Sabtu, 21 Desember 2019

Ternyata Asal Muasal Pancasila Adalah Syahadat dan Rukun Islam

Ternyata Asal Muasal Pancasila Adalah Syahadat dan Rukun Islam



Pada catatan sejarah, Lambang Garuda Pancasila didesain oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh presiden Soekarno.
Lambang Kerajaan Samudera Pasai berisi KALIMAT TAUHID dan RUKUN ISLAM.
Kepala burung bermakna Basmallah, sayap dan kakinya merupakan ucapan dua kalimat Syahadat. Badan burung itu merupakan Rukun Islam.

Tahukah Anda jauh-jauh hari sebelum lambang itu dipakai sebagai lambang Negara Republik Indonesia, lambang tersebut sudah lebih dahulu digunakan sebagai lambang Kerajaan Samudera Pasai?

Seperti yang kita ketahui, bahwa Kerajaan Samudera Pasai adalah sebuah kerajaan Islam pertama di Indonesia yang didirikan oleh Sultan Malikussaleh (Meurah Silu) pada abad ke 13 atau pada tahun 1267.

Pancasila Adalah Syahadat dan Rukun Islam!
Samudera Pasai pada saat itu dikenal sebagai pusat studi Islam di kawasan Asia Tenggara, hal ini dikemukakan oleh seorang petualang bernama Ibnu Battutah dalam bukunya Tuhfat al-Nazha.

Lambang kerajaan Islam Samudera Pasai ini dirancang oleh seorang Sultan Samudera Pasai yaitu Sultan Zainal Abidin. Lambang burung tersebut memiliki makna yaitu SYIAR ISLAM YANG KUAT.

R Indra S Attahashi menjelaskan bahwa lambang negara Samudera Pasai berisi kalimat Tauhid dan Rukun Islam.

Rinciannya, kepala burung itu bermakna Basmallah, sayap dan kakinya merupakan ucapan dua kalimat Syahadat. Terakhir, badan burung itu merupakan Rukun Islam.

Indra melanjutkan penjelasannya bahwa lambang itu disalin ulang oleh Teuku Raja Muluk Attahashi bin Teuku Cik Ismail Siddik Attahashi yang merupakan Sultan Muda Aceh yang diangkat pasca peristiwa Perang Cumbok pada 1945. Pada saat itu di Aceh Tamiang ada kerajaan sendiri bernama Kerajaan Sungai Iyu.

Indra menjelaskan, lambang Kerajaan Samudera Pasai itu sudah ada dalam silsilah keluarganya lebih dari 100 tahun lalu.
Dari kakek atau nenek, lambang itu diwariskan dari generasi ke generasi yang selalu dikisahkan bahwa itu lambang Kerajaan Samudera Pasai.

Lambang itu dilukis oleh Teuku Raja Muluk Attahashi, keturunan dari panglima Turki Utsmani yang ke Aceh ketika Sultan Iskandar Muda menghadapi Portugis, pimpinan dari Panglima Tujuh Syarif Attahashi.

Lambang Garuda Pancasila ini ternyata terinspirasi dari lambang kerajaan Samudera Pasai, namun terlepas dari itu semua sejarawan LIPI, Aswi Warman Adam menegaskan kalau klaim itu menunjukkan kecintaan bangsa Indonesia.

Kamis, 19 Desember 2019

Di Akhir Zaman, Dianggap Lemah Jika Menolak Perbuatan Dosa 

Di Akhir Zaman, Dianggap Lemah Jika Menolak Perbuatan Dosa

Nabi ﷺ sudah memperingatkan dan menasihati agar orang yang menemui zaman itu untuk memilih dianggap lemah dan menjauhi perbuatan dosa.

Pada akhir zaman kelak, seseorang dituntut untuk memilih. Memilih antara melakukan perbuatan dosa atau dikatakan sebagai orang yang lemah, kolot dan anti kemajuan. Ketika berada di zaman itu, Rasulullah ﷺ menganjurkan kepada kita untuk memilih menjadi orang disebut kolot, lemah atau anti kemajuan tersebut.

KITA tahu apa saja yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Kita juga tahu apa-sapa saja yang dilarang. Itu semua dalam kita temukan dalam Al-Quran dan sunnah Rasul. Dan jika kita melakukan perbuatan yang dilarang, maka dihukumi sebagai pendosa. Apakah Anda mau memiliki nasih demikian? Tentu tidak bukan.

Lain halnya menjelang akhir zaman kelak. Salah satu tanda-tanda kiamat yang sudah diwartakan oleh Rasulullah ﷺ adalah nanti di akhir zaman seseorang akan diminta untuk memilih antara perbuatan dosa atau meninggalkannya. Namun, memiliki konsekunsi jika meninggalkannya, ia akan disebut lemah, kolot dan sebutan-sebutan anti kemajuan lainnya dalam persepsi para pendosa itu.

Nabi ﷺ sudah memperingatkan dan menasihati agar orang yang menemui zaman itu untuk memilih dianggap lemah dan menjauhi perbuatan dosa.

Abu Hurairah RA meriwayatkan, bahwa Rasulullah ﷺ, “Nanti akan tiba satu zaman yang ketika itu seseorang diberi pilihan untuk memilih antara dikatakan lemah dan berbuat dosa, barangsiapa mendapatkan zaman itu, hendaknya ia lebih memilih dikatakan lemah daripada melakukan perbuatan dosa.”

Tanda ini sudah muncul pada zaman sekarang. Contohnya, seorang wanita berhijab dituduh sebagai seseorang yang kolot dan ketinggalan zaman. Atau orang yang tidak mau berinvestasi dalam sistem riba, atau memberi suap, atau menyaksikan acara-acara TV yang merusak, akan dikatakan sebagai orang kolot dan anti kemajuan. Sehingga, orang pun disuruh memilih antara melakukan perbuatan dosa dan maksiat, atau dikatakan sebagai orang yang lemah dan kolot. []

Jumat, 04 Oktober 2019

Pemakai shabu lebih bodoh dari binatang

Pemakai shabu lebih bodoh dari binatang”

KALAU dilihat dari fisiknya mungkin banyak yang menyangka bahwa dia sudah berusia di atas 60 tahun. Gigi depannya sudah tanggal alias ompong. Rambutnya sudah menipis dan sebagian besar berwana putih. Hanya kulitnya saja yang belum keriput layaknya kakek-kakek. Namun setelah ngobrol lebih jauh, gayanya santai, bicaranya ceplas-ceplos, sesekali humor-humor segar pun meluncur dari bibirnya.

Haji Kaharudin, ternyata umurnya baru menginjak kepala lima. "Kenapa banyak yang nyangka saya udah kakek-kakek? Padahal saya baru berumur 54 tahun." gumam Kaharudin. Ia pun lantas bercerita keadaan fisik tubuhnya yang seperti itu adalah akibat menggunakan berbagai macam narkoba. Dalam kurun waktu 7 tahun (1995-2002) kelahiran Pontianak ini kecanduan narkoba, terutama jenis shabu. Menurutnya efek shabu terhadap tubuh sangat merugikan, mulai dari rambut rontok, gigi ompong, fisik jadi cepat lemah, otak jadi lemot (lambat berpikir, Red.), dan yang paling fatal adalah menurunnya gairah seks.

Di daerah kediamannya, Ternate, tidak ada yang tidak mengenal Kahar - dari tukang ojek sampai pemilik perusahaan, dari staf pegawai pemerintahan sampai gubernur. Masyarakat Ternate akrab memanggil beliau dengan nama Haji Ompong sesuai dengan ciri-ciri fisiknya. Walau begitu, ketenarannya itu tidak menghalangi pria yang mahir berbagai jenis bahasa daerah ini untuk berbagi kisah tentang masa kelamnya dulu. "Saya terbuka untuk menyampaikan apa yang saya alami untuk generasi muda, supaya mereka tuh tahu bahwa memakai narkoba itu salah. Memang ada gunanya tapi sangat sedikit." tandas Kahar. Sore itu dengan mengenakan kemeja dan celana jins santai, Kahar menuturkan kisah hidupnya yang sangat panjang dan menarik di sebuah hotel di kawasan pusat Jakarta, saat ia berkunjung ke ibukota.



Menggelontorkan Granat

Untuk urusan nakal, kata Kahar, telah dimilikinya sejak kecil saat duduk di Sekolah Rakyat (SR). Waktu itu ia sering berkelahi. Bak seorang pahlawan, dirinya sering membela teman-temannya. "Teman saya yang berkelahi, saya yang maju. Main golok dan segala macam juga saya layani," ucap Kahar bersemangat.

Ketika masuk SMA, kenakalannya pun makin menjadi, dari iseng-isengan, berkelahi, mencuri, dan mabuk-mabukan. Pernah suatu waktu Kahar memiliki sebuah granat. Karena sifat isengnya yang kelewat besar, ketika teman-temannya sedang main basket dengan sengaja ia menggelontorkan granat ke lapangan tersebut. Sontak teman-temannya langsung berhamburan.

Ketika SMA, jarak antara sekolah dan rumahnya sangat jauh. Karena itu, Kahar sering menginap di rumah teman-temannya. "Rumah di Cimahi, sekolah di Bandung, kira-kira dua belas kilometer jaraknya. Dulu belum ada mobil-mobil. Jadi saya harus jalan dan naik truk pasir yang lewat. Kalau kemalaman, yah mending
nginep di rumah teman. Saya juga sering nginep di rumah teman saya yang wanita, dulu saya sering tidur di rumah mamahnya Rina Gunawan." kenang Kahar.

Pada masa SMA ini pula ia mulai mengenal jenis-jenis narkoba. Namun, ganja yang diakui paling dikenalnya. Di tempat bergaulnya, yakni tempat berkumpul banyak remaja nekat dan nakal, ia jadi sering ngeganja. "Mengganja dulu bukan untuk nyandu, tapi untuk senang-senang saja. Kalau saya bawa ganja bukan selinting dua linting tapi satu tas tentara. Saya tanam di Batujajar dan Cimahi dulu. Cuman saya sendiri jarang ngerokok karena saya dulu pelari." tuturnya sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.





Ranking Se-Asia
"Saya inikan gila di sini (Jakarta, Red.). Siapa yang gak tau saya, penyanyi seperti Dedi Dores aja anak buah saya kok. Saya memang pemakai berat, mungkin di Jakarta ini gak ada yang nandingin, bahkan kalau ada ranking mungkin saya termasuk ranking untuk pemakai narkoba se-Asia," ujar anak kedua dari empat bersaudara ini menggebu. Kenangan Kahar kembali ke tahun 1995, saat usai menunaikan ibadah haji sekaligus harus berpisah dengan istrinya. Kehidupan bebas ala pelaut rupanya tidak bisa diterima oleh sang istri sehingga ketika Kahar sedang berpesta di sebuah diskotik dengan ditemani seorang wanita, istrinya datang mendamprat Kahar dan perempuan tersebut dengan kata-kata kasar dan sumpah serapah. Merasa sakit hati, Kahar mendatangi sang istri dan berkata, "Mulai hari ini kamu bukan istri saya lagi!" Ia juga mengatakan akan mengawini perempuan diskotik yang didamprat tersebut hanya untuk membuat sang istri sakit hati.

Setelah bercerai, Kahar keluar dari tempat tinggalnya di kawasan Kemang Pratama dan menyewa sebuah kamar berukuran kecil di daerah Kemayoran. "Banyak teman-teman saya yang nanya kok mau nyiksa diri dari istana pindah ke gubuk. Saya keluar rumah memang hanya membawa badan. Rumah saya di kawasan Kemang Pratama yang saya beli seharga 1M, saya tinggalin!" tegas pria yang memiliki hobi memancing di empang ini. Lingkungan tempat tinggal barunya ternyata tidak seramah dan senyaman tempat tinggalnya dulu. "Di Kemayoran itu dulu sarangnya narkoba. Tempat bandar paling besar di Jakarta. Barang apa aja ada di situ. Kegilaan saya mulai pada saat itu karena dikelilingi oleh perempuan-perempuan nakal dan kehidupan malam di situlah saya mengenal shabu," papar Kahar sembari menambahkan bahwa di situ ia hanya bertahan sampai empat bulan dan kemudian pindah menyewa sebuah rumah berukuran besar yang masih terletak di kawasan Kemayoran.

Di dalam rumah tersebut Kahar membeli alat-alat band dan membuat studio rekaman. "Dedy Dores saya rekrut. Saya bikin band namanya Baruna Grup. Bikin sinetron juga. Punya rekaman juga." tutur Kahar.

16 Juta Seminggu

Menurut Kahar, kecanduannya akan shabu bukan atas bujukan orang lain tapi karena kemauannya sendiri. Namun tidak ia pungkiri memang pergaulan mempengaruhi mengapa ia memakai shabu. Setelah mencoba shabu Kahar merasakan sensasi senang, takut, gembira yang luar biasa - tergantung dari perasaan kita sebelum memakai barang haram tersebut. "Kalau kita lagi senang trus
make shabu, fly-nya lebih senang. Kalau takut jadinya malah parno dan sangat ketakutan. Kalau sudah begitu bisa nekat loncat dari ketinggian, lari sekencang mungkin. Binatang harimau yang larinya kencang, orang yang nyabu masih lebih kencang larinya dari harimau. Jadi shabu waktu itu cocok dengan kondisi saya. Hanya shabu yang bisa dipakai untuk ketenangan dan bisa dipake sendiri gak usah bareng-bareng. Karena saya kalau nyabu tidak pernah ngajak atau ngebujuk teman untuk ikut make." ujar ayah dari satu putra ini.

Pada kurun waktu 1995 sampai 1999, rezeki yang diterima Kahar sangat berlimpah. Semua yang ia lakukan bisa menghasilkan duit, bahkan sampai mengekspor barang ke luar negeri. Mobil limosin dan mobil build up lainnya memenuhi garasi rumah. Cincin dan batu-batu seharga ratusan juta terpasang di jarinya. Disokong dengan dana yang tak terbatas, membuat kecanduannya semakin menggila. Narkoba seperti inex, ekstasi ia beli dalam jumlah besar dan selalu tersedia seperti kacang goreng di rumahnya. Shabu yang sudah seperti makanan pokok untuk Kahar, tentu tidak ketinggalan. Dalam seminggu ia bisa menghabiskan Rp 16 juta untuk membeli shabu. "Dulu satu ons itu 16-an juta. Paling itu bisa bertahan sampai seminggu, malah gak
sampe mungkin." kata Kahar.

Dalam kurun waktu tersebut Kahar tetap melaksanakan tugasnya di kantor yakni di Barito sebagai kepala perkapalan. Lama-kelamaan produktifitasnya menurun, Kahar bahkan hanya mampu mengandalkan anak buahnya untuk bekerja. Pernah pada saat ia sedang rapat dengan bos-bos perusahaannya dari Korea ia tertidur sampai rapat berakhir. "Bangun-bangun badan saya sudah diselimuti dan ruangan sudah sepi." kenang Kahar.

Tidak Makan Berhari-hari

Efek jahat shabu pada tubuhnya sudah mulai parah. Badannya seakan tidak punya tenaga untuk beraktifitas, ia bisa menghabiskan sehari penuh untuk tidur sehingga kerjaannya pun terbengkalai. Badannya kurus karena tidak ingat makan, otaknya lemah. Bahkan karena saking seringnya tertidur ia sudah lupa akan waktu dan hari. Akibatnya Kahar jadi bulan-bulanan penipuan oleh teman dan anak buahnya. Barang-barang di rumahnya ia jual dengan harga murah tanpa sadar. Mobil limosinnya hanya dijual dengan harga 100 juta, itupun baru diketahui ketika satu hari ia ingin keluar rumah. Seperti biasa supirnya pasti bertanya ingin menggunakan mobil yang mana, spontan ia jawab mobil limosin. Namun supirnya berkata bahwa mobil itu sudah dijualnya tadi malam dengan harga 100 juta. Ketika bertaruh dalam pertandingan sepak bola pun Kahar selalu mengalami penipuan. Ia selalu bertaruh untuk pertandingan yang sebenarnya sudah selesai dan hasilnya sudah ada. Sekali bertaruh ia bisa kalah sampai 50 juta.

Saking seringnya mengalami penipuan, lama-kelamaan akhirnya Kahar bangkrut juga. Untuk memenuhi kebutuhannya akan shabu ia terpaksa menjual barang-barang berharga yang tersisa. Cincin dan batu seharga ratusan juta ia jual dengan harga jutaan saja. Mobil-mobil koleksinya satu persatu hijrah dari garasi. Namun sampai semua barangnya sudah habispun kecanduan Kahar akan shabu belum berhenti juga. Kahar bahkan sampai tidak makan berhari-hari karena tidak punya uang. Teman-temannya yang dulu baik, kabur dan menjauh. Hanya segelintir orang saja yang kadang masih ingat kepadanya dan mau memberi ia makan.

Puncaknya ketika bulan Mei 1999, Kahar keluar dari tempatnya bekerja. Lebih tragis lagi ia harus menerima kenyataan ditinggal pergi ibunda tercinta untuk selamanya. Harta terakhir yang ia miliki yaitu sejumlah uang dalam rupiah dan dolar raib diambil di bandara ketika Kahar ingin menghadiri pemakaman ibunya.



Bertemu Dewi Penolong

"Hidup saya sudah pasrah, mau makan atau tidak kek terserah," kenang Kahar pada saat kecanduannya akan narkoba masih merongrong walaupun harta ludes tak tersisa. Teman dan keluarga menjauh. Tak disangka ternyata salah satu keponakannya yang menjadi dokter mau berkunjung. Saat itu sang ponakan membawa serta temannya yang juga seorang dokter bernama dr. Rosidah HS. Kesan pertama bertemu dengan Rosidah sudah membuatnya ingin memukul wajah gadis yang sebenarnya berparas cantik tersebut, sebab shabu miliknya dirampas dan dibuang oleh Rosidah.

"Waktu saya lagi ngobrol sama keponakan saya, dia buang semua shabu saya. Saya marah sekali, rasanya saya mau tempeleng dia. Tapi dia dengan entengnya malah berkata saya yakin kok kamu bisa jadi suami saya. Asal kamu berhenti memakai shabu saya bersedia dikawini sama kamu. Saya bilang, kamu gila? Karena dengan kondisi saya yang sudah parah, badan kurus, mata keluar, rambut rontok. Siapa yang mau sama saya?" ucap Kahar akan kesannya ketika bertemu pertama kali dengan Rosidah.

Namun ternyata omongan itu tidak main-main. dr. Rosidah membuktikan bahwa ia memang menyayangi Kahar dan benar-benar ingin melihatnya sembuh dari kecanduan shabu. Akhirnya bulan Juli tahun 2000, Kahar menikah dengan dr. Rosidah yang ternyata masih adik sepupu dari seorang petinggi di Polda Metro Jaya. Perbedaan umur 15 tahun tidak menjadi penghalang. Meski saat melamar, orang tua gadis bertanya padanya "Om, mana calon mempelai prianya? Saya jawab, saya sendiri. Kaget bukan kepalang mertua saya." cerita Kahar. Banyak teman-teman Kahar yang tidak percaya kalau ia bisa menikah dengan gadis cantik, kaya, dan berprofesi dokter. "Teman saya pada bingung gimana bisa? Kamu aja bingung apalagi saya." ucap Kahar sambil tertawa lepas.



Dikurung 3 Bulan
Kahar mengakui kalau istrinya memang sosok yang paling berperan dalam proses pemulihannya. Tapi dengan sedikit berkelakar, ia menyatakan alasan utama adalah karena sebetulnya uangnya sudah habis. "Kalau uang saya masih ada mungkin saya masih make walaupun saya ketemu dia." ucapnya. Kahar sempat dikurung oleh sang istri selama tiga bulan dalam kamar yang terisolasi. Selama dalam masa kurungan itu yang ia kerjakan hanya tidur menunggu istrinya pulang. Efek shabu menjadikan emosi Kahar sangat labil, persoalan kecil saja bisa membuat ia dan istri bertengkar. Namun dengan sabar dr. Rosidah terus berusaha merawat Kahar.

Setelah sekian lama dijaga oleh sang istri, berangsur-angsur kondisi kesehatan Kahar mulai pulih. Tekadnya untuk sembuh sudah bulat. Ia tahu betapa sulitnya untuk berhenti dari kecanduan shabu dan ia tidak ingin mengulangi kebodohannya untuk kedua kali. "Saya sadar bahwa untuk sembuh itu susahnya bukan main. Yang saya rasakan ketika penyembuhan itu udaranya panas sekali. Sampai-sampai kalau malam, saya tidurnya di bak kamar mandi berendam dengan air." ucap Kahar sambil menerawang.

Karena itu ia berpikir untuk pindah dari Jakarta ke Ternate dengan pemikiran di daerah pasti shabu susah didapat. Sang istri pun mendukung keinginan suaminya untuk pindah walau harus pindah dari rumah sakit tempat kerjanya di Jakarta. Di Ternate, kebaikan dan kedermawanannya sangat terkenal. Di tempat itu pula perlahan-lahan Kahar mulai membangun lagi kehidupannya bersama istri dan anaknya Sy. Ade Baruna Alqadrie yang masih kecil. Kehidupan ekonominya berangsur pulih walaupun tidak sejaya dahulu. Teman-temannya sudah mulai percaya kepada Kahar ketika mengetahui dirinya sudah pulih dari kecanduan shabu. Proyek-proyekpun mulai diberikan kepada Kahar. Menurut Kahar saat ini ia masih bekerja di bidang yang berhubungan dengan perkapalan, dan mulai merambah ke bidang pertambangan.

Saat ini ia sudah banyak menyadarkan orang di Ternate, terutama kaum muda. "Dengan cerita saya ini, saya ingin pembaca SADAR jangan pernah coba-coba pakai narkoba. Untuk yang masih make, sebenarnya harga diri mereka akan hilang karena jadi bodoh, lebih bodoh dari binatang. Sebodoh-bodohnya binatang lebih bodoh lagi orang yang make shabu. Kedua, mereka tidak menyadari akibatnya nanti. Syukur kalau dia mati, tapi kalau tidak? Bisa gila. Seperti saya ini sudah mengalami akibatnya." tandasnya mantap sebelum menutup pembicaraan. (DIM)



Kisah Nyata – SADAR Des 06 (Hal. 29-33)Capt. H. Kaharudin


Jumat, 13 September 2019

AGAMA ALLAH

Bagaimana Agama Allah Itu Dan Apakah Agama Islam Itu Agama Allah?

 Tilmidzi Mudariszi


Tilmidzi: “Apakah Allah SWT menetapkan agama bagi manusia ketika menjalani hidupnya di dunia?”



Mudariszi: “Allah SWT menciptakan makhluk-makhluk di semesta alam (langit dan bumi) dengan menetapkan agama-Nya bagi mereka untuk diikuti dan dijalankan ketika mereka menjalani hidupnya di dunia. Allah SWT menjelaskan itu sebagai berikut:



Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa. (Ali ‘Imran 83)



Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan-Nya yang hidup di bumi dan memiliki fitrahnya sendiri. Sehingga Allah SWT menetapkan pula agama-Nya dan syariat agama-Nya bagi manusia untuk diikuti dan dijalankannya ketika menjalani hidupnya di dunia. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:



Kemudian Kami jadikan kamu berada diatas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (Al Jaatsiyah 18)



Allah SWT melarang manusia mengikuti selain agama-Nya ketika menjalani hidupnya di dunia, dan hal itu dijelaskan firman-Nya ini:



Atau adakah kamu mempunyai sebuah Kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu membacanya bahwa di dalamnya kamu benar-benar boleh memilih apa yang kamu sukai untukmu? (Al Qalam 37-38)



Tilmidzi: “Bagaimana agama-Nya itu?”



Mudariszi: “Agama Allah itu seperti yang dijelaskan firman-Nya ini:



Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). (Az Zumar 3)



Agama Allah yang bersih dari syirik itu adalah agama tauhid, yaitu agama yang lurus, seperti firman-Nya ini:



Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. (Al Anbiyaa’ 92)



Sesungguhnya (agama tauhid) ini, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. (Al Mu’minuun 52)



Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Yusuf 40)



Karena kebanyakan manusia tidak mengetahui agama Allah, Dia lalu menjelaskan hal itu kepada manusia melalui ayat-ayat-Nya dan Dia lalu memerintahkannya sebagai berikut:



Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah (ciptaan) Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. (Ar Ruum 30-31)



Tilmidzi: “Apakah agama Islam itu merupakan agama Allah?”



Mudariszi: “Agama Allah itu agama Islam, karena Dia menjelaskan agama-Nya tersebut sebagai berikut:



Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali ‘Imran 19)



Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.(Ali ‘Imran 85)



Demikian pula ketika Allah SWT menyeru (mengajak) manusia melalui ayat-ayat-Nya agar mengikuti agama-Nya, agama Islam, sebagai berikut:



Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam? (Ash Shaff 7)



Demikian pula dengan seruan-Nya kepada manusia untuk mengikuti agama-Nya yang lurus, yaitu agama Islam, sebagai berikut:



Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tak dapat ditolak (kedatangannya); pada hari itu mereka terpisah-pisah. (Ar Ruum 43)



Dengan demikian, agama Allah itu adalah agama Islam, atau agama Islam itu merupakan agama Allah.”



Tilmidzi: “Jika demikian, apakah agama Allah yang dijelaskan (disampaikan) oleh Nabi-Nabi (Rasul-Rasul) kepada umatnya masing-masing itu adalah agama Islam?”



Mudariszi: “Ketika Rasul-Rasul menyampaikan ayat-ayat-Nya kepada umatnya masing-masing, mereka menyeru umatnya sebagai berikut:



Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut (syaitan atau lain-lain selain Allah) itu.” (An Nahl 36)



Firman-Nya di atas menunjukkan bahwa Rasul-Rasul ketika menyampaikan ayat-ayat-Nya (kitab-Nya) kepada umat Rasul itu termasuk menjelaskan agama-Nya yang hanya menyembah Dia saja, yaitu agama Islam. Selanjutnya Allah SWT menjelaskan melalui firman-Nya dan sunnah Rasulullah berikut ini:



Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini. (Al Hajj 78)



Dari ‘Iyaadl bin Himar Al Mujasyi’iy, bahwa suatu hari Rasulullah SAW bersabda dalam khutbahnya: “Ingat, sesungguhnya pada hari ini Tuhanku memerintahkan aku agar mengajarkan kepadamu sebagian apa yang aku ketahui tetapi tidak kamu ketahui. Dia berfirman: “Sesungguhnya Aku ciptakan hamba-hamba–Ku dalam ke­adaan muslim semuanya.” (HR Muslim)



Firman-Nya dan sunnah Rasulullah di atas menunjukkan bahwa semua orang yang lahir di bumi yang dimulai dari Nabi Adam hingga sekarang adalah muslim. Muslim adalah orang yang mengikuti (memeluk) agama Islam, sehingga semua Rasul (Nabi) yang menjelaskan ayat-ayat-Nya dan agama-Nya (agama Islam) adalah muslim semua. Contoh, Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’qub yang mewasiatkan kepada anak-anaknya sebelum keduanya wafat, sebagai berikut:



Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.”Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Isma’il dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa, dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Al Baqarah 132-133)



Dan Nabi Yusuf, salah satu putera Nabi Ya’qub, meminta kepada-Nya agar diwafatkan sebagai muslim atau dalam keadaan beragama Islam. Allah SWT menjelaskan itu sebagai berikut:



Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian tabir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi, Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh. (Yusuf 101)



Dengan demikian, semua agama yang disampaikan dan dijelaskan oleh Rasul-Rasul (Nabi-Nabi) itu adalah agama Allah, yaitu agama Islam.”



Tilmidzi: “Tapi bukankah agama yang disampaikan dan dijelaskan oleh Nabi Musa dan Nabi ‘Isa itu adalah agama Yahudi dan agama Nasrani?”



Mudariszi: “Allah SWT mengutus Nabi Musa dan Nabi ‘Isa kepada umatnya untuk menyampaikan dan menjelaskan ayat-ayat-Nya (Taurat dan Injil) dan agama-Nya. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:



Maka ketika ia datang ke tempat api itu, ia dipanggil: “Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Thaahaa 11-14)



Dan tatkala ‘Isa datang membawa keterangan dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada)ku.Sesungguhnya Allah Dia-lah Tuhanku dan Tuhan kamu, maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus.” (Az Zukhruf 63-64)



Firman-Nya di atas menunjukkan bahwa kedua Rasul-Nya itu mengajarkan agama-Nya dengan Taurat dan Injil yang hanya menyembah Dia saja, yaitu agama tauhid, agama Islam. Nabi Musa dan Nabi ‘Isa tidak mengajarkan agama Yahudi atau agama Nasrani kepada umatnya. Agama Yahudi dan agama Nasrani adalah salah satu agama (golongan) yang timbul akibat dari terpecahnya agama Allah yang diajarkan (dijelaskan) oleh Nabi Musa dan oleh Nabi ‘Isa. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:



Sesungguhnya (agama tauhid) ini, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam kesesatan sampai suatu waktu. (Al Mu’minuun 52-53)



Dan mereka berkata: “Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.” Katakanlah: “Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik.” (Al Baqarah 135)



Orang-orang (penganut agama) Yahudi dan orang-orang (penganut agama) Nasrani dalam firman-Nya di atas itu menunjukkan bahwa mereka bukanlah penganut agama Allah. Keduanya (orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani) saling berselisih tentang petunjuk-Nya, padahal keduanya memiliki Taurat dan Injil dari Allah SWT yang diturunkan kepada Rasul dari kaum yang sama, yaitu Bani Israil. Keduanya saling mengatakan bahwa Nabi Ibrahim adalah orang (penganut agama) Yahudi atau orang (penganut agama) Nasrani, padahal Nabi Ibrahim hidup jauh sebelum mereka dan Nabi Ibrahim tidak mengetahui Taurat dan Injil. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:



Dan orang-orang Yahudi berkata: “Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Orang-orang Yahudi tidak mempunyai suatu pegangan”, padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. (Al Baqarah 113)



Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berfikir? Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” (Ali ‘Imran 65-67)



Justru orang-orang yang paling dekat dengan Nabi Ibrahim dan dengan agama yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim, yaitu orang-orang yang dijelaskan dalam firman-Nya ini:



Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (Ali ‘Imran 68)



Semua penjelasan di atas menunjukkan bahwa agama Yahudi atau agama Nasrani bukan agama yang diajarkan (dijelaskan) oleh Nabi Musa dan oleh Nabi ‘Isa kepada mereka (Ahli Kitab), kedua Rasul itu menjelaskan dan mengajarkan agama Allah, yaitu agama Islam. Orang-orang (penganut) agama Yahudi dan orang-orang (penganut) agama Nasrani itulah Ahli Kitab (umat Nabi Musa dan umat Nabi ‘Isa) yang dijelaskan dalam firman-Nya berikut ini:



Dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka. (At Taubah 29)



Tilmidzi: “Apakah agama yang dibawa (diajarkan) oleh Rasulullah SAW kepada umatnya itu agama Islam?”



Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:



Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Al Maa-idah 3)



Agama Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dengan Al Qur’an itu adalah agama yang hanya menyembah Dia saja, yaitu agama tauhid. Allah SWT berfirman:



Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (Kitab-Kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.” (Al A’raaf 158)



Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW untuk menyampaikan Al Qur’an dan menjelaskan agama Islam (agama-Nya) dengan Al Qur’an tersebut. Allah SWT berfirman:



Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al Maa-idah 67)



Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa khabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. (Al Ahzab 45-46)



Tilmidzi: “Apakah agama-Nya yang dijelaskan oleh Nabi Musa, Nabi ‘Isa dan Rasulullah SAW itu memiliki syariat (peraturan) agama-Nya?”



Mudariszi: “Ya! Allah SWT memberikan syariat agama-Nya kepada Nabi Musa dan Nabi ‘Isa untuk disampaikan kepada umatnya, dan hal itu dijelaskan sebagai berikut:



Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil Al Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian dan Kami berikan kepada mereka rezeki-rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama). (Al Jaatsiyah 16-17)



Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada Ibu Bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. (Al Baqarah 83)



Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu. (Ali ‘Imran 50)



Allah SWT juga memberikan syariat agama-Nya kepada Rasulullah SAW melalui Al Qur’an untuk disampaikan kepada umatnya, sebagai berikut:



Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Qur’an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.(Ar Ra’d 37)



Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu memahaminya. (Al Baqarah 242)



Allah hendak menerangkan (hukum syari’at-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para Nabi dan shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa’ 26)



Ahli Kitab, yaitu umat Nabi Musa dan umat Nabi ‘Isa sebelum terpecah, tidak berbeda dengan umat Rasulullah dalam menjalani pokok-pokok syariat agama-Nya, yaitu shalat menyembah-Nya dan menunaikan zakat. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:



Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Al Bayyinah 4-5)



Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dia-lah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (Al Hajj 78)



Tilmidzi: “Apakah syariat agama-Nya yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap Rasul dan umatnya itu berbeda dengan Rasul yang lainnya?”



Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:



(Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. (An Nisaa’ 24)



Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari’at tertentu yang mereka lakukan. (Al Hajj 67)



Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (Al Maa-idah 48)



Contoh kiblat shalat bagi umat Rasulullah SAW yaitu ke arah Masjidil Haram di Mekkah, sedangkan kiblat shalat bagi umat Nabi Musa dan umat Nabi ‘Isa (Ahli Kitab) ke arah Masjidil Aqsha di Jerusalem. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:



Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. (Al Baqarah 148)



Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan) mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. (Al Baqarah 145)



Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.(Al Baqarah 144)



Contoh lain, kewajiban shalat lima waktu sehari semalam bagi umat Rasulullah. Kewajiban shalat bagi umat Nabi Musa bisa jadi bukan lima waktu sehari semalam. Ketika Rasulullah SAW mendapat perintah shalat lima waktu sehari semalam, Nabi Musa menyarankan beliau agar meminta kepada Allah SWT supaya diringankan jumlah waktu shalat sehari semalam tersebut, karena umat Rasulullah tidak akan sanggup untuk menjalankannya. Itu menunjukkan kewajiban shalat bagi umat Nabi Musa adalah kurang dari lima waktu sehari semalam. Rasulullah SAW menjelaskan hal itu sebagai berikut:



Dari Anas bin Malik, menceritakan tentang malam dimana Rasulullah SAW di Israa’kan dari Ka’bah: “Tiga malaikat datang kepada beliau sebelum diwahyukan kepada beliau. Ketika itu beliau sedang tidur di Masjidil Haram, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Lalu Allah memberikan wahyu kepadaku. Dia wajibkan kepadaku lima puluh shalat dalam setiap sehari semalam. Tatkala aku turun dan bertemu Musa, dia bertanya: “Apa yang telah difardhukan oleh Tuhanmu kepada umatmu?” Aku menjawab: “Lima puluh shalat.” Musa berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan. Karena umatmu tidak akan kuat melaksanakannya. Aku telah pernah mencobanya pada Bani Israil.” Akupun kembali kepada Tuhanku dan berkata: “Wahai Tuhanku, berilah keringanan atas umatku.” Lalu Allah memotong lima shalat dariku. Aku kembali kepada Musa dan berkata: “Allah memotong lima shalat dariku.” Musa berkata: “Umatmu masih tidak sanggup melaksanakan itu. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi.” Tak henti-hentinya aku bolak balik antara Tuhanku dan Musa, sampai Allah berfirman: “Hai Muhammad! Sesungguhnya yang Aku fardhukan adalah lima shalat setiap sehari semalam. Setiap shalat mempunyai nilai sepuluh. Dengan demikian, lima shalat sama dengan lima puluh shalat. Dan barangsiapa yang meniatkan kebaikan, tetapi tidak melaksanakannya, maka dicatat satu kebaikan padanya. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barangsiapa meniatkan kejahatan tetapi tidak jadi melaksanakannya, maka tidak sesuatupun dicatat. Kalau dia jadi mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan.” Aku turun hingga sampai kepada Musa, lalu aku beritahukan kepadanya. Dia masih saja berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan.” Aku menyahut: “Aku telah bolak balik kepada Tuhan, hingga aku merasa malu kepada–Nya.” (HR Bukhari)



Tilmidzi: “Jika agama-Nya yang diajarkan oleh setiap Rasul memiliki syariat agama-Nya, apakah umat Rasul harus memutuskan perkaranya mengikuti syariat agama-Nya itu?”



Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:



Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh Nabi-Nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (Al Maa-idah 44)



Dan Kami iringkan jejak mereka (Nabi-Nabi Bani Israil) dengan ‘Isa putra Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (Al Maa-idah 46-47)



Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. (Al Maa-idah 48)



Dan jika Rasulullah SAW atau umat Islam diminta oleh Ahli Kitab (umat Nabi Musa atau umat Nabi ‘Isa) untuk memutuskan perkara mereka, maka umat Islam diwajibkan untuk memutuskannya dengan mengikuti Taurat atau Injil, dan tidak boleh memutuskan dengan mengikuti Al Qur’an. Allah SWT berfirman:



Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (Al Maa-idah 49)



Contohnya Rasulullah SAW ketika diminta oleh orang-orang Yahudi untuk memutuskan perkaranya seperti yang dijelaskan sebagai berikut:



Dari Abdullah bin Umar, bahwasanya ia berkata: “Sesungguhnya orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah SAW, mereka lalu menyebutkan kepada beliau bahwa seorang lelaki dari mereka (orang Yahudi) dan seorang perempuan dari pihak mereka juga berzina. Rasulullah SAW lalu berkata kepada mereka: “Apa yang kalian temukan di dalam kitab Taurat dalam urusan rajam?” Mereka menjawab: “Kami mempermalukan mereka dan menderanya.” Abdullah bin Salam berkata: “Kalian bohong, sesungguhnya di dalam Taurat terdapat hukum rajam.” Maka bawalah Taurat, lalu mereka membukanya, lantas salah seorang dari mereka meletakkan tangannya di atas ayat rajam, namun ia membaca ayat yang sebelum dan sesudahnya. Abdullah bin Salam berkata kepadanya: “Angkatlah tanganmu.” Lelaki itu lalu mengangkat tangannya, tiba-tiba di dalamnya terdapat ayat rajam. Mereka berkata: “Ia benar, hai Muhammad, di dalamnya terdapat ayat rajam.” Rasulullah SAW lalu perintah kepada dua orang yang berzina untuk dirajam, lalu keduanya dirajam. Saya lalu melihat seorang lelaki yang membungkuk menjaga (melindungi) wanita itu dari batu.” (HR Bukhari)



Abdullah bin Salam dalam sunnah Rasulullah di atas yaitu ulama Yahudi yang telah memeluk agama Islam. Rasulullah SAW memutuskan perkara orang Yahudi itu mengikuti firman-Nya di atas dan juga firman-Nya ini:



Dan bagaimanakah mereka mengangkatmu menjadi hakim mereka, padahal mereka mempunyai Taurat yang di dalamnya (ada) hukum Allah. (Al Maa-idah 43)



Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka, maka mereka tidak akan memberi mudarat kepadamu sedikit pun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil. (Al Maa-idah 42)



Wallahu a’lam.


Rabu, 17 Juli 2019

DZIKIR SETELAH SHALAT


DZIKIR SETELAH SHALAT

Dzikir sesudah atau setelah shalat adalah di antara dzikir yang mesti kita amalkan. Seusai shalat tidak langsung bubar, namun hendaknya kita merutinkan beristighfar dan bacaan dzikir lainnya.
Dzikir akan menguatkan seorang muslim dalam ibadah, hati akan terasa tenang dan mudah mendapatkan pertolongan Allah.

[1]

أَسْتَغْفِرُ اللهَ (3x)
اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ

Astagh-firullah 3x
Allahumma antas salaam wa minkas salaam tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikrom.

Artinya:

“Aku minta ampun kepada Allah,” (3x).
“Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan, dan dariMu keselamatan, Maha Suci Engkau, wahai Tuhan Yang Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.”

Faedah: Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam jika selesai dari shalatnya beliau beristighfar sebanyak tiga kali dan membaca dzikir di atas. Al Auza’i menyatakan bahwa bacaan istighfar adalah astaghfirullah, astaghfirullah.


[2]

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ، اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.
Allahumma laa maani’a limaa a’thoyta wa laa mu’thiya limaa mana’ta wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu.

Artinya:

“Tiada Rabb yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang memberi apa yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan amal shalihnya yang menyelamatkan dari siksaan). Hanya dari-Mu kekayaan dan kemuliaan.”

[3]

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ

Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah. Lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.

Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Laa ilaha illallah wa laa na’budu illa iyyaah. Lahun ni’mah wa lahul fadhlu wa lahuts tsanaaul hasan.
Laa ilaha illallah mukhlishiina lahud diin wa law karihal kaafiruun.

Artinya:

“Tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah. Tiada Rabb (yang hak disembah) kecuali Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya. Bagi-Nya nikmat, anugerah dan pujaan yang baik. Tiada Rabb (yang hak disembah) kecuali Allah, dengan memurnikan ibadah kepadaNya, sekalipun orang-orang kafir sama benci.”

Faedah: Dikatakan oleh ‘Abdullah bin Zubair, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca tahlil (laa ilaha illallah) di akhir shalat.

[4]

سُبْحَانَ اللهِ (33 ×)
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ (33 ×)
اَللهُ أَكْبَرُ (33 ×)
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ

Subhanallah (33x)
Al hamdulillah (33x)
Allahu akbar (33 x)
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah. Lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.

Artinya:

“Maha Suci Allah (33 x), Segala puji bagi Allah (33 x), Allah Maha Besar (33 x). Tidak ada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan. Bagi-Nya pujaan. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Faedah: Siapa yang membaca dzikir di atas, maka dosa-dosanya diampuni walau sebanyak buih di lautan.
Kata Imam Nawawi rahimahullah, tekstual hadits menunjukkan bahwa bacaan Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu akbar, masing-masing dibaca 33 kali secara terpisah.

[5]

Membaca ayat Kursi setiap selesai shalat (fardhu).

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa khalfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’ wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardla walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim

Artinya :

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Faedah: Siapa membaca ayat Kursi setiap selesai shalat, tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain kematian.

[6]

Membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas setiap selesai shalat (fardhu).
Faedah: Tiga surat ini disebut mu’awwidzot.

[7]

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyiba, wa ‘amalan mutaqobbala

Artinya:

“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).” (Dibaca setelah salam dari shalat Shubuh)

Semoga bisa diamalkan.


Senin, 17 Juni 2019

Kertas Thermal dan Bahayanya




Suka Meremas atau Menyimpan Kertas Thermal? Ini Bahayanya!

Pasti kamu bertanya tanya, apa sih kertas thermal?

Kertas ini bisa ditemui dalam keseharian aktivitas kamu, seperti: saat berbelanja, melakukan transaksi, mengambil uang atau melakukan transfer di mesin ATM. Bahkan saat kamu memiliki tiket konser untuk menonton pertunjukan musisi kesayangan, maupun tiket pesawat saat akan bepergian.   

Sayangnya tidak banyak orang yang tahu jika setruk atau tiket dari kertas thermal ini mengandung zat kimia beracun BPA dan BPS yang berbahaya bagi tubuh.

Berikut penjelasannya:

Apa itu kertas thermal? Kertas thermal biasanya dikemas dalam bentuk rol atau dikenal dengan sebutan thermal paper roll. Kertas ini biasa digunakan dalam mesin faksimili, setruk belanja, setruk ATM, tiket pesawat maupun tiket konser.

Dinamakan kertas jenis thermal karena kertas ini memang bekerja berdasarkan panas/thermal yang dikenakan pada bahan kertas tersebut. Dalam mencetak dokumen melalui mesin faks, ATM atau mesin lainnya, digunakan kertas khusus yaitu thermal paper yang peka terhadap panas (heat-sensitive thermal).

Thermal Paper adalah kertas yang dipenuhi dengan bahan kimiawi yang akan berubah warna ketika dipanaskan.  Permukaan thermal paper dilapisi campuran bahan pewarna yang padat dan kandungan yang sesuai, seperti fluoran leuco dye dan octadecylphosphonic acids.

Thermal paper juga mengandung konsentrat BPA (Bisphenol A) dan BPS (Bisfenol S) yang cukup tinggi, yaitu bahan pemecah endokrin. BPA dan BPS adalah bahan kimia yang digunakan untuk penguat warna pada setruk kertas thermal.

Bahan kimia ini tidak hanya digunakan dalam setruk belanja, tapi juga dalam plastik dan lapisan wadah makanan dan minuman.

Selain pada mesin faks, printer thermal digunakan juga untuk keperluan mencetak setruk di SPBU, daftar harga, label barcode, setruk di mesin ATM, maupun pada pembayaran tunai atau non tunai di kasir maupun bukti pembayaran lainnya seperti tiket konser dan tiket pesawat.

Bahaya menyimpan kertas thermal

Jika kamu sering menyimpan kertas setruk belanja atau setruk lainnya di dompet maupun kantong celana/baju, risiko yang bisa mengintai adalah kanker payudara, kanker prostat, diabetes dan obesitas.

Seperti dikutip dari doktersehat.com, berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan di Taiwan, sekitar 20 sampel dari kertas setruk ATM, beberapa lembar kertas setruk belanja, 7 kertas faksimile dan beberapa kertas dari kantor pos di cek kandungan kimianya.

Hasil dari penelitian ini adalah, 60 persen dari dari sampel tersebut mengandung bahan kimia BPA yang bersifat karsinogenik. Dari 18 hingga 28 sampel tersebut, diketahui bahwa kandungan kimia di dalam kertas mencapai 10 hingga 50 ppm atau parts per million.

Jumlah ini tergolong sangat tinggi sehingga bisa menyebabkan datangnya masalah kesehatan seperti pubertas dini, obesitas, serta kanker.

Walaupun dalam dosis yang sangat sedikit, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa BPA yang ada di setruk belanja bisa memicu kanker.

Bahaya meremas kertas thermal

Saat kamu melakukan transaksi atau mengambil uang di mesin ATM biasanya akan menerima kertas setruk. Setelah melihat data yang ada di kertas, sebagian orang akan meremas kertas setruk tersebut sebelum dibuang.

Ternyata meremas kertas setruk dari mesin ATM atau setruk belanja sama bahayanya dengan menyimpan setruk di dompet atau di kantong celana.

Masalahnya adalah, bahan kertas thermal ini memiliki bahan kimia BPA (Bisphenol A) dan dan BPS (bisphenol S) yang berpotensi menyebabkan datangnya beberapa penyakit termasuk penyebab munculnya penyakit kanker.

Kertas ini juga akan cenderung mudah berubah warna saat terpapar panas.  Organisasi Perlindungan Lingkungan Hidup AS dalam penelitian yang mereka lakukan disebutkan jika kita menyentuh 2,5 mikrogram BPA yang bisa ditemukan di dalam kertas setruk ATM selama 10 detik saja, maka kita akan terpapar bahaya dari bahan bersifat karsinogenik tersebut. Bahkan, risiko ini akan meningkat 1,5 kali lipat jika kita meremas kertas setruk ATM tersebut. Bisa menyerap dalam kulit.

Kontak dengan kertas termal membuka peluang paparan BPA dan BPS ke dalam tubuh, baik melalui transfer langsung ke kulit, maupun transfer oral lewat makanan yang tersentuh kontaminan tangan.

Namun, paparan paling mudah terjadi lewat kulit, BPA dan BPS bisa meresap ke lapisan bawah kulit dan masuk ke aliran darah. 

Seperti yang dilansir dari Plastic Pollution Coalition, AS, BPA yang ada di kertas setruk bisa mengganggu sistem reproduksi pada pria dan wanita. Hal tersebut dapat terjadi akibat menyerapnya senyawa kimia yang menyerupai estrogen tersebut ke dalam kulit.  

Kandungan BPA dan BPS ini bisa dengan mudah diserap kulit jika kamu memegang setruk dengan jari yang lembab atau baru saja menggunakan lotion.

Tak hanya itu, jika kamu tidak mencuci tangan usai menyentuh atau meremas kertas setruk belanjaan atau setruk atm maka bahan kimia tersebut juga bisa masuk ke dalam tubuh.  

Parahnya lagi belum banyak orang yang paham bahwa paparan BPA kertas thermal bisa jadi lebih berbahaya dari BPA plastik.

Massa total BPA kertas thermal bisa mencapai 250-1000 kali lebih besar dari BPA pada kaleng makanan, kaleng susu formula, atau botol bayi plastik. 

Bagaimana dengan di Indonesia?

Namun, hal ini berbeda dengan Indonesia, seperti dilansir warstek.com, (16/4/2019), Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Imran Agus Nurali mengatakan “Memang ada informasi kertas print dari ATM itu mengandung bisphenol A (BPA) yang mungkin berdampak buruk pada kesehatan.”

Namun ia menambahkan perlu adanya informasi dari hasil kajian tentang bagaimana setruk ATM berdampak pada kesehatan manusia. “Uji klinis yang tidak mudah saya rasa, ini peranan lembaga penelitian atau akademisi untuk memfasilitasinya. Mudah-mudahan dampaknya nanti kepada kebijakan pemerintah terkait penggunaan plastik.” jelasnya.

Pencegahan yang bisa dilakukan Jika kamu tak ingin terpapar racun BPA dan BPS, yang ada pada setruk kertas thermal, mulailah untuk membuang kertas tersebut ke tempat sampah agar tidak bertahan lama di sana. Selain itu ada beberapa cara yang harus kamu perhatikan agar mengurangi resiko terpapar racun BPA dan BPS ini, yaitu:

1. Terdapat cara khusus untuk mengetahui apakah setruk belanja yang kamu terima mengandung BPA/BPS atau tidak. Cobalah untuk menggores sisi pada setruk belanja kamu. Jika terdapat tanda gelap, maka bisa jadi setruk tersebut mengandung BPA.

2. Jika memungkinkan, jangan menerima setruk saat belanja atau saat mengambil uang di ATM

3. Apabila harus menerima setruk belanja atau setruk dari mesin atm (jika melakukan transfer uang), cobalah untuk menyentuh bagian belakang dan sisi kertas setruk karena biasanya hanya mengandung BPA yang lebih sedikit.

4. Jangan simpan setruk di dompet atau didalam kantong celana/baju, lebih baik simpan pada sebuah amplop kosong. Pasalnya racun BPA dan BPS dapat menempel pada uang atau barang-barang di dompet kamu, maupun menempel pada kain di kantong celana/baju, sehingga berbahaya bagi kesehatan.

5. Jangan lupa selalu cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air yang mengalir, setelah kamu memegang setruk belanja atau setruk ATM.

6. Jangan menggunakan pembersih tangan berbahan kimia untuk membersihkan tangan kamu usai memegang setruk kertas thermal.

Selasa, 30 April 2019

Masjid Al Aqsa

BELUM lama ini terjadi hal yang menyayat hati terutama bagi umat muslim dunia. Pasalnya, di area Masjid Al-Aqsa, tentara Israel melakukan tindakan kejam ke masyarakat Palestina yang tak bersenjata. Atas peristiwa tersebut, beberapa orang tewan dan mengalami luka-luka.
Alhasil, berbagai kecamanan pun muncul dari seluruh dunia. Banyak yang mengunggah foto Masjid yang memiliki kubah emas. Pertanyaannya benarkah masjid tersebut adalah Masjid Al-Aqsa?

Peta Masjid Al-Aqsa (Peta Islam site)
Faktanya ternyata foto masjid yang diposting banyak orang itu bukanlah Masjid Al-Aqsa. Bangunan yang memiliki kubah warna emas itu adalah Masjid Kubah Sakhrah (Dome of the Rock), sedangkan Masjid Al-Aqsa letaknya berada di dekat Dome of the Rock.
Meski berdekatan Masjid Al-Aqsa yang memiliki kubah hijau sangat berbeda dengan Dome of the Rock. Jika Dome of the Rock terlihat sedikit lebih indah, sebaliknya, Masjid Al-Aqsa sangat kusam dan ada beberapa bagian yang rusak berat.
Kondisi Masjid Al-Aqsa terkini (Facebook/Andre Raditya)
Dome of the Rock sendiri merupakan merupakan bagunan bersejarah bagi umat muslim. Di dalamnya terdapat batu besar yang kabarnya tempat berdiri Nabi Muhammad untuk naik ke langin di peristiwa Isra dan Miraj.
Sedangkan Masjid Al-Aqsa merupakan salah satu tempat suci bagi umat muslim. Pasalnya, bangunan yang berada di Kota Yerusalem itu adalah kiblat pertama sebelum Ka'bah.

Jumat, 19 April 2019

PENGERTIAN KEBENARAN

PENGERTIAN KEBENARAN

Kebenaran adalah kenyataan yang benar-benar terjadi. Pernyatan ini pasti, dan tidak dapat dipungkiri lagi. Kita manusia selalu ingin tahu kebenaran, karena hanya kebenaranlah yang bisa memuaskan rasa ingin tahu kita, dengan kata lain tujuan pengetahuan ialah mengetahui kebenaran.

Tujuan ilmu juga mencapai kebenaran, dengan kata lain, dalam ilmu kita manusia ingin memperoleh pengetahuann yang benar, karena ilmu merupakan pengetahuan yang sistematis, maka pengetahuan yang dituju ilmu adalah pengetahuan ilmiah.

Kita manusia bukan hanya sekedar ingin tahu, tetapi ingin mengetahu kebenaran. Kita juga selalu ingin memiliki pengetahuan yang benar. Kebenaran ialah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya.

Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya.

JENIS-JENIS KEBENARAN

1. Kebenaran Individual

Kebenaran Individual ini merupakan kebenaran yang di ikuti manusia berdasarkan pendapat sendiri.

2. Kebenaran Objektif

Kebenaran Objektif merupakan kebenaran yang biasanya bersumber dari ajaran leluhur yang diwariskan secara turun temurun dan sudah mendarah daging dalam masyarakat.

3. Kebenaran Hakiki

Kebenaran yang sifatnya mutlak, pasti dan tidak akan pernah mengalami perubahan, tentunya kebenaran ini bukan dari manusia, tetapi kebanaran inidatangnya dari Sang Pencipta sebab itu jangan sekali-kali kita meragukannya.

UPAYA MEMPEROLEH KEBENARAN

1. Pendekatan Empiris

Manusia mempunyai seperangkat indera yang berfungsi sebagai penghubung dirinya dengan dunia nyata, dengan inderanya manusia mampu mengenal berbagai hal yang ada di sekitarnya. Kenyataan seperti ini menyebabkan timbulnya anggapan bahwa kebenaran dapat diperoleh melalui penginderaan atau pengalaman.

Bagi yang mempercayai bahwa penginderaan merupakan satu-satunya cara untuk memperoleh kebenaran disebut sebagai kaum empiris. Bagi golongan ini, pengetahuan itu bukan didapatkan melalui penalaran rasional yang abstrak, namun melalui pengalaman yang konkrit.

2. Pendekatan Rasional

Cara lain untuk mendapatkan kebenaran adalah dengan mengandalkan rasio, upaya ini sering disebut sebagai pendekatan rasional. Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir, sehingga dengan kemampuannya tersebut manusia dapat menangkap ide atau prinsip tentang sesuatu, yang pada akhirnya sampai pada kebenaran, yaitu kebenaran rasional.

3. Pendekatan Intuitif

Pendekatan ini merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalaran tertentu. Misalkan Seseorang yang sedang menghadapi suatu masalah secara tiba-tiba menemukan jalan pemecahan dari masalah yg dihadapi.

4. Pendekatan Religius

Kita sebagai makhluk Tuhan yang diberi akal pikiran harus menyadari bahwa alam semesta beserta isinya ini diciptakan dan dikendalikan oleh kekuatan Tuhan. Upaya untuk memperoleh kebenaran dengan jalan seperti ini disebut sebagai pendekatan religius.

5. Pendekatan Otoritas

Yang dimaksud dengan pendekatan otoritas ini adalah seseorang yang memiliki kelebihan tertentu disbanding orang lain. Kelebihan-kelebihan tersebut bisa berupa kekuasaan, kemampuan intelektual, keterampilan, pengalaman, dan sebagainya. Yang memiliki kelebihan-kelebihan seperti itu disegani, ditakuti, ataupun dijadikan figur panutan. Apa yang mereka nyatakan akan diterima sebagai suatu kebenaran.

Kamis, 18 April 2019

Kisah Perang Uhud Yang Menggetarkan Jiwa 

Kisah Perang Uhud Yang Menggetarkan Jiwa 

Terjadinya perang uhud ini berawal dari rasa kekecewaan dan rasa dendam kafir quraisy kepada muslimin. Rasa dendam setelah kekalahan mereka dalam perang badar atau perang ahzab. Dalam segi jumlah dan kekuatan mereka kafir quraisy lebih banyak dan kuat.

Seharuslah merekalah yang berhak megundapatkan kemenangan, namun Allah menghendaki kemenangan diatas tangan muslimin. Berkat pertolongan bala tentara Allah dari kalangan malaikat, kafir quraisy lari tunggang langgang. 

Lebih menyakitkan lagi banyak tokoh tokoh mereka banyak yang gugur dalam perang tersebut.

Waktu Dan kejadian Perang Uhud 

Perang uhud  terjadi pada tanggal 22 Maret 625 M (7 Syawal 3 H). Peperangan ini terjadi kurang lebih satu tahun setelah berkecamuknya perang badar. Para ahli sejarah berselisih akan hari terjadinya. Menurut kebanyakan pakar sejarah mengatakan perang uhud terjadi pada hari sabtu. 

Adapun tempatnya perang uhud berkecamuk di bukit uhud. Sebuah bukit yang berada pada ketinggian 128 meter. Bukit ini berada disebalah utara Madinah dengan jarak 5,5 kilo meter dari Masjid Nabawi. 

Sebab Terjadinya Perang Uhud 

Kekalahan di perang badar membuat mereka hancur berkeping-keping. Banyak korban dari kalangan para tokoh berjatuhan, bahkan sebagian mereka menjadi tawanan muslimin. Banyak yang lari tunggang langgang dan akhirnya bisa sampai ke rumah dengan kepedihan dan kekecewaan yang mendalam. 

Dengan sesampainya Abu Sufyan beserta kafilah dagang tiba di Makkah, maka mereka kafir Quraisy mengadu kepadanya agar diadakan penyerangan balik. Salah satu keluarga yang gugur di perang badar pun menyeru kepada Abu Sufyan dan kafilah dagang lainnya. 

“Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya Muhammad telah membinasakan kalian serta membunuh orang – orang terbaik kalian. Maka dari itu, bantulah kami dengan harta kalian itu untuk memeranginya. Mudah-mudahan kami dapat membalas dendam atas kematian orang – orang  kita!” 

Selain karena balas dendam, Perang Uhud ini bertujuan agar mereka kafir Quraisy bisa kembali membuka jalur perdagangan. Yaitu jalur perdagangan menuju Syam yang harus melewati kota Madinah.

Menyambut Musuh Diluar Kota 

Setelah mendengar akan kabar bahwa kafir Quraisy akan menyerang Madinah yang dikomandani oleh Abu Sufyan, maka Rosulullah  Shallallahu ‘alaihi Wa sallam mengadakan musyawarah bersama para sahabat. 

Rosulullah  Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bermusyawarah untuk mengambil tindakan penyerangan kafir Quraisy. 

Apakah bertahan di Madinah dan menunggu kedatangan mereka atau menyongsong Kafir Quraisy dari luar kota Madinah. Perdebatan pun terjadi dikalangan para sahabat. Para pemuda anshor berpendapat agar menyongsong mereka dari luar kota Madinah. Akhirnya keputusan pun berakhir yaitu dengan menyongsong mereka diluar Madinah. Padahal waktu itu Rosulullah  Shallallahu ‘alaihi Wa sallam lebih condong untuk menunggu mereka dan menyerang dari dalam kota Madinah. 

Para sahabat pun saling menyalahkan kenapa tidak mengikuti pendapat Rosulullah  Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Akhirnya para sahabat meminta Hamzah agar disampaikan kepada  Rosulullah  Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Ketika Hamzah menyampaikan kepada Rosulullah, maka beliau menjawab ‘Sesungguhnya jika seorang nabi sudah mengenakan peralatan perangnya, maka dia tidak akan menanggalkannya hingga terjadi peperangan. 

Akhirnya keputusan awal tetap dilaksanakan, yaitu menghadang mereka diluar kota Madinah. 

Sebelum keberangkatan para mujahidin ke medan tempur, Rosulullah mengamanahkan kota Madinah kepada sahabat Ibnu Ummi Maktum. 

Jumlah Pasukan Perang Uhud Kafir Quraisy 

Sudah jauh-jauh hari kafir Quraisy menyiapakan pasukan bela tentaranya. Pasukan yang dipimpin oleh Abu Sufyan membawa banyak akan harta barang dagangan yang selamat dari serangan muslimin. Selanjutnya barang dagangan dan keuntungan tersebut untuk bekal pasukan Quraisy dalam perang Uhud.

Demi balas dendam mereka dalam perang badar, Abu Sufyan mengirim bala tentara sejumlah tiga ribu orang. Pasukan yang terdiri dari qoum Quraisy sendiri dan beberapa suku yang pro dengan mereka. Suku-suku yang loyal kepada Qoum Quraisy seperti Bani Kinanah dan penduduk Tuhamah. Bahkan mereka pun mengirim dua ratus pasukan kuda dan tujuh ratus pasukan bertameng.

Mereka pun juga sudah mengatur strategi untik perang uhud ini. Mereka mengangkat Khâlid bin al-Walîd sebagai komandan sayap kanan, sementara sayap kiri di bawah komando Ikrimah bin Abu Jahl. Tak lupa juga, mereka juga mengajak beberapa orang wanita untuk membangkitkan semangat pasukan Quraisy dan menjaga mereka supaya tidak melarikan diri. Sebab jika ada yang melarikan diri, dia akan dicela oleh para wanita ini.

Pasukan  Perang Uhud Muslimin 

Jumlah pasukan muslimin dalam perang uhud ini bisa dikatakan sedikit, karena tak sebanding dengan jumlah kafir Quraisy. Pada waktu itu jumlah total pasukan muslimin cuman seribu orang dengan perlengkapan seratus baju besi dan lima puluh ekor kuda.

Bahkan ditengah perjalan menuju bukit Uhud sebagian kaum muslimin terhasut oleh perkataan Ubay Bin Salul sang tokoh munafiq. Akhirnya pasukan muslimin yang setia bersama nabi tinggal tujuh ratus orang saja. 

Strategi Rosulullah Di perang Uhud 

Pertempuran yang dipimpin oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam ini terjadi diluar madinah. Yaitu tepatnya disekitar bukit uhud. 

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam mengatur posisi pasukan dengan membelakangi Uhud dan menghadap Madinah, sehingga pasukan musuh berada di tengah kaum muslimin dan Madinah. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam menerapakan strategi bertahan, karena jumlah pasukan kaum muslimin yang sedikit. Tidak hanya karena jumlah pasukannya yang lebih sedikit dari kaum Quraisy, tetapi terlebih karena pasukan muslimin baru saja mengalami ‘hantaman psikologis’ karena Abdullah bin Ubay bersama 300 pengikutnya tiba-tiba mundur (desersi), kembali ke Madinah, setelah melihat pasukan Quraisy yang berkekuatan 3.000 orang. 

Sisa 700 pasukan muslimin yang sempat terguncang akhirnya kembali tegar dan semangat berjuang karena Allah dan rosulNya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam juga memilih pasukan khusus yang berjumlah lima puluh orang. Meraka adalah pasukan pemanah jitu yang sudah berbakat. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam menempatkan mereka diatas bukit, tepatnya di Jabal Rumat/Jabal Ainain. Jarak pasukan panah dengan kaum muslimin yang dibawah bukit sekitar seratus lima puluh meter. 

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam memilih Abdullah bin Jubair sebagai komando pasukan panah. Beliau juga mewanti-wanti agar tetap fokus diatas bukit dan jangan sekali-kali turun bukit tanpa ada perintah dari beliau. Beliau  bersabda: “Lindungilah punggung kami. Jika kalian melihat kami sedang beretempur, maka kalian tidak perlu membantu kami. Jika kalian melihat kami telah mengumpulkan harta rampasan, maka janganlah kalian turun bergabung bersama kami. Dalam riwayat Bukhari juga disebutkan. Beliau bersabda: ”Jika kalian melihat kami disambar burung sekalipun, maka janganlan kalian meninggalkan tempat itu, kecuali ada utusan yang datang kepada kalian. Jika kalian melihat kami dapat mengalahkan mereka, maka janganlah kalian meninggalkan tempat, hingga ada utusan yang datang kepada kalian.” 

Sepuluh Pemanah Syahid Di Bukit Uhud 

Mungkin kisah perang uhud ini cukup jadi pembelajaran bagi kita semua. Ketika Allah dan rosulNya memerintahkan sesuatu maka wajib untuk mentaatinya. Sebelumya Rosulullah  Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam sudah berulang kali mewanti-wanti agar pasukan panah tidak turun kecuali atas perintah beliau. Dari sini seakan-akan Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam sudah tahu apa yang akan terjadi kedepanya nanti. 

Ketika pertempuran hampir usai dan kemenangan hampir di tangan muslimin, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam tetap saja memerintahkan agar pasukan bersiaga di tempatnya masing-masing. Namun karena tergiur dengan harta dunia yang fana, beberapa pasukan pemanah yang berada diatas bukit berteriak-teriak ” Harta ghonimah, harta ghonimah !!! Wahai para sahabat, kita sudah menang, ayok kita semua turun. Sang komandan Abdullah bin Jubair pun meneriaki para pasukan pemanah yang turun kebawah karena tergiur dengan gelimpang harta dunia. “Apakah kalian sudah lupa apa yang diamanahkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam kepada kita?!! 

Memang sekilas tampak sudah menang, tetapi ini masalah amanah, dan ketaatan kepada baginda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam. Tetapi mayoritas dari mereka tidak mengabaikan peringatan itu. Tampaknya perasaan cinta duniawiah (hubbud dunya) masih ada di hati mereka. Mereka berkata, “Demi Allah, kami benar-benar akan bergabung dengan mereka (pasukan inti) agar kami mendapatkan bagian dari rampasan perang ini…!” 

Empat puluh pemanah segera beranjak pergi meninggalkan bukit. Ibnu Jubair dengan sembilan temannya yang tersisa berusaha keras menahannya. Tetapi tetap saja mereka pergi, sehingga hanya tinggal mereka saja yang bertahan. Situasi dan kondisi seperti ini yaitu turunya para pasukan pemanah ternyata menjadi pengamatan Khalid bin Walid. Ia memerintahkan pasukan berkudanya kembali ke arah Uhud, mengambil jalan memutar hingga langsung berhadapan dengan pasukan panah Ibnu Jubair, yang tentu saja tidak mampu menahan laju serangan seperti sebelumnya. Satu persatu mereka terkapar bersimbah darah menemui syahidnya, demi mematuhi perintah Rasulullah SAW untuk tetap bertahan di atas bukit, apapun yang terjadi. 

Kemudian Khalid bin Walid menyerang pasukan muslimin dari arah belakang hingga mereka porak poranda. Pergerakan ini ternyata diikuti oleh pasukan Quraisy lainnya, yang segera kembali ke arena pertempuran dan memborbardir kaum muslimin dengan serangan dari segala arah.  

Amrah binti Alqamah al Haritsiyah seorang wanita Quraisy segera mengambil panji pertempuran dan mengibarkannya sehingga semangat mereka kembali menyala. Kemenangan kaum muslimin yang tinggal sedikit saja diraih, berbalik menjadi kekalahan hanya karena ketidak-disiplinan dan ketidak patuhan 40 orang pemanah di bukit terhadap perintah Rasulullah SAW. 

Gugurnya Sang Singanya Allah 

Julukan Asadullah yang berarti singanya Allah diberikan kepada pamanya rosulullah yaitu Hamzah Bin Abdul Muthollib. Beliau berperang seakan-akan singa kelaparan yang memburu mangsanya. Semangat dan keberanian Hamzah sangat ditakuti oleh kafir Quraisy. 

Qodarullah, akhirnya beliau sang ksatria yang gagah berani akhirnya syahid di perang uhud. Disaat perang berkecamuk beliau memporak porandakan pasukan kafir, ada seorang budak bernama Wahsy bin Harb yang selalu mengintai gerak gerik Hamzah. Wahsy bin Harb adalah budak hitam Jubair bin Muthi’im dari Habsyah. Budak itu sangat pandai dalam melempar tombak. Hampir setiap lemparan yang ia lemparkan pasti mengenani sasaran. 

Merupakan syarat dimerdekakannya dia dari perbudakan yaitu dengan membunuh Hamzah bin Abdul Mutholib. Wahsy bin Harb pun mengiyani tawaran majikanya, yaitu membunuh Hamzah. Jubair bin Muthi’im menyuruh membunuh karena sebagai balas dendam atas kematian pamanya di perang badar. 

Dengan bersembunyi-sembunyi dan fokus menepatkan sasaran tombak kearah Hamzah, Wahsyi akhirnya bisa berhasil membunuhnya. Tepat dibagian perut bawah hingga tembus keluar dari selangkangan. Allahu Akbar maka gugurlah Hamzah bin Abdul Mutholib sebagai syahid di perang uhud. Semoga Allah menempatkan beliau bersama kafilah syuhada’. 

Penutup 

Dari kisah perang uhud yang sudah kita bahas tadi banyak pelajaran yang bisa dipetik. Diantaranya adalah wajibnya kita mentaati perintah seorang pemimpin muslimin. Selagi perintah itu baik dan tidak  melanggar syari’at islam. Dunia itu sifatnya fana, kenikmatan dunia hanya sesaat saja. Jangan sampai kita tertipu dengan kegemerlapan materi dunia sehingga lupa akan akhirot.

Semoga bermanfaat untuk kita semua. Wallahu a’lam bishowaab.