahkan ada juga yang harganya melampui emas.

Ada yang mengklaim mengikuti sunnah Rasul. Ada pula yang ikut tren saja. Bagaimana soal batu akik ini dalam Islam?
Menurut sebuah hadist riwayat Imam Muslim, Rasulullah Shallahu alaihi wa salam memang memakai cincin. Vincin Rasulullah saw itu terbuat dari perak dan batu mata cincinya berasal dari negeri Habasyi.

عن أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ خَاتَمُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ وَرِقٍ وَكَانَ فَصُّهُ حَبَشِيًّا -رواه مسلم

“Dari Anas bin Malik ra ia berkata, bahwa cincin Rasulullah saw itu terbuat dari perak dan mata cincinya itu mata cincin Habasyi,” (H.R. Muslim).

Dikutip dari nu.or.id, menurut Imam Nawawi, para ulama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan, “mata cincinya itu mata cincin Habasyi” adalah batu yang berasal dari Habasyi. Artinya batu mata cincinya itu dari jenis batu merjan atau akik karena dihasilkan dari pertambangan batu di Habsyi dan Yaman. Pendapat lain mengatakan bahwa batu mata cincinya berwarna seperti warna kulit orang Habasyi, yaitu hitam.

Sedangkan dalam Shahih al-Bukhari terdapat riwayat dari Hamin dari Anas bin Malik yang menyatakan mata cincinya itu terbuat dari perak. Dalam pandangan Ibnu ‘Abd al-Barr ini adalah yang paling sahih.

Dari sinilah kemudian lahir pendapat lain yang mencoba untuk mempertemukan riwayat Imam Muslim dan Imam Bukhari. Menurut pendapat ini, baik riwayat yang terdapat dalam Shahih Muslim maupun Shahih al-Bukhari adalah sama-sama sahihnya. Maka menurut pendapat ini Rasulullah saw pada suatu waktu memakai cincin yang matanya terbuat dari perak, dan pada waktu lain memakai cincin yang matanya dari batu yang berasal dari Habsyi. Bahkan dalam riwayat lain menyatakan bahwa batu mata cincin beliau itu dari batu akik.

وَكَانَ فَصُّهُ حَبَشِيًّا ) قَالَ الْعُلَمَاءُ يَعْنِى حَجَرًا حَبَشِيًّا أَىْ فَصًّا مِنْ جَزْعٍ أَوْ عَقِيقٍ فَإِنَّ مَعْدِنَهُمَا بِالْحَبَشَةِ وَالْيَمَنِ وِقِيلَ لَوْنُهُ حَبَشِىٌّ أَىْ أَسْوَدُ وَجَاءَ فِى صَحِيحِ الْبُخَارِيِّ مِنْ رِوَايَةِ حَمِيدٍ عَنْ أَنَسٍ أَيْضًا فَصُّهُ مِنْهُ قَالَ بْنُ عَبْدِ الْبَرِّ هَذَا أَصَحُّ وَقَالَ غَيْرُهُ كِلَاهُمَا صَحِيحٌ وَكَانَ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى وَقْتٍ خَاتَمٌ فَصُّهُ مِنْهُ وَفِى وَقْتٍ خَاتَمٌ فَصُّهُ حَبَشِىٌّ وَفِى حَدِيثٍ آخَرَ فَصُّهُ مِنْ عَقِيقٍ

“(Dan mata cincinnya itu mata cincin Habasyi). Para ulama berkata maksudnya adalah batu Habasyi yaitu batu mata cincin dari jenis batu merjan atau akik. Karena keduanya dihasilkan dari penambangan batu yang ada Habsyi dan Yaman. Dan dikatakan (dalam pendapat lain) warnanya itu seperti kulit orang Habasyi yaitu hitam. Begitu juga terdapat dalam Shahih al-Bukhari riwayat dari Hamid dan Anas bin Malik yang menyatakan bahwa mata cincinya itu dari perak. Menurut Ibnu Abd al-Barr ini adalah yang paling sahih. Sedangkan ulama lainnya mengatakan bahwa keduanya adalah sahih, dan Rasulullah saw pada suatu kesempatan memakai cincin yang matanya dari perak dan pada waktu lain memakain cincin yang matanya dari batu Habasyi. Sedang dalam riwayat lain dari akik,” (Muhyiddin Syarf an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, Bairut-Dar Ihya` at-Turats al-‘Arabi, cet ke-2, 1392 H, juz, 14, h. 71).

Rabu, 25 Februari 2015

3 Kelompok Manusia di akhir zaman

SECARA umum, manusia terbagi menjadi tiga kelompok di dalam menyikapi nubuwat Rasulullah SAW tentang peristiwa-peristiwa akhir zaman.

Pertama : Kelompok yang beriman dan yakin dengan semua yang dijanjikan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam tentang dekatnya kehancuran alam semesta (kiamat), yang itu semua di dahului dengan tanda-tanda kecil dan besar yang mendahuluinya. Kelompok ini terbagi menjadi tiga :

1. Mereka yang menerima nash-nash tersebut apa adanya, dimana sikap mereka terhadap nash-nash seputar nubuwat Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam hanya sebatas meriwayatkan dan menerjemahkan tanpa perlu mengaktualisasikan dengan zaman dan kondisi dimana mereka hidup.
2. Mereka yang menerima nash-nash tersebut dengan penuh keyakinan, namun bersikap melampaui batas dalam menerjemahkan sekaligus mengaktualisasikannya. Kelompok ini menjadikan hadits-hadits dha’if bahkan maudhu untuk mendukung pemikiran mereka. Kelompok ini juga banyak menggunakan khabar-khabar israiliyat, bahkan komentar-komentar ahli kitab yang mereka sendiri tidak tsiqah dengan agama al masih. Termasuk mereka yang meramalkan fenomena kiamat 2012.
3. Kelompok yang menerima nash-nash tersebut dengan penuh keyakinan, bahwa semua itu benar adanya dari nabi shalallahu alaihi wa sallam, mereka berusaha untuk mengambil posisi yang benar terhadap hadits-hadits tersebut secara proporsional, tidak terlalu kaku sebagaimana kelompok pertama, namun tidak juga terlalu ekstrim sebagaimana kelompok kedua. Kelompok ini berusaha menjadikan semua nash-nash nubuwah Rasulullah sebagai pijakan hidup, agar setiap langkah mereka tidak keliru, mereka juga selalu mencari tahu tentang hakikat yang sebenarnya dari hadits-hadits fitnah dengan maksud agar mereka selamat dari fitnah tersebut tanpa melakukan pemastian-pemastian pada hal-hal yang belum qath’i.

Kedua : Mereka yang kurang peduli dengan nash-nash tentang peristiwa akhir zaman dan tidak banyak mengkajinya karena dianggap kurang realistis dan bukan masanya. Kelompok ini terbagi menjadi dua :

1. Mereka yang secara lahir adalah kelompok ilmuan / ulama yang banyak bergelut dengan dunia ilmu dan penelitian. Mereka menakwilkan hadits-hadits tentang akhir zaman dan hanya mau menerima yang bisa diterima oleh akal, sebagian ada yang membuat persyaratan-persyaratan batil untuk sahnya hadits-hadits tersebut (semisal harus mutawatir dan bukan ahad). Kelompok ini didominasi kelompok rasionalis juga sekuler, namun tidak menutup kemungkinan di antara mereka ada yang merupakan orang-orang bayaran musuh-musuh islam yang bertujuan untuk menebarkan keragu-raguan tentang janji kemenangan islam di akhir jaman.
2. Mereka yang secara umum termasuk umat islam yang tidak memiliki kepedulian terhadap ilmu syar’i, tidak pernah mempelajari perkara-perkara iman kecuali sebatas jumlah rukun iman. Kelompok ini tidak pernah mendengar istilah-istilah seputar fitnah akhir zaman, tidak mengenal dajjal, tidak mengerti apa itu fitnah duhaima’ nabi isa as, imam mahdi, ya’juj wa ma’juj, dan tema-tema semisal. Kelompok ini tidak pernah tahu tentang detilnya perihal hari kiamat kecuali sebatas katanya dan katanya, sehingga sikap mereka terhadap hari kiamat sebagaimana sikap mereka terhadap berita-berita lainnya.

Ketiga : Mereka yang tidak yakin akan datangnya kiamat. Kelompok ini banyak diwakili oleh kebanyakan bangsa barat atau timur (semisal Jepang) yang tidak mengimani adanya hari akhir. Kecanggihan teknologi yang mereka miliki menjadikan mereka memiliki kesimpulan tersendiri tentang nasib dunia di masa mendatang. Termasuk kelompok ini adalah darwinisme dan mereka yang sepaham dengannya.

Senin, 23 Februari 2015

2 Waktu Tidur yang Dilarang



TIDUR merupakan aktivitas yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Rasul mengatakan bahwa tubuh kita mempunyai hak untuk beristirahat. Tidur juga meremajakan kembali kulit tubuh dan menyegarkan jiwa. Namun, ternyata ada dua waktu tidur yang menurut Rasul, hendaknya dihindari.

1. Tidur di Pagi Hari Setelah Shalat Shubuh

Dari Sakhr bin Wadi’ah Al-Ghamidi radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

”Ya Allah, berkahilah bagi ummatku pada pagi harinya,” (HR. Abu dawud 3/517, Ibnu Majah 2/752, Ath-Thayalisi halaman 175, dan Ibnu Hibban 7/122 dengan sanad shahih).

Ibnul-Qayyim telah berkata tentang keutamaan awal hari dan makruhnya menyia-nyiakan waktu dengan tidur, dimana beliau berkata : “Termasuk hal yang makruh bagi mereka – yaitu orang shalig – adalah tidur antara shalat shubuh dengan terbitnya matahari, karena waktu itu adalah waktu yang sangat berharga sekali. Terdapat kebiasaan yang menarik dan agung sekali mengenai pemanfaatan waktu tersebut dari orang-orang shalih, sampai-sampai walaupun mereka berjalan sepanjang malam mereka tidak toleransi untuk istirahat pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Karena ia adalah awal hari dan sekaligus sebagai kuncinya. Ia merupakan waktu turunnya rizki, adanya pembagian, turunnya keberkahan, dan darinya hari itu bergulir dan mengembalikan segala kejadian hari itu atas kejadian saat yang mahal tersebut. Maka seyogyanya tidurnya pada saat seperti itu seperti tidurnya orang yang terpaksa,” (Madaarijus-Saalikiin 1/459).

2. Tidur Sebelum Shalat Isya’

Diriwayatkan dari Abu Barzah radlyallaahu ‘anhu : ”Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam membenci tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya,” (HR. Bukhari 568 dan Muslim 647).

Mayoritas hadits-hadits Nabi menerangkan makruhnya tidur sebelum shalat isya’. Oleh sebab itu At-Tirmidzi (1/314) mengatakan : “Mayoritas ahli ilmu menyatakan makruh hukumnya tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya. Dan sebagian ulama’ lainnya memberi keringanan dalam masalah ini. Abdullah bin Mubarak mengatakan : “Kebanyakan hadits  Nabi melarangnya, sebagian ulama membolehkan tidur sebelum shalat isya’ khusus di bulan Ramadlan saja.”

Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul-Baari (2/49) : “Di antara para ulama melihat adanya keringanan (yaitu) mengecualikan bila ada orang yang akan membangunkannya untuk shalat, atau diketahui dari kebiasaannya bahwa tidurnya tidak sampai melewatkan waktu shalat. Pendapat ini juga tepat, karena kita katakan bahwa alasan larangan tersebut adalah kekhawatiran terlewatnya waktu shalat.” 

Kamis, 19 Februari 2015

Penyebab terhalangnya Doa

Bismillahirrahmannirrahim..

Alhamdulillah.. sungguh betapa saya bersyukur atas segala nikmat Allah yang Melimpah dan Berkah yang telah diberikan-Nya kepada kita dan seluruh hamba-Nya di dunia ini. Nikmat yang membuat semua orang terangkat derajatnya kala memiliki dan mampu mengamalkannya, menebarkannya di muka bumi ini yaitu nikmat ilmu. Ilmu adalah satu kenikmatan dari Allah yang berdampak begitu besar dalam hidup kita. Betapa Allah telah menjanjikan kemuliaan bagitu orang-orang yang berilmu di muka bumi ini. Beruntunglah sekali kita yang tidak bosan menuntuk ilmu, menebarkan ilmu dan menjalankan ilmu.

Hari ini saya tertegun, takut, malu,menyesal  dan sedih, kala saya mendapatkan ilmu  yang sebenarnya sering dikoar-koarkan diberbagai kajian di mesjid-mesjid karena, saya baru bisa meresapi setiap getar-getar ketakutan saya saat ini. 10 Hal yang menyebabkan terhalangnya doa. Astagfirullah, termasukkah kita kedalam orang-orang yang demikian sehingga doa-doa kita terlambat atau mungkin tidak dikabulkan oleh Allah. Na'udzubillah..

Wahai saudara-saudariku, rekan-rekan sekalian yang begitu mencintai Allah dan Rosulullah, yang mengakui dirinya sebagai seorang muslim dan muslimah, mari kembali kita renungkan 10 hal yang mampu menyebabkan doa kita tidak dikabulkan oleh Allah, yaitu :

1. Kalian mengetahui adanya Dzat Allah, tetapi tidak mau mengetahui hak-hak Allah sebagai Rabb untuk disembah dan dipuji.

Astagfirullahal 'adziim, sudahkah kita memenuhi hak-hak Allah selama ini?

Betapa tidak jarangnya kita kala mendengar Adzan lantas kita melalaikan panggilan-Nya. Inilah salah satu contoh dari hak-hak Allah yang terkadang sering kita semua lalaikan. Kita bersyukur ketika panggilan shalat itu datang, namun tidak segera melaksanakannya. Sungguh betapa mirisnya semua itu kala kita putar balikkan kepada diri kita yang senantiasa menuntut hak-hak kita kepada Allah, sedangkan kita belum mampu untuk memenuhi hak-hak Allah dalam diri kita. Astagfirullah... mari banyak-banyak beristighfar dan perbaiki diri, karena mungkin masih banyak lagi hak-hak Allah yang belum bisa kita penuhi selama ini.

2. Kalian membaca Al-Quran tetapi kalian tidak mau mengamalkannya isinya.

Astagfirullahal 'adziim, sudahkah kita mengamalkan isi Al-Quran?

Setiap hari kita membaca, bahkan mungkin sudah dalam bilangan "one day one juz" atau bahkan lebih, tapi sudahkan kita mengamalkan isinya. Al-Quran adalah firman Allah dan isinya adalah benar. Ada banyak hal yang tersampaikan didalamnya agar kita senantiasa taat dam memenuhi hak-hak Allah. Sering kali kita lalai untuk mengamalkan isinya, tidak hanya kelalaian untuk disampaikan kepada orang lain tapi juga kelalaian dalam pengamalan untuk diri kita pribadi. Sebagai contoh yang mungkin sering tanpa sadar kita lakukan adalah sudah kita terhindar dari ghibah hari ini? sudahkan kita bersilaturrahmi hari ini? dan masih banyak lagi..

Astagfirullah... mari banyak-banyak beristighfar dan perbaiki diri atas segala kelalaian kita.

3. Kalian mengakui bahwa syetan itu musuh yang nyata, tetapi kalian mengikuti dengan suka rela bisikannya.

Astagfirullahal 'adziim, sudahkah kita mampu menyepelekan bahkan bersikap tegas atas bisikan syetan?

Ada banyak faktor yang terkadang sering membuat kita tergelincir dari bisikan atau hasutan-hasutan syetan, diantara :

a. kita sering lalai menghadirkan Allah di hati kita (poin no 1),

b. kita lupa mengamalkan isi kandungan dalam Al-Quran yang selama ini kita baca.

c. kita lalai menjaga kebersihan hati

d. seringnya kita menyepelekan dosa kecil, contoh : makan dan minum sambil berdiri, tidak amanah terhadap waktu, merasa aman dengan hidup kita hingga lupa mengingat kematian, dan banyak lagi.

Astagfirullah... mari banyak-banyak beristighfar dan perbaiki diri atas segala kelalaian kita.

4. Kalian mengaku bahwa mencintai Rosullah, tapi kalian masih suka meninggalkan ajaran dan sunnahnya.

Astagfirullahal 'adziim, sudahkan kita menjalankan ajaran dan sunnah rasul sehingga kecintaan kita bisa dibuktikan? jika belum mari kita tingkatkan amaliyah kita sehari-hari.

5. Kalian sangat menginginkan surga, tapi tidak pernah melakukan amalan ahli surga.

Astagfirullahal 'adzim, sudah amalan kita layak untuk menginjakan kaki di surga?

Sungguh, ada rasa getir kala mendengar surga itu sendiri. Ukuran rasa dimana kita sanggup melayakkan diri kita untuk menjadi salah satu penghuni surga. masih sering kita dilenakan oleh kecintaan kita terhadap dunia, sehingga lalai untuk mempersiap bekal di akhirat kelak. Betapa yang kita mampu hanya mendambakan, namun sering melalaikan amalan ahli surga itu sendiri. Sebut saja, salah satunya Shalat. Sudahkah kita amanah dan tepat dalam menjalankan waktu shalat? sudahkah kita khusyuk dalam shalat? semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita semua.

6. Kalian Takut masuk kedalam neraka, tapi kalian senang dengan perbuatan ahli neraka.

Astagfirullahal 'adzim, sanggupkah kita merasakan panasnya api neraka?

Mendengar katanya saja, alis kita sudah terangkat, hati kita menciut, dan istighfar seakan tak mau lepas dari lisan kita. Jangankan api neraka, terkena api duniapun kita meringis kepanasan. Diberi terik matahari yang berkepanjanganpun, kita mengeluh. Bagaimana dengan neraka? na'udzubillah, semoga Allah mengampuni dosa kita semua dan semoga kelak Rosulullah berkenan mengakui kita sebagai umatnya. Amiin Ya Rabb.

7. Kalian mengakui bahwa kematian pasti datang, namun kalian tidak pernah mempersiapkannya.

Astaghfirullahal 'adzim, sudahkan amalan kita cukup untuk membekali kita hingga Allah dan Rosulullah ridho memasukkan dan menggolongkan kita ke dalam golongan ahli surga?

Kematian itu pasti menghampiri kita semua, namun waktunya tidak ada yang tahu. Bahkan jika harus diperjelas lagi, satu detik dari nafas kita sekarang ini pun belum tentu kita terjamin masih hidup. Andai kita mengetahui kematian itu kapan datangnya, pastilah tidak ada yang akan memikirkan kesenangan dunia. Kita akan senantiasa beribadah dan beribadah karena takut kala Allah menghisab setiap amalan kita, yang nampak adalah gejolak neraka yang siap melumat habis tubuh kita. Inilah pentingnya menerapkan sebuah pribasa yang kurang lebih seperti ini :"beribadahlah seolah-olah kalian akan mati besok hari."

8. Kalian sibuk mencari aib orang lain, tetepi cacat dan aib diri kalian dilupakan.

Astagfirullahal 'adzim, sudahkah kita menjaga lisan dan nafsu ini dari ghibah?

Mari kita jaga lisan kita, hati kita, dan pikiran kita dari sifat yang satu ini. Betapa berghibah itu sama halnya seperti kita memakan bangkai saudara kita sendiri, saking buruk-buruknya perbuatan ini. Bukankah kita ingin aib kita terhijab dari siapapun? maka, hijablah aib orang lain dan jauhi ghibah.

9. Kalian setiap hari memakan rezeki Allah, tetapi kalian jarang mensyukurinya.

Astagfirullahal 'adzim. sudahkah kita bersyukur atas rezeki Allah hari ini?

Bersyukurlah, maka nikmat kita akan ditambahkan oleh Allah. Jangan pernah lupa untuk mensyukuri setiap nikmat Allah yang telah Allah berikan kepada kita, walaupun itu hanya setetes air. Syukur adalah pelapang hati kita, kala kita bersyukur, Allah bukannya malah mengurangi rezekinya, tapi justru akan menambah lebih banyak lagi bahkan berlipat-lipat. Bersyukurlah, karena belum tentu apa yang kita dapatkan hari ini di dapat pula oleh orang lain atau kita dikemudian hari.

10. Kalian sering mengantar jenazah ke kubur, tetap tidak menyadari akan mengalami hal serupa.

Astagfirullahal 'adzim. sudahkah kita menyadari kematian itu akan siap datang kapan saja tanpa kita ketahui?

Sering kita menghadiri atau melayat kepada tetangga, atau kerabat kita yang meninggal, namun terkadang untuk menanamkan rasa kesadaran kita akan kematian itu yang sering terlupakan begitu saja. Jika harus kita renungi, ada apa dengan diri kita sehingga begitu sulit untuk menyadarkan diri kita bahwa kematian itu akan senantiasa datang kapanpun dan dimanapun? sudahkah kita siap mempertanggung jawabkan hidup kita? semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita semua.

Alhamdulillahirabbil'alamiin... semoga ilmu yang di dapat hari ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf atas segala kesalahan dan mari kita sama-sama untuk memperbaiki diri kita kearah yang jauh lebih baik sebagai hamba Allah dan umat Rasulullah....

Wasalam..

Selasa, 17 Februari 2015

Penjelasan Tawassul

Penjelasan Tawassul oleh Habib Mundzir bin Fuad Al-Musawa

Muslimedianews.com ~ Memang banyak pemahaman saudara-saudara kita muslimin yang perlu diluruskan tentang tawassul, tawassul adalah berdoa kepada Allah dengan perantara amal shalih, orang shalih, malaikat, atau orang-orang mukmin. Tawassul merupakan hal yang sunnah, dan tak pernah ditentang oleh Rasul saw, tak pula oleh Ijma Sahabat radhiyallahuanhum, tak pula oleh Tabiin, dan bahkan para Ulama dan Imam-Imam besar Muhadditsin, mereka berdoa tanpa perantara atau dengan perantara, dan tak ada yang menentangnya, apalagi mengharamkannya, atau bahkan memusyrikkan orang yang mengamalkannya.

Pengingkaran hanya muncul pada abad ke 19-20 ini, dengan munculnya sekte sesat yang memusyrikkan orang-orang yang bertawassul, padahal Tawassul adalah sunnah Rasul saw, sebagaimana hadits shahih dibawah ini : Wahai Allah, Demi orang-orang yang berdoa kepada Mu, demi orang-orang yang bersemangat menuju (keridhoan) Mu, dan Demi langkah-langkahku ini kepada (keridhoan) Mu, maka aku tak keluar dengan niat berbuat jahat, dan tidak pula berniat membuat kerusuhan, tak pula keluarku ini karena Riya atau sumah.. hingga akhir hadits. (HR Imam Ahmad, Imam Ibn Khuzaimah, Imam Abu Naiem, Imam Baihaqy, Imam Thabrani, Imam Ibn Sunni, Imam Ibn Majah dengan sanad Shahih). Hadits ini kemudian hingga kini digunakan oleh seluruh muslimin untuk doa menuju masjid dan doa safar.

Tujuh Imam Muhaddits meriwayatkan hadits ini, bahwa Rasul saw berdoa dengan Tawassul kepada orang-orang yang berdoa kepada Allah, lalu kepada orang-orang yang bersemangat kepada keridhoan Allah, dan barulah bertawassul kepada Amal shalih beliau saw (demi langkah2ku ini kepada keridhoan Mu).

Siapakah Muhaddits?, Muhaddits adalah seorang ahli hadits yang sudah hafal 10.000 (sepuluh ribu) hadits beserta hukum sanad dan hukum matannya, betapa jenius dan briliannya mereka ini dan betapa Luasnya pemahaman mereka tentang hadist Rasul saw, sedangkan satu hadits pendek, bisa menjadi dua halaman bila disertai hukum sanad dan hukum matannya. Lalu hadits diatas diriwayatkan oleh tujuh Muhaddits.., apakah kiranya kita masih memilih pendapat madzhab sesat yang baru muncul di abad ke 20 ini, dengan ucapan orang-orang yang dianggap muhaddits padahal tak satupun dari mereka mencapai kategori Muhaddits , dan kategori ulama atau apalagi Imam Madzhab, mereka bukanlah pencaci, apalagi memusyrikkan orang-orang yang beramal dengan landasan hadits shahih.

Masih banyak hadits lain yang menjadi dalil tawassul adalah sunnah Rasul saw, sebagaimana hadits yang dikeluarkan oleh Abu Nu’aim, Thabrani dan Ibn Hibban dalam shahihnya, bahwa ketika wafatnya Fathimah binti Asad (Bunda dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw, dalam hadits itu disebutkan Rasul saw rebah/bersandar dikuburnya dan berdoa : Allah Yang Menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Hidup tak akan mati, ampunilah dosa Ibuku Fathimah binti Asad, dan bimbinglah hujjah nya (pertanyaan di kubur), dan luaskanlah atasnya kuburnya, Demi Nabi Mu dan Demi para Nabi sebelum Mu, Sungguh Engkau Maha Pengasih dari semua pemilik sifat kasih sayang.”, jelas sudah dengan hadits ini pula bahwa Rasul saw bertawassul di kubur, kepada para Nabi yang telah wafat, untuk mendoakan Bibi beliau saw (Istri Abu Thalib).

Demikian pula tawassul Sayyidina Umar bin Khattab ra. Beliau berdoa meminta hujan kepada Allah : Wahai Allah.. kami telah bertawassul dengan Nabi kami (saw) dan Engkau beri kami hujan, maka kini kami bertawassul dengan Paman beliau (saw) yang melihat beliau (saw), maka turunkanlah hujan..?. maka hujanpun turun. (Shahih Bukhari hadits no.963 dan hadits yang sama pada Shahih Bukhari hadits no.3508).

Umar bin Khattab ra melakukannya, para sahabat tak menentangnya, demikian pula para Imam-Imam besar itu tak satupun mengharamkannya, apalagi mengatakan musyrik bagi yang mengamalkannya, hanyalah pendapat sekte sesat ini yang memusyrikkan orang yang bertawassul, padahal Rasul saw sendiri berrtawassul. Apakah mereka memusyrikkan Rasul saw?, dan Sayyidina Umar bin Khattab ra bertawassul, apakah mereka memusyrikkan Umar ?, Naudzubillah dari pemahaman sesat ini.

Mengenai pendapat sebagian dari mereka yang mengatakan bahwa tawassul hanya boleh pada orang yang masih hidup, maka entah darimana pula mereka mengarang persyaratan tawassul itu, dan mereka mengatakan bahwa orang yang sudah mati tak akan dapat memberi manfaat lagi.., pendapat yang jelas-jelas datang dari pemahaman yang sangat dangkal, dan pemikiran yang sangat buta terhadap kesucian tauhid..

KESUCIAN TAUHID ANTI-TAWASSUL DIPERTANYAKAN
Jelas dan tanpa syak bahwa tak ada satu makhlukpun dapat memberi manfaat dan mudharrat terkecuali dengan izin Allah, lalu mereka mengatakan bahwa makhluk hidup bisa memberi manfaat, dan yang mati mustahil?, lalu dimana kesucian tauhid dalam keimanan mereka? Tak ada perbedaan dari yang hidup dan yang mati dalam memberi manfaat kecuali dengan izin Allah.., yang hidup tak akan mampu berbuat terkecuali dengan izin Allah, dan yang mati pun bukan mustahil memberi manfaat bila dikehendaki Allah. karena penafian kekuasaan Allah atas orang yang mati adalah kekufuran yang jelas.

Ketahuilah bahwa tawassul bukanlah meminta kekuatan orang mati atau yang hidup, tetapi berperantara kepada keshalihan seseorang, atau kedekatan derajatnya kepada Allah swt, sesekali bukanlah manfaat dari manusia, tetapi dari Allah, yang telah memilih orang tersebut hingga ia menjadi shalih, hidup atau mati tak membedakan Kudrat ilahi atau membatasi kemampuan Allah, karena ketakwaan mereka dan kedekatan mereka kepada Allah tetap abadi walau mereka telah wafat.

Contoh lebih mudah, anda ingin melamar pekerjaan, atau mengemis, lalu anda mendatangi seorang saudagar kaya, dan kebetulan mendiang tetangga anda yang telah wafat adalah abdi setianya yang selalu dipuji oleh si saudagar, lalu anda saat melamar pekerjaan atau mungkin mengemis pada saudagar itu, anda berkata : “Berilah saya tuan.. (atau) terimalah lamaran saya tuan, saya mohon.. saya adalah tetangga dekat fulan, nah.. bukankah ini mengambil manfaat dari orang yang telah mati?, bagaimana dengan pandangan bodoh yang mengatakan orang mati tak bisa memberi manfaat??, jelas-jelas saudagar akan sangat menghormati atau menerima lamaran pekerjaan anda, atau memberi anda uang lebih, karena anda menyebut nama orang yang ia cintai, walau sudah wafat, tapi kecintaan si saudagar akan terus selama saudagar itu masih hidup?, pun seandainya ia tak memberi, namun harapan untuk dikabulkan akan lebih besar, lalu bagaimana dengan Arrahmaan ArrAhiim, Yang Maha Pemurah dan Maha Menyantuni?? dan tetangga anda yang telah wafat tak bangkit dari kubur dan tak tahu menahu tentang lamaran anda pada si saudagar, NAMUN ANDA MENDAPAT MANFAAT BESAR DARI ORANG YANG TELAH WAFAT.

aduh…aduh… entah apa yang membuat pemikiran mereka sempit hingga tak mampu mengambil permisalan mudah seperti ini. Firman Allah : “MEREKA ITU TULI, BISU DAN BUTA DAN TAK MAU KEMBALI PADA KEBENARAN” (QS Albaqarah-18). Wahai Allah beri hidayah pada kaumku, sungguh mereka tak mengetahui.

Wassalam.

Oleh : al-Habib Mundzir bin Fuad Al-Musawa Rahimahullah

Manfaat Wudhu

Wudhu merupakan sarana untuk mendektakan diri kepada Allah SWT karena sang pencipta menyukai orang-orang yang menyucikan diri. Wudhu merupakan salah satu ‘Amaliyah Ta’abbudiy sebagai syarat sahnya melaksanakan Ibadah Shalat. Selain menjadi perintah agama, wudhu adalah ritual pengkondisian seluruh aspek hidup, mulai dari psikologis hingga fisiologis. 

Seorang psikiater dan neurolog asal Austria, Prof Leopold Werner von Ehrenfels menemukan bahwa wudhu danpat menstimulasi pusat syaraf dalam tubuh manusia. Kegiatan tersebut  menstimulir lima organ panca Indra yaitu mata, telinga, hidung, mulut, tangan dan kaki. Stimulus tersebut akan dihantarkan melalui meridian ke sel, jaringan, organ dan sistim organ yang bersifat terapi. Di lain pihak, bagian yang dibasuh juga merupakan pintu masuk bagi ribuan kuman,virus, dan bakteri. 

Dalam tubuh kita terdapat titik syaraf yang saling berhubungan satu sama lain. Misalnya syaraf diujung jari jemari berhubungan dengan empedu, liver dan jantung. Ketika berwudhu kita memberikan sentuhan dan pijatan sambil membasuh air pada anggota tubuh tertentu yang menjadi anggota wudhu. Hal ini memberikan dampak positif kepada kesehatan tubuh. 

Peneliti lain adalah Dr Magomedov dari lembaga General Hygiene and ecology di Daghestan State Medical Academy. Ia menyimpulkan bahwa wudhu mampu menstimulasi titik aktif biologis (Biological Active Spot). Pada anggota badan yang terkena perlakuan kayfiyat wudhu, terdapat ratusan titikakupunktur yang bersifat reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan,usapan, dan tekanan/urutan ketika melakukan wudhu.

Titik biologis ini mirip dengan refleksiologi Cina yang sangat rumit dan butuh waktu hingga 15-20 tahun untuk bisa menguasainya. Namun wudhu begitu sederhana  dan mudah untuk dikuasai. Dari 65 titik refleks Cina adalah bagian tubuh yang dibasuh air wudhu, lima lainnya terletak antara tumit dan lutut,dimana bagian ini juga merupakan area wudhu yang tidak diwajibkan. 

Pengobatan modern dengan menggunakan sarana air dikenal dengan hydromassage. Pada penemuan modern ini dijelaskan bahwa Sistem metabolisme tubuh manusia terhubung dengan jutaan syaraf yang ujungnya tersebar sepanjang kulit. Membasuh anggota tubuh dalam wudhu memberikan efek positif pada bagian tubuh lainnya. 

Misalnya pada bagian membasuh wajah dengan air memberikan efek postif pada usus, ginjal, sistem syaraf dan sistem reproduksi. Sedangkan membasuh kaki akan memberikan efek positif pada kelenjar pituitary otak yang mengatur fungsi kelenjar endokrin.  Di telinga terdapat  ratusan titik biologis yang akan menurunkan tekanan darah dan mengurangi sakit. 

Dari sudut pandang pengobatan medis, Mokhtar Salem dalam bukunya Prayers: a Sport for the Body and Soul menjelaskan bahwa wudhu bisa mencegah kanker kulit. Jenis kanker ini lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang setiap hari menempel dan terserap oleh kulit. Cara paling efektif mengeyahkan resiko ini adalah membersihkannya secara rutin. Berwudhu lima kali sehari adalah antisipasi yang lebih dari cukup.

Berdasarkan penelitian modern, berkumur-kumur saat wudhu berkhasiat untuk menjaga mulut dan tenggorakan dari peradangan dan menjaganya dari terjadinya peradangan gusi. Hal ini karena berkumur-kumur berfungsi memelihara gigi dan membersihkannya dari sisa-sisa makanan yang masih menempel. Kegiatan berkumur-kumur juga bermanfaat menguatkan sebagian urat wajah dan menjaga kebersihannya. Ini merupakan suatu latihan penting yang telah dikenalkan oleh para pakar pendidikan olahraga.

Sementara itu  membasuh wajah menurut Salem dapat meremajakan sel-sel kulit muka dan membantu mencegah munculnya keriput. Selain kulit,wudhu juga meremajakan selaput lendir yang menjadi gugus depan pertahanan tubuh. Peremajaan menjadi penting karena salah satu tugas utama lendir ibarat membawa contoh benda asing yang masuk kepada 2 senjata pamungkas yang sudah dimilki oleh manusia secara alami,limfosit T(sel T) dan limfosit B(sel B).Keduanya bersiaga di jaringan limfoid dan sistem getah bening serta mampu menghancurkan penyusup yang berniat buruk terhadap tubuh. Bayangkan jika fungsi mereka terganggu. Sebaliknya, wudhu meningkatkan daya kerja mereka.

Pintu masuk lain yang tak kalah penting adalah lubang hidung. Dalam wudhu disunnahkan menghirup air kedalam hidung dan kemudian mengeluarkannya. Cara ini adalah penangkal efektif ISPA (infeksi saluran pernapasan akut),TBC, dan kanker nasofaring secara dini.

Rahasia lainyanya menurut penelitian ilmiah peredaran darah di bagian atas anggota badan, kedua tanggan, kedua lengan, bagian bawah badan seperti kedua telapak kaki dan kedua betis termasuk lemah. Sebab tempatnya yang jauh dari pusat peredaran darah, yaitu jantung. Bila anggota ini semua dibasuh seraya dipijat-pijat dengan penuh perhatian maka hal ini akan berdampak memperlancar perederaan darah sehinga menambah stamina tubuh.

Sebenarnya kita dianjurkan untuk selalu suci dari hadast dan najis dengan selalu menjaga wudhu. Tidak hanya pada waktu sholat,tetapi juga di waktu yang lain seperti saat akan membaca Al-Qur’an,setelah mengantarkan jenazah, bangun dari tidur ataupun ketika sedang mengantuk.Selain fungsi fisiologis,wudhu juga efektif mengendalikan emosi. Setiap kali merasa ingin marah, seorang muslim sangat dianjurkan untuk mengambil air wudhu untuk mendinginkan pikiran dan menentramkan hati. 

Pastinya apa yang sudah diperintahkan oleh Allah SWT memiliki manfaat dan juga berarti peringatan. Wudhu mungkin menjadi aktivitas yang dianggap sepela bagi sebagian orang. Namun Islam begitu indah dengan mengkombinasikan ilmu agama dan ilmiah.  Terlihat begitu sempurna agama ini dan tidak ada keraguan di dalamnya.

BAHAYA RIYA’

Pada dasarnya, sifat manusia sangatlah senang untuk ingin dipuji, ingin dihormati dan dihargai. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu Fatawamengatakan bahwa sifat ingin dipuji merupakan syahwat khofiyyah manusia, sebagaimana seseorang jika lapar dia akan bersyahwat dengan makanan, jika melihat wanita akan bersyahwat dengan wanita tersebut, maka demikian juga jika ada kesempatan untuk menonjolkan kebaikan atau kelebihan yang ada pada dirinya maka dia akan lakukan apapun untuk memenuhi syahwat ingin dipujinya tersebut. Maka tak heran jika ada seseorang yang rela berkorban besar untuk memuaskan syahwat ingin mendapat ketenaran, sanjungan dan penghormatan tersebut.

Betapa banyak para dermawan yang ingin disanjung yang kemudian dia rela mengerluarkan uangnya hanya agar mendapat pujian. Tak peduli seberapa banyak uang yang dia keluarkan yang terpenting dia mendapat sanjungan. Betapa banyak juga para ustadz yang ingin dikenal memiliki ilmu yang tinggi, dia rela menghabiskan banyak waktu menghafal dalil ini itu hanya untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain. Jangankan waktu, jangankan harta, bahkan nyawa pun tak segan ia pertaruhkan untuk meraih pujian. Dalam sebuah hadist shahih riwayat muslim dikatakan bahwa seorang mujahid rela mempertaruhkan nyawanya hanya agar mendapat julukan sang pemberani dari manusia. Seakan dia mujahid pemburu pujian itu tak peduli walaupun harus mati yang terpenting dia bisa merasakan kelezatan dipuji-puji dihadapan manusia. Naudzubillah min dzalik.

Sifat ingin dipuji, ingin dihargai, dan ingin dihormati oleh manusia itulah pangkal dari penyakit riya’. Maka sungguh riya’ inilah penyakit hati yang sangat berbahaya. Samar namun mematikan. Riya’ mengakibatkan amalan ibadah tak diterima oleh Allah swt. Bahkan Rasullullah shollallahu’alaihi wasallammengatakan bahwa riya’ adalah syirik kecil.

“Sesungguhnya riya adalah syirik kecil”
(HR. Ahmad & Al-Hakim)

Begitu berbahayanya penyakit riya’ ini maka banyak orang berbondong-bondong mencari ilmu dan pelajaran tentangnya, apa saja kerugiannya, dalil-dalil yang melarangnya dan bagaimana cara agar terhindar dari penyakit riya’ ini. Meski demikian, manusia tetaplah manusia yang tak luput dari tipu daya syaitan.

Sebagai ilustrasi, mungkin pernah kita mendengar seseorang berkata,

“bukannya saya riya’, tapi kesuksesan ini adalah hasil dari kerja keras saya”

“bukannya saya riya’, tapi sejak saya rajin bersedekah saya merasa lebih tenang”

“bukannya saya riya’, tapi memang saya merasa ada yang kurang jika tidak bangun sholat malam”

Kalimat pembuka ‘bukannya saya riya’ inilah yang sesungguhnya membuka pintu riya’ tanpa sadar. Sebelum dirinya dituduh riya’ dia berupaya membela diri dengan mengatakan kata-kata ini. Dia ingin menutup-nutupi riya’-nya tersebut dengan mengatakan ‘bukannya saya riya’.

Tanpa disadari seseorang yang merasa aman dengan kalimat-kalimat seperti ini sesungguhnya dia telah terjebak oleh talbis (perangkap) syaitan. Walaupun dia telah berusaha menutup dan mencegah riya’ dengan kata-kata itu namun hati manusia sangatlah lemah. Bahkan tidak menutup kemungkinan seseorang bisa menjadi lebih leluasa mengatakan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukannya karena merasa telah mendapat perlindungan dari kata-kata itu. Dan tentu ini berbahaya karena semakin membuka peluang munculnya riya’.

Oleh karena itu saudaraku, hendaklah seorang beriman itu hati-hati terhadap jebakan syaitan yang memang dibuat indah di mata manusia. Jangan sampai karena kita ingin terhindar dari riya’ kita mengatakan ‘bukannya saya riya’. Jangan sampai karena kita tak ingin berbuat sombong kemudian kita mengatakan ‘bukannya saya sombong’ dan berbagai jenis kata basa basi lainnya yang sejatinya malah menegaskan bahwa seseorang itu hendak melakukan riya’ atau kesombongan.

Meskipun demikian, hal ini bukan berarti kita menuduh saudara kita yang mengatakan ‘bukannya saya riya’ dia pasti riya’. Namun ini hanyalah sebagai renungan sekaligus pengingat bagi diri kita bahwa sangat mungkin hati kita tergelincir pada perkara-perkara halus yang mengantar kepada riya’. Terkadang kita mengucapkan ‘bukannya saya riya’, tapi ternyata itu hanyalah sebagai muqoddimah untuk diri kita melakukan riya’. Terkadang kita mengatakan ‘bukannya saya sombong’ ternyata itu hanyalah sebagai pengantar dari diri kita untuk kemudian menyombongkan diri. Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari jebakan penyakit hati dan memberikan kita hati yang bersih. Wallahu a’lam

**********

Riya, sesungguhnya penyakit yang paling besar serta mematikan yang menimpa hati manusia, serta dapat menjadikan amalan-amalan sia-sia, juga merusak seluruh perbuatan manusia serta melahirkan kekerasan dan kekejian adalah ; Riya dan Ujub.

Betapa bahayanya memiliki sifat riya’, Karena, alangkah banyak orang yang memperbanyak amalan, namun hal itu tidak memberikan manfaat kepadanya kecuali rasa capai dan keletihan semata di dunia dan siksaan di akhirat.
Ini diakibatkan karena tidak diterimanya amal yang telah dilakukannya. Untuk itu kita perlu tahu apa syarat diterimanya suatu amal.
Syarat diterimanya suatu amal adalah :
Yaitu harus terpenuhi dua perkara penting pada setiap amalan. Jika salah satu tidak tercapai, akibatnya amalan seseorang tidak ada harapan untuk diterima. Pertama : Ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kedua : Amalan itu telah diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an, atau dijelaskan oleh Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnahnya, dan mengikuti Rasulullah dalam pelaksanaannya.

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya” [Al-Kahfi : 110]

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar amal yang dikerjakan ialah amalan shalih, yaitu amal perbuatan yang sesuai dengan aturan syari’at. Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan orang yang menjalankannya supaya mengikhlaskan amalan itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, tidak mencari pahala atau pamrih dari selain-Nya dengan amalan itu.

PERINTAH IKHLAS, LARANGAN BERBUAT RIYA DAN SYIRIK [3]
Ketahuilah, wahai saudara-saudara, bahwa semua amalan pasti terjadi dengan niat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Sesungguhnya semua amalan ini terjadi dengan niat, dan setiap orang mendapatkan apa yang dia niatkan”

Dan dalam amal itu harus mengikhlaskan niat untuk Allah Ta’ala berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat ; dan yang demikian itulah agama yang lurus” [Al-Bayyinah : 5]
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman.

“Katakanlah : ‘Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atas kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui” [Ali-Imran : 29]
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah memperingatkan bahaya dari berbuat riya’, dalam firman-Nya.

“Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu” [Az-Zumar : 65]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Barangsiapa mempelajari ilmu yang dengannya dicari wajah Allah Azza wa Jalla, namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk meraih kesenangan dunia dengan ilmu itu, ia tidak akan mendapat aroma surga pada hari kiamat” [5]

Di antara jenis riya’ ialah sebagi berikut.

1). Riya Yang Berkaitan Dengan Badan
Misalnya dengan menampakkan kekurusan dan wajah pucat, untuk menampakkan bahwa ia rajin berpuasa.

2). Riya Dari Sisi Pakaian
Misalnya, mengenakan pakaian jenis tertentu agar dikatakan sebagai orang alim atau seorang ulama.

3). Riya Dengan Perkataan
Umumnya, riya’ seperti ini dilakukan oleh orang-orang yang menjalankan agama. Yaitu dengan memberi nasihat, memberi peringatan, menghafalkan hadits-hadits dan riwayat-riwayat, dengan tujuan untuk berdiskusi dan melakukan perdebatan, menampakkan kelebihan ilmu, berdzikir dengan menggerakkan dua bibir di hadapan orang banyak, menampakkan kemarahan terhadap kemungkaran di hadapan manusia, membaca Al-Qur’an dengan merendahkan dan melembutkan suara. Semua itu untuk menunjukkan rasa takut, sedih, dan khusyu’ (kepada Allah, pent).

4). Riya’ Dengan Perbuatan
Seperti riya’nya seseorang yang shalat dengan berdiri sedemikian lama, memanjangkan ruku, sujud dan menampakkan kekhusyu’an, riya’ dengan memperlihatkan puasa, perang (jihad), haji, shadaqah dan semacamnya.

***********

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : 'Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Ia menjawab : 'Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.' Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: 'Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?' Ia menjawab: 'Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.' Allah berkata : 'Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari' (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : 'Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Dia menjawab : 'Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.' Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’”

BAHAYA RIYA[1]
Di dalam al Qur`an dan as Sunah banyak sekali ancaman tentang bahaya riya'. Riya' termasuk kedurhakaan hati yang sangat berbahaya terhadap diri, amal, masyarakat dan umat. Dan ia juga termasuk dosa besar yang merusak. Di antara bahaya riya' adalah sebagai berikut :

1. Riya' Lebih Berbahaya Bagi Kaum Muslimin Daripada Fitnah Masiih Ad Dajjal.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ قَالَ قُلْنَا بَلَى فَقَالَ الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ يُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

"Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata,”Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya". [HR Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu Sa'id al Khudri. Hadits ini hasan-Shahih at Targhib wat Tarhib, no. 30]

2. Riya' Lebih Sangat Merusak Daripada Serigala Menyergap Domba

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِيْ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm bersabda : “Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dan dilepaskan di tengah sekumpulan domba lebih merusak daripada ketamakan seorang kepada harta dan kedudukan bagi agamanya". [HSR Ahmad, III/456; Tirmidzi, no. 2376; Darimi, II/304, dan yang lainnya dari Ka'ab bin Malik].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan permisalan rusaknya agama seorang muslim karena tamaknya kepada harta, kemuliaan, pangkat dan kedudukan. Semua ini menggerakkan riya' di dalam diri seseorang.

3. Amal Shalih Akan Hilang Pengaruh Baiknya Dan Tujuannya Yang Besar Bila Disertai Riya'.
Allah berfirman :

"Maka celakalah bagi orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya' dan mencegah (menolong dengan) barang yang berguna". [al Ma’uun : 4-7]
.
Orang yang berbuat riya' dan tidak mau menolong orang lain, karena shalat mereka tidak mempunyai pengaruh dalam hati mereka, sehingga mencegah kebaikan dari hamba-hamba Allah. Mereka hanyalah menunaikan gerakan-gerakan shalat dan memperindahnya, karena semua mata memandangnya, padahal hati mereka tidak memahami, tidak tahu hakikatnya dan tidak mengagungkan Allah. Karena itu, shalat mereka tidak berpengaruh terhadap hati dan amal. Riya' menjadikan amal itu kosong tidak ada nilainya.

4. Riya' Akan Menghapus Dan Membatalkan Amal Shalih.
Allah berfirman :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya' kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadikan ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunujuk kepada orang-orang kafir". [al Baqarah : 264].

Hati yang tertutup riya' ibarat batu licin yang tertutup tanah. Orang yang berbuat riya' tidak akan membuahkan kebaikan, bahkan ia telah berbuat dosa yang akan dia peroleh akibatnya pada hari Kiamat. Riya' menghapuskan amal shalih, dan seseorang tidak mendapatkan apa-apa karenanya di akhirat nanti dari amal-amal yang pernah ia lakukan di dunia. Sebagaimana Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ الرِّيَاءُ ، يَقُوْلُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جَزَى النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ : اذْهَبُوْا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاؤُوْنَ فِيْ الدُّنْيَا ، فَانْظُرُوْا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمْ جَزاَءً ؟!

"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya'. Allah akan mengatakan kepada mereka pada hari Kiamat tatkala memberikan balasan atas amal-amal manusia “Pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya' kepada mereka di dunia. Apakah kalian akan mendapat balasan dari sisi mereka?" [HR Ahmad, V/428-429 dan al Baghawi dalam Syarhus Sunnah, XIV/324, no. 4135 dari Mahmud bin Labid. Lihat Silsilah Ahaadits Shahiihah, no. 951]

Pelaku riya' akan memamerkan amalnya agar dipuji, disanjung dan mendapatkan kedudukan di hati manusia. Dia tidak akan mendapat ganjaran kebaikan dari Allah, dan tidak pula dari orang-orang yang memujinya, karena yang berhak memberi balasan hanya Allah saja. Allah berfirman dalam hadits Qudsi :

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ ، مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ مَعِيْ غَيْرِيْ ، تَرَكْتُهُ وَ شِرْكَهُ

"Aku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang dicampuri dengan perbuatan syirik kepadaKu, maka Aku tinggalkan dia dan (Aku tidak terima) amal kesyirikannya" [HR Muslim, no. 2985 dan Ibnu Majah, no. 4202 dari sahabat Abu Hurairah)]

5. Riya' Adalah Syirik Khafi (Tersembunyi).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ ، قَالَ قُلْنَا بَلَى ، فَقَالَ : الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ يُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

"Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata,“Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu ia menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya".[HR Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu Sa'id al Khudri, hadits ini hasan-Shahih Ibnu Majah, no. 3389]

6. Riya' Mewariskan Kehinaan Dan Kerendahan.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

مَنْ سَمَّعَ النَّاسَ بِعَمَلِهِ ، سَمَّعَ اللهُ بِهِ مَسَامِعَ خَلْقِهِ ، وَصَغَّرَهُ وَحَقَّرَهُ

"Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada orang lain (agar orang tahu amalnya), maka Allah akan menyiarkan aibnya di telinga-telinga hambaNya, Allah rendahkan dia dan menghinakannya". [HR Thabrani dalam al Mu’jamul Kabiir; al Baihaqi dan Ahmad, no. 6509. Dishahihkan oleh Ahmad Muhammad Syakir. Lihat Shahiih at Targhiib wat Tarhiib, I/117, no. 25].

7. Pelaku Riya' Tidak Akan Mendapatkan Ganjaran Di Akhirat.
Dari Ubay bin Ka'ab, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

بَشِّرْ هَذِهِ الأُمَّةَ بِالسَّنَاءِ وَالرِّفْعَةِ ، وَالدِّيْنِ ، وَ النَّصْرِ ، وَ التَّمْكِيْنِ فِي الأَرْضِ ، فَمَنْ عَمِلَ مِنْهُمْ عَمَلَ الأَخِرَةِ لِلدُّنْيَا ، لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي الأَخِرَةِ نَصِيْبٌ

"Sampaikan kabar gembira kepada umat ini dengan keluhuran, kedudukan yang tinggi (keunggulan), agama, pertolongan dan kekuasaan di muka bumi. Barangsiapa di antara mereka melakukan amal akhirat untuk dunia, maka dia tidak akan mendapatkan bagian di akhirat". [HR Ahmad, V/134; dan Hakim, IV/318. Shahih, lihat Shahih Jami’ush Shaghiir, no. 2825]

8. Riya' Akan Menambah Kesesatan Seseorang.
Allah Ta'ala berfirman :

"Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedangkan mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan mereka berdusta". [al Baqarah : 9-10].

9. Riya' Merupakan Sebab Kekalahan Ummat Islam.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

إِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هَذِهِ الأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ وَ صَلاَتِهِمْ , وَ إِخْلاَصِهِمْ

"Sesungguhnya Allah akan menolong umat ini dengan orang-orang yang lemah, yaitu dengan doa, shalat, dan keikhlasan mereka" [HSR an Nasa-i, VI/45, dari Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqash][2]

Ikhlas karena Allah menjadi sebab ditolongnya umat ini dari musuh-musuh mereka. Allah melarang kita keluar berperang dengan sombong dan riya', karena hal ini akan membawa kepada kekalahan. Allah berfirman :

"Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan". [al Anfaal : 47].

BEBERAPA PERKARA YANG TIDAK TERMASUK RIYA'[3]
Ada beberapa perkara yang disangka oleh sebagian orang sebagai perbuatan riya', padahal sesungguhnya tidak demikian. Perkara-perkara tersebut adalah.

1. Pujian Manusia Atas Seorang Hamba Atas Amal Baik Yang Ia Lakukan Tetapi Bukan Tujuannya Ingin Dipuji.

Apabila seseorang mengamalkan sesuatu perbuatan dengan ikhlas dan sampai selesai amal itu pun dilakukan dengan ikhlas, kemudian ada yang mengetahui amal tersebut lalu memujinya, namun ia tidak menghendaki yang demikian itu, maka hal itu tidak termasuk riya'. Seperti dalam hadits Abu Dzar:

عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ ، قَالَ : قِيْلَ لِرَسُولِ اللهِ : أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ الْعَمَلَ مِنَ الْخَيْرِ ، وَ يَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ ؟ قَالَ: تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ

Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Ya Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang seseorang yang mengerjakan satu amal kebaikan, lalu orang memujinya?” Beliau menjawab,”Itu merupakan kabar gembira bagi orang mukmin yang diberikan lebih dahulu di dunia." [HSR Muslim, 2642; Ibnu Majah, no. 4225 dan Ahmad, V/156, 157; dari sahabat Abu Dzar].

Namun ia tidak berlaku 'ujub, dan tidak pula sengaja agar orang mengetahui kebaikannya.

2. Giatnya Seorang Hamba Dalam Berbuat Kebaikan Ketika Ada Orang Yang Melihatnya Dan Ketika Menemani Orang-Orang Yang Ikhlas Dan Orang Shalih.

Ibnu Qudamah al Maqdisi rahimahullah (wafat tahun 689 H) menjelaskan dalam kitabnya, Mukhtashar Minhajul Qashidin, hlm. 288: "Adakalanya seseorang berada di tengah orang-orang yang tekun beribadah. Ia melakukan shalat hampir sebagian besar malam karena kebiasaan mereka adalah bangun malam. Dia pun mengikuti mereka melaksanakan shalat dan puasa. Andaikata mereka tidak melaksanakan shalat malam, maka iapun tidak tergugah untuk melakukan kegiatan itu. Mungkin ada yang menganggap bahwa kegiatan orang itu termasuk riya', padahal tidak demikian sebenarnya, bahkan hal itu perlu dirinci. Setiap orang mukmin tentunya ingin banyak beribadah kepada Allah, tetapi kadang-kadang ada satu dua hal yang menghambat atau yang melalaikannya. Maka boleh jadi dengan melihat orang lain yang aktif dalam melakukan kegiatan ibadah, membuatnya mampu menyingkirkan hambatan dan kelalaian itu. Bila seseorang berada di rumahnya, lebih mudah baginya untuk tidur di atas kasur yang empuk dan bercumbu dengan istrinya. Tetapi bila dia berada di tempat yang jauh, ia tidak disibukkan oleh hal-hal itu. Kemudian ada beberapa faktor pendorong yang membangkitkannya untuk berbuat kebajikan, di antaranya keberadaannya di tengah orang yang beribadah atau disaksikan oleh mereka. Boleh jadi dia merasa berat berpuasa ketika berada di rumah, karena di dalamnya ada banyak makanan. Dalam keadaaan seperti itu, setan terus menggoda untuk menghalanginya dari ketaatan sambil berkata ‘jika engkau berbuat di luar kebiasannmu, berarti engkau adalah orang yang berbuat riya',’ maka dia tidak boleh memperdulikan bisikan setan ini. Dia harus melihat pada tujuan batinnya dan jangan sekali-sekali ia menoleh kepada bisikan setan”.

3. Menyembunyikan Dosa
Wajib bagi seorang mukmin atas mukmin lainnya, apabila berbuat suatu kesalahan, hendaklah ia tutupi dan jangan ia tampakkan dosanya. Kemudian ia wajib segera bertobat kepada Allah. Karena, menceritakan maksiat yang telah terlanjur dilakukan, berarti menyiarkan kekejian di antara kaum mukminin dan akan membuat dia meremehkan batas-batas Allah. Allah berfirman :

"Sesungguhnya orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu disiarkan di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui". [an Nuur : 19].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

كُلُّ أُمَّتِيْ مُعَافىً إِلاَّ الْمُجَاهِرِيْنَ ، وَ إِنَّ مِنَ الْمُجَاهِرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَ قَدْ سَتَرَهُ اللهُ فَيَقُوْلَ : يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كذَا وَ كَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَ يُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَنْهُ

"Setiap umatku akan dimaafkan, kecuali orang-orang yang terang-terangan. Sesungguhnya termasuk terang-terangan ialah, jika seseorang melakukan suatu amal (dosa) pada malam hari, kemudian pagi harinya ia bercerita. Padahal pada malamnya Allah sudah menutupi dosanya. Ia katakana, hai Fulan, tadi malam aku berbuat begini dan begitu, padahal malam itu Allah sudah menutupi dosanya, namun pagi harinya ia justru menyingkap tutupan Allah pada dirinya". [HSR Bukhari, no. 6069 dan Muslim, no. 2990 dari Abu Hurairah].

4. Mengenakan Pakaian Indah Dan Bagus
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ ،قَالَ رَجُلٌ : إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُوْنَ ثَوْبُهُ حَسَناً وَ نَعْلُهُ حَسَنَةً، قَالَ : إِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَ غَمْطُ النَّاسِ

"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat dzarrah (biji atom)”. Seseorang berkata: “Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang menyukai pakaiannya bagus dan sandalnya bagus,” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata,”Sesungguhnya Allah indah dan menyukai keindahan; sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia". [HR Muslim, no. 91; Abu Dawud, no. 4091; at Tirmidzi, no. 1999 dan al Baghawi, no. 3587 dari hadits Abdullah bin Mas’ud].

5. Menampakkan Syiar-Syiar Agama Islam
Di dalam Islam ada beberapa ibadah yang tidak mungkin disembunyikan dalam pelaksanaannya, seperti haji, umrah, shalat Jum’at, shalat berjama'ah yang lima waktu dan lainnya.

Seorang muslim tidak dikatakan berbuat riya', bila ia menampakkan amal-amal ini. Karena termasuk amal-amal yang wajib ditampakkan dan dimasyhurkan serta melaksanakannya adalah termasuk syiar-syiar Islam. Orang yang meninggalkannya akan terkena celaan dan kutukan. Akan tetapi, jika amal-amal ibadah sunnah, hendaknya disembunyikan, karena tidak tercela bagi orang yang meninggalkannya. Tetapi jika ia menampakkan amal itu dengan tujuan supaya orang lain mengikuti sunnah itu, maka hal itu adalah baik. Sesungguhnya yang dikatakan riya', yaitu apabila tujuannya menampakkan amal tersebut supaya dilihat, dipuji dan disanjung manusia.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun IX/1426H/2005M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Alamat Jl. Solo-Puwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183, Telp. 0271-761016]
________
Footnote
[1]. Ar Riya' , hlm. 39-52.
[2]. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Bukhari, no. 2896 dan lainnya tanpa menyebutkan lafazh ikhlas. Lihat Shahih at Targhib wat Tarhiib (I/105 no. 6). Hadits ini terdapat syahidnya dari Abu Darda’, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan an Nasa-i (VI/45), Fathul Bari (VI/89).
[3]. Ar Riya', hlm. 53-59.

Pengertian Dendam dan Munafik Dalam Islam

Pengertian dendam dan munafik dalam Islam - Kali ini share tentang Ilmu agama Islam, mengenai sifat buruk manusia yaitu dendam dan Munafik, lalu apa sih artinya dari sifat ini mari kita bahas disini untuk sedikit memberi renungan tentang sifat yang tidak baik kita lakukan dan sebisa mungkin kita berusaha untuk menghilangkannya mari kita simak bersama definisi pengertian dendam .

1. Pengertian Dendam
Dendam dalam bahasa Arab disebut juga dengan Al-Hiqdu الحقد . Menurut Al-Gazali dalam bukunya Ihya Ulumud Din jilid III, dijelaskan bahwa Hiqdu atau dendam berawal dari sifat pemarah. Sifat marah (gadab) itu terus dipelihara dan tidak segra diobati dengan memaafkan, maka akan menjadi dendam terhadap orang yang menyakiti kita.

Pengertian dendam secara istilah adalah perasaan ingin membalas karena sakit hati yag timbul sebab permusuhan, dan selalu mencari kesempatan untuk melampiaskan sakit hatinya agar lawannya mendapat celaka, barulah ia merasa puas.

Nabi muhammad SAW dan para sahabatnya ketika mereka berdakwah di Makkah selalu mendapatkan tekanan dan gangguan yang berat yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy. 

Gangguan dan tekanan itu berupa siksaan, hinaan bahkan ada anggota keluarganya yang dibunuh, sehingga nabi dan para sdahabatnya hijrah ke Madinah.akan tetapi ketika Fathul Makkah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya tidak membalas perbuatan orang-orang kafir tersebut, meskipun nabi memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kaum kafir Quraisy. Bahkan nabi mengumandangkan perdamaian dan memaafkan kesalahan – kesalahan mereka pada waktu yang lalu.

Rasulullah juga memberikan teladan tentang perilaku pemaaf, bukan dendam. Misalnya, perlakuan orang Thaif terhadap rasulullah para sahabatnya yang telah mengusirnya, bahkan melemparinya dengan batu. Ketika malaikat menawari Rasulullah untuk menghancurkan kaum itu Rasulullah justru berdoa :
اَلَّلهُمَّ اهْدِ قَوْمِى فَإِنَّهُمْ لاَيَعْلَمُوْنَ
Artinya:
“Ya Allah, berilah petunujuk atas kaumku karena sesungguhnya mereka itu belum mengetahui.”
Kisah diatas memberikan gambaran , bahwa akhlak yang pantas dimilki oleh kaum beriman bukanlah sifat dendam dan sombong, tetapi adalah sifat terpuji diantaranya memaafkan kesalahan orang lain.
Allah berfirman
خُذِ اْلعَفْوَ وَأْمُرْ بِا لْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَهِلِيْنَ (الاعراف : 199)
Artinya:
“jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”(Qs.Al-A’raf : 199)
Allah berfirman
... وَاْليَعْفُوْاوَالْيَصْفَحُوْا أَلاَتُحِبُّوْنَ أَنْ يُغْفِرَ اللهُ لَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرُرَّحِيْمٌ (النور: 22)
Artinya:
“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada . apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang.”(An-Nuur : 22)

2. Ciri-ciri sifat dendam
· Tujuan hidupnya membinasakan orang yang menjadi lawannya
· Perbuatan yang dilakukannya selalu bertujuan mengalahkan lawannya
· Tidak merasa puas bila lawannya belum mendapatkan kekalahan
· Hobi menyimpan rasa sakit hati dan berusaha membalas dikemudian hari
· Tidak mau mamaafkan kesalahan orang lain
· Selalu menjelek-jelekkan orang lain dan membuka aib orang lain
3. Bahaya sifat dendam
a. Perbuatan yang dibenci oleh Allah
أَبْغَضُ الرَّجُلِ إِلَى اللهِ أَلَدُّ الْخِصَامِ (أخرجه مسلم
Artinya:
“orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang menaruh dendam kesumat (bertengkar).”(HR.Muslim)
b. Hilangnya ketenangan jiwa, jiwanya akan selalu bergemuruh oleh perasaan yang tidak nyaman
c. Menghindar bila bertemu dengan orang yang dibenci
Padahal Allah menciptakan manusia dimuka bumi bukan untuk bermusuh-musuhan dan saling dendam, melainkan agar saling kenal-menganal, saling menghormati dengan sesama.
Firman Allah:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَكُمْ مِّنْ ذَكَرِ وَّأُنْثَى وَجَعَلْنَكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْا... (الحجرات : 13)
Artinya:
“Hai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan manjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.”(al-Hujurat :13)
d. Selalu marah ketika mendengar kebaikan orang yang dibenci
e. Dikucilkan dalam pergaulan
4. Cara menghindari sifat dendam
a. Mengetahui bahaya dari sifat dendam
b. Senantiasa ingat kepada Allah dalam keadaan apapun
c. Memaafkan kesalahan orang lain
d. Saling menghormati dan menyayangi sesama manusia
B. Munafik
1. Pengertian Munafik
Munafik menurut bahasa adalah berasal dari kata-kata nifaq نِفَاقٌ artinya keluar dari kebaikkan. “bermuka dua.” Menurut syara’ adalah orang yang menyembunyikan kekafirannya, tetapi menyatakan keimanannya atau oarang yang berkataanya tidak sesuai dengan hatinya.
2. Dalil tentang perbuatan munafik
Sabda Rasulullah saw.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ ، قَالَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ ، إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ.(رواه البخارى ومسلم)
Artiya:
“Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw.bersabda:” Tanda-tanda orang munafik ada tiga macam, yaitu apabila berkata , ia dusta, apabila berjanji ia mengingkari dan apabila ia dipercaya ia mengkhianati.”(HR.Bukhari Muslim)
3. Ciri-ciri orang munafik
Ø Bemuka dua adalah orang yang membentuk penampilan lahiriyah dan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani.
Ø Berlidah dua adalah sifat orang yang memuji dan menyanjung orang lain katika ia berhadapan dengannya, tetapi mencela dan mengumatnya bila ia tidak ada.
Ø Berdusta adalah ciri seorang yang mengatakan sesuatu , tetapi tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan.
Ø Sumpah palsu adalah ciri seseorang yang bersumpah atas pengakuan palsunya agar bisa menyelamatkan diri dari hukuman.
Ø Mereka malas mengerjakan shalat dan selalu riya
Ø Hidup dalam keragu-raguan dan tidak punya pendirian
Ø Selalu membuat kerusakan di permukaan bumi
Ø Suka menyebarkan fitnah
Ø Tidak bertanggung jawab atas perbuatannya dan melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.
Ø Seringkali menghina kekurangan orang lain dan mereka tidak sadar bahwa dirinya sendiri memiliki banyak kekurangan.
Firman Allah swt:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُوْلُ أَمَنَّا بِاللهِ وَبِالْيَوْمِ اْلاَخِرِ وَمَاهُمْ بِمُؤْمِنِيْنَ (البقره : 8)
Artinya:
“Dan diantara manusia ada yang berkata,”kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.”(Qs.Al-Baqarah:8)
Firman Allah swt
وَإِذَالَقُوْاالَّذِيْنَ أَمَنُواقَالُوْااَمَنَّا وَإِذَاخَلَوْااِلَى شَيَطِيْنِهِمْ قَالُوْااِنَّامَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ (البقره 14)
Artinya:
“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka :”kami telah beriman.”Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (pemimpin-pemimpin) mereka, mereka berkata: “sesungguhnya kami bersama-sama kamu ,kami hanya berolok-olok.”(Qs.al-Baqarah : 14 )
4. Akibat negatif dari sifat munafik
a. Bagi diri sendiri
1) Allah swt. mengancam perbuatan munafik melalui firmannya yang berbunyi:
بَشِّرِ اْلمُنَفِقِيْنَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيْمًا (النساء:138)
Artinya:
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik, bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih.”(an-Nisa’:138)
Di ayat lain Allah Firman :
إِنَّ الْمُنِفِقِيْنَ فِى الدّرْكِ اْلأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًا (النساء:145)
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari api neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang penolongpun bagi mereka.”(Qs.An-Nisa’:145)
2) Perbuatan munafik itu merupakan penyakit jiwa (hati) yang sangat berbahaya, baik bagi pelakunya maupun bagi orang lai
Firman Allah :
فِي قُلُوْ بِهِمْ مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ بمِاَ كَا نُوْا يَكْذِبُوْنَ (البقره :10)
Artinya:
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya: dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”(al-Baqarah : 10 )
3) Kurangnya kepercayaan orang lain terhadapnya
4) Menjaukan diri dari Rahmat Allah
5) Ibadah dan amal shaleh yang dikerjakannya tidak diterima Allah, karena orang munafik itu mengharapkan sesuatu selain dari pada Allah
b. Bagi orang lain
1) Orang lain akan selalu dirugikan, baik dalam kegiatan keagaan maupun interaksi sosial kemasyarakatan.
2) Orang lain akan sering terzalimi, terkhianati, tertipu.
3) Akan menjadi musuh dalam selimut
4) Menimbulkan kerusakan dipermukaan bumi
Firman Allah :
وَلاَ تَبْغِ اْلفَسَادَ فِى اْلأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ (القصص : 77)
Artinya:
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (permukaan) bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melakukan kerusakan.”(al-Qashash:77)
5. Menghindari perilaku munafik
Diantara cara menghindari perbuatan munafik adalah:
Ø Senatiasa ingat kepada Allah swt. dalam keadaan apapun
Ø Berusaha untuk selalu berkata jujur
Ø Menepati setiap janji yang diucapkan
Ø Menyampaikan amanah orang lain tanpa menunda waktu
Ø Menyampaikan informasi yang kita ketahui tanpa mengada-ada
Ø Memperbanyak aktifitas keagamaan
Ø Selalu introspeksi diri terhadap perbuatan – perbuatan yang dilakukan
Ø Mengigat bahaya yang ditimbulkan dari perbuatan munafik
Ø Mempererat silaturrahmi dengan sesama muslim
Kesimpulan
1. Perbuatan dendam dan munafik termasuk perbutan yang tercela dan dilarang dalam agama Islam. Dendam adalah perasaan ingin membalas karena sakit hati yag timbul sebab permusuhan, munafik adalah orang yang menyembunyikan kekafirannya.
2. Perbuatan dendam dan munafik membahayakan diri sendiri dan orang lain.
3. Usaha untuk mencegah perbuatan dendam dan munafik adalah, senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan segala yang diperintahkanNya dan menjauhkan segala laranganNya. Hendaklah kita selalu mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh sifat dendam dan munafik, sehingga kita bisa berfikir dua kali untuk melakukan perbuatan tersebut.

********

Open Up Your Heart !

Pernahkah kita menyimpan dendam membara dalam dada, ketika kita dirugikan, disakiti, atau dianiaya ? Tentu saja. Tapi, tahukah bahaya atau kerugian menyimpan dendam dalam dada ?

Nelson Mandela, yang dijebloskan ke penjara hampir 27 tahun, berkomentar, " Tidak ada yang tidak bisa dimaafkan . "

Rasulullah berkata, " Akhlak tertinggi adalah kerelaan memaafkan. "

Kenapa begitu ? Ternyata menyimpan dendambukanlah hal yang remeh temeh. Secara psikologis, ada ketertekanan bila tidak dapat melampiaskan dendam itu. Bila itu berlanjut, bisa saja berakibat pada stress atau bahkan sampai stroke, juga gangguan produktivitas dan kesuksesan.

Kesuksesan berawal dari dalam diri, inner success. Artinya, kesuksesan mengolah masalah masalah yang ada dalam diri kita. Jika ini tidak berhasil, mustahil kita bisa meraih sukses di kehidupan nyata !

Lalu, bagaimana dengan di akhirat ? Ternyata akhirat itu menjadi kelanjutan dari kondisi psikologis dunia.
Dikatakan, pada hari senin pintu surga terbuka. Semua orang masuk, kecuali yang di hatinya ada syirik kepada Allah SWT. Namun, ada juga seorang laki - laki yang tidak bisa masuk surga sebelum dia bersegera memafkan dan menetralisir dendamnya sebelum pintu surga tertutup.

Pendeknya, seseorang tidak bisa membawa perasaan - perasaan yang tidak nyaman ke surga. Tidak comfortable ! Bukankah surga itu digambarkan sebagai tempat yang very very comfortable ?