Selasa, 28 Agustus 2012

Cerita Menarik di Balik 17 Agustus 1945


 
Tujuh belas Agustus merupakan hari besar kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut, 64 tahun yang lalu merupakan hari paling bersejarah negeri ini karena di hari itulah merupakan awal dari kebangkitan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan sekaligus penanda awalnya revolusi. Namun, ada beberapa hal menarik seputar hari kemerdekaan negeri kita tercinta ini yang sayang jika belum Anda ketahui.
 
1. Soekarno Sakit Saat Proklamirkan Kemerdekaan

Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00 (2 jam sblm pembacaan teks Proklamasi), ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Saat itu, tepat di tengah2 bulan puasa Ramadhan.
“Pating greges”, keluh Bung Karno setelah dibangunkan dr Soeharto, dokter kesayangannya. Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta.
Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah. “Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!”, ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih. Setelah upacara yang singkat itu, Bung Karno kembali ke kamar tidurnya; masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai…

2. Upacara Proklamasi Kemerdekaan Dibuat Sangat Sederhana

Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor, dan tak ada pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang terjadi pada sebuah upacara sakral yang dinanti-nanti selama lebih dari 300 tahun!

3. Bendera dari Seprai

Bendera Pusaka Sang Merah Putih adalah bendera resmi pertama bagi RI. Tetapi dari apakah bendera sakral itu dibuat? Warna putihnya dari kain sprei tempat tidur dan warna merahnya dari kain tukang soto!

4. Akbar Tanjung Jadi Menteri Pertama “Orang Indonesia Asli”

Setelah merdeka 43 tahun, Indonesia baru memiliki seorang menteri pertama yang benar-benar “orang Indonesia asli”. Karena semua menteri sebelumnya lahir sebelum 17 Agustus 1945. Itu berarti, mereka pernah menjadi warga Hindia Belanda dan atau pendudukan Jepang, sebab negara hukum Republik Indonesia memang belum ada saat itu. “Orang Indonesia asli” pertama yang menjadi menteri adalah Ir Akbar Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 30 Agustus 1945), sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Pembangunan (1988-1993).

5. Kalimantan Dipimpin 3 Kepala Negara

Menurut Proklamasi 17 Agustus 1945, Kalimantan adalah bagian integral wilayah hukum Indonesia. Kenyataannya, pulau tersebut paling unik di dunia. Di pulau tersebut, ada 3 kepala negara yang memerintah! Presiden Soeharto (memerintah 4 wilayah provinsi), PM Mahathir Mohamad (Sabah dan Serawak) serta Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei).

6. Setting Revolusi di Indonesia Diangkat Ke Film

Ada lagi hubungan erat antara 17 Agustus dan Hollywood. Judul pidato 17 Agustus 1964, “Tahun Vivere Perilocoso” (Tahun yang Penuh Bahaya), telah dijadikan judul sebuah film – dalam bahasa Inggris; “The Year of Living Dangerously”. Film tersebut menceritakan pegalaman seorang wartawan Australia yg ditugaskan di Indonesia pada 1960-an, pada detik2 menjelang peristiwa berdarah th 1965. Pada 1984, film yang dibintangi Mel Gibson itu mendapat Oscar untuk kategori film asing!

7. Naskah Asli Proklamasi Ditemukan di Tempat Sampah

Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh Pemerintah! Anehnya, naskah historis tersebut justru disimpan dengan baik oleh wartawan BM Diah. Diah menemukan draft proklamasi itu di keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik.Pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.

8. Soekarno Memandikan Penumpang Pesawat dengan Air Seni

Rasa-rasanya di dunia ini, hanya the founding fathers Indonesia yang pernah mandi air seni. Saat pulang dari Dalat (Cipanasnya Saigon), Vietnam, 13 Agustus 1945, Soekarno bersama Bung Hatta, dr Radjiman Wedyodiningrat dan dr Soeharto (dokter pribadi Bung Karno) menumpang pesawat fighter bomber bermotor ganda. Dalam perjalanan, Soekarno ingin sekali buang air kecil, tetapi tak ada tempat. Setelah dipikir, dicari jalan keluarnya untuk hasrat yang tak tertahan itu. Melihat lubang-lubang kecil di dinding pesawat, di situlah Bung Karno melepaskan hajat kecilnya. Karena angin begitu kencang sekali, bersemburlah air seni itu dan membasahi semua penumpang.

9. Negatif Film Foto Kemerdekaan Disimpan Di Bawah Pohon

Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat didokumentasikan dan disaksikan oleh kita hingga kini. Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar. Padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang?

10. Bung Hatta Berbohong Demi Proklamasi

Kali ini, Bung Hatta yang berbohong demi proklamasi. Waktu masa revolusi, Bung Karno memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada Jawaharlal Nehru. Cara untuk pergi ke India pun dilakukan secara rahasia. Bung Hatta memakai paspor dengan nama “Abdullah, co-pilot”. Lalu beliau berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik, seorang industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM Morarji Desai. Bung Hatta diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan diajak bertemu Mahatma Gandhi.
Nehru adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an dan Dandhi mengetahui perjuangan Hatta. Setelah pertemuan, Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa “Abdullah” itu adalah Mohammad hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah besar kepada Nehru, karena tidak diberi tahu yang sebenarnya.”You are a liar !” ujar tokoh kharismatik itu kepada Nehru.

11. Bendera Merah Putih dan Perayaan Tujuh Belasan Bukan di Indonesia Saja

Bendera Merah Putih dan perayaan tujuh belasan bukanlah monopoli Indonesia. Corak benderanya sama dengan corak bendera Kerajaan Monaco dan hari kemerdekaannya sama dengan hari proklamasi Republik Gabon (sebuah negara di Afrika Barat) yang merdeka 17 Agustus 1960. Selain itu, masih menjadi perdebatan apakah lagu Indonesia Raya benar-benar merp karya asli WR Supratman, ataukah ‘terinspirasi’ oleh lagu Perancis, “Les Marseilles”, yg memiliki nada2 yg sangat mirip.

12. Tidak Ada Nama Jalan Soekarno-Hatta Jakarta, tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia dan kota tempat Bung Karno dan Bung Hatta berjuang, tidak memberi imbalan yang cukup untuk mengenang co-proklamator Indonesia. Sampai detik ini, tidak ada “Jalan Soekarno-Hatta” di ibu kota Jakarta. Bahkan, nama mereka tidak pernah diabadikan untuk sebuah objek bangunan fasilitas umum apa pun sampai 1985, ketika sebuah bandara diresmikan dengan memakai nama mereka.

13. Gelar Proklamator Hanyalah Gelar Lisan

Gelar Proklamator untuk Bung Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar lisan yang diberikan rakyat Indonesia kepadanya selama 41 tahun! Sebab, baru 1986 Permerintah memberikan gelar proklamator secara resmi kepada mereka.

14. Indonesi Mungkin Saja Punya Lebih Dari Dua Proklamator

Kalau saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya “lebih dari dua” proklamator. Saat setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia rampung disusun di rumah Laksamana Maeda, Jl Imam Bonjol no 1, Jakarta, Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir saat rapat dini hari itu ikut menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya.
Tetapi usul ditolak oleh Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu dihadiri Soekarno, Hatta dan calon proklamator yang gagal : Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. “Huh, diberi kesempatan membuat sejarah tidak mau”, gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak.

15. Jenderal Soedirman Tidak Pernah Duduki Jabatan Resmi

Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia Jenderal Soedirman, pada kenyatannya tidak pernah menduduki jabatan resmi di kabinet RI. Beliau tidak pernah menjadi KSAD, Pangab, bahkan menteri pertahanan sekalipun!

Selasa, 14 Agustus 2012

CANTIKNYA PRAJURIT MUSLIMAH BERJILBAB


Prajurit Wanita Berjilbab Mengapa Tidak?

 
(Oleh: Muh. Nurhidayat)

PERTENGAHAN tahun lalu, para muslimah yang berkarier sebagai polisi wanita (Polwan) di Hungaria meneteskan airmata kebahagiaan. Mereka terharu atas keputusan pemerintah negara setempat yang memperbolehkan anggota polwan untuk tetap memakai jilbab ketika bertugas. Bahkan kepolisian setempat pun telah merancang bahan dan warna kerudung agar tetap serasi ketika dikombinasikan dengan seragam polwan Hungaria.

Fenomena menggembirakan tersebut patut disyukuri, tidak hanya oleh umat Islam di Hungaria saja, tetapi juga kaum muslimin di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Betapa tidak, Hungaria yang berpenduduk mayoritas non-Muslim masih memperhatikan aspirasi polwan muslimah. Padahal polwan muslimah di negara tersebut masih tergolong minoritas.
Sebenarnya kebebasan memakai kerudung sewaktu bertugas bagi Polwan muslimah tidak hanya berlaku di Hungaria saja. Sebelumnya, negara-negara mayoritas non-muslim lainnya juga mengizinkan polwan maupun tentara wanita yang beragama Islam untuk memakai jilbab. Sejumlah media massa Islam sering memberitakan fenomena menggembirakan itu sejak beberapa tahun lalu.

Seperti dinyatakan mantan Ketua MPR-RI, Hidayat Nur Wahid, bahwa di Australia dan Selandia Baru, masyarakat bisa menyaksikan ada polwan berjilbab yang sibuk mengatur lalu lintas. Padahal sebagian besar penduduk kedua negara di selatan Indonesia adalah Nasrani. Demikian pula di Inggris, polwan berjilbab pun ada yang bertugas di satuan sabhara atau reskrim, tidak hanya ditempatkan di satuan lalu lintas saja. Denmark sempat mengizinkan muslimah berjilbab untuk mengikuti pendidikan militer.
Amerika Serikat (AS) yang di luar negeri dikenal gencar memerangi negara-negara muslim seperti Iraq dan Afghanistan, ternyata di dalam negerinya sendiri tidak melarang sejumlah tentara wanitanya memakai jilbab ketika bertugas. Salah satunya adalah Peck, prajurit perempuan yang masuk Islam ketika bertugas di Arab Saudi pada tahun 1991.

Seperti dikisahkan Mulyana (2004), setelah menjadi muslimah, Peck pun memutuskan untuk selalu berkerudung meskipun berseragam militer. Para komandan, bahkan kesatuannya secara instutisional tidak melarang. Dia dikenal sebagai pelopor tentara wanita berjilbab di angkatan bersenjata AS. Dengan jilbabnya, Peck pernah diberi amanah untuk berpidato di forum internal militer AS.
Memang di AS, tentara wanita berjilbab masih sangat sedikit jumlahnya. Selain itu, mereka hanya hanya bertugas di dalam lingkungan barak militer dan tidak pernah diizinkan keluar barak dalam penampilan berseragam militer yang dipadukan dengan jilbab. Mungkin angkatan bersenjata AS khawatir jika diizinkan keluar barak, para tentara wanita berkerudung secara langsung maupun tidak langsung dapat mengangkat citra Islam, agama penduduk negara-negara yang dimusuhinya seperti Afghanistan, Iraq, Sudan, dan Palestina.


Lantas bagaimana dengan Indonesia?

Di negara berpenduduk mayoritas Muslim, sudah semestinya tidak ada lagi larangan bagi muslimah yang berkarier sebagai anggota TNI maupun Polri untuk berjilbab. Apalagi jumlah anggota tentara perempuan dan polwan Indonesia sebagian besar adalah muslimah.
Secara konstitusional negara kita menjunjung tinggi kekebasan bagi warga negaranya untuk menjalankan ajaran agama masing-masing (Pasal 28 Ayat 2 UUD 1945). Dengan demikian, memakai paduan kerudung dan seragam merupakan hak asasi bagi tentara maupun polwan muslimah yang dijamin konstitusi.
Bahkan dalam ajaran Islam itu sendiri, memakai jilbab bagi muslimah bukanlah sekedar hak asasi saja, namun telah menjadi kewajiban asasi sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
Karena hukumnya wajib, seorang muslimah akan dapat pahala jika berjilbab. Demikian pula sebaliknya, mereka akan berdosa jika menanggalkan pakaian taqwa itu.
Perintah berjilbab bagi muslimah telah ditegaskan Allah SWT:
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab : 59)

Juga pada ayat yang lain, Allah SWT berfirman:
“Dan hendaklah mereka (wanita muslimah) menutupkan kain kudung (jilbab) ke dadanya.” (QS. An Nuur : 31)

Dengan demikian, jilbab adalah identitas bagi muslimah. Jika wanita Islam melepas kerudungnya di luar rumah, di mata Allah SWT dan rasul-Nya mereka kehilangan identitasnya. Sehingga dari segi penampilan, muslimah tak berjilbab tidak ada bedanya dengan wanita non-muslim. Bahkan mereka akan berdosa jika tidak berkerudung.
Hal ini berbeda dengan aksesoris seperti perhiasan berbentuk salib yang biasa dipakai wanita nasrani. Para wanita Kristen tidak kehilangan identitas dan tidak berdosa jika mereka tidak memakai kalung/anting-anting bermata Salib.
Karena jilbab adalah kewajiban asasi dari Allah SWT, maka dapat dijamin bahwa secara umum wanita yang memakainya akan lebih shalehah daripada perempuan yang tidak memakainya. Wanita shalehah adalah insan beriman yang taat pada Allah SWT, Rasulullah SAW, dan pemimpinnya.

Adalah Yoyoh Yusroh, mantan anggota Komisi I DPR yang mencoba  memunculkan kembali wacana ini. Politisi perempuan dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menanyakan soal itu kepada calon Panglima TNI itu.
Perempuan kelahiran Tangerang, Banten 14 November 1962 itu menegaskan, mengenakan jilbab bagi seorang perempuan muslimah adalah hak yang diatur dalam pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. Karena itu menurutnya, semua peraturan perundang-undangan haruslah mengacu kepada hak dasar yang telah diatur dalam konstitusi tersebut.
Pertimbangan lain yang dikemukakan lulusan S-2, Institut Ilmu Al,Qur’an Jakarta itu, Panglima TNI sebelumnya, melalui Surat Keputusan (SKEP) Panglima TNI No.346/X/2004 tanggal 5 Oktober 2004 memperbolehkan Korps Wanita Angkatan Darat di Daerah Istimewa (DI) Aceh, mengenakan jilbab.
Karena itu ia menanyakan kembali kenapa hal ini tak diberlakukan sama di semua angkatan? Ia menambahkan, pengenaan jilbab itu bagi perempuan muslimah di semua profesi dibolehkan dan nyatanya tidak pernah menghambat kinerja mereka.
Alangkah beruntungnya institusi militer/kepolisian yang beranggotakan tentara wanita/polwan berjilbab. Tentu mereka akan menjadi prajurit-prajurit yang sangat setia kepada pemimpin atau pemerintah maupun negara.
Bukankah anak bangsa Indonesia yang paling setia terhadap negara ini adalah umat Islam? Bahkan secara historis pun kelahiran TNI/Polri tidak dapat dilepaskan dari peran besar kaum muslimin, terutama umat Islam berbasis pesantren yang dalam kajian sosial dikenal sebagai kaum santri.
Jauh sebelum Indonesia merdeka, para santriwati tidak ketinggalan dengan para santriwan untuk berperang mengusir penjajah dalam laskar-laskar yang dibentuk pesantren-pesantren di seluruh tanah air. Tidak lama setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan kita, laskar-laskar berbasis pesantren (yang beranggotakan santriwan dan santriwati) bersama-sama laskar lainnya melebur dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR), yang merupakan cikal-bakal kelahiran TNI.
Selain setia kepada ulil amri dan negara, para prajurit wanita shalehah juga akan loyal terhadap pekerjaannya. Loyalitas terhadap pekerjaan akan membangkitkan motivasi yang tinggi dalam bekerja. Mereka akan menjalankan tugas secara disiplin dan profesional. Hal tersebut pada akhirnya melahirkan kinerja yang baik dari mereka. Bukankah hal demikian sangat diharapkan institusi TNI dan Polri kita?

Pakaian seragam yang dipadukan dengan kerudung tidak menghalangi aktivitas dan kelincahan gerak para tentara wanita maupun polwan di lapangan. Hal ini telah dibuktikan oleh para tentara wanita dan polwan berkerudung di sejumlah negara mayoritas non-muslim seperti Hungaria, Inggris, Australia, Selandian Baru, serta AS. Bahkan sejumlah negara muslim seperti Malaysia, Pakistan, Irak, Yordania, Mesir, dan sejumlah negara Timur Tengah lainnya sangat bangga dengan semakin banyaknya para prajurit wanita berjilbab, baik dari kalangan militer maupun polisi.
Sebagai negara muslim terbesar di dunia, sudah selayaknya Indonesia mengizinkan para prajurit wanita dari institusi TNI maupun Polri untuk berjilbab di seluruh wilayah NKRI, tidak hanya di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) saja.
Semoga Allah SWT menggerakkan hati pemerintah kita untuk menghormati jilbab sebagai kewajiban asasi para prajurit wanita. Wallahua’lam.

(Penulis adalah Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Ichsan Gorontalo)

Red: Cholis Akbar (Hidayatullah.com)

Senin, 13 Agustus 2012

Hidram, Pompa Air tanpa Listrik dan BBM

Baru-baru ini ada iklan bantuan instalasi air bersih dan pompa air di Nusa Tenggara Timur dari program Corporate Social Responsibility (CSR) sebuah produsen air mineral ternama. Tampak seseorang memukul pemberat klep untuk menghidupkan pompa air. Itulah pompa hidram sebuah teknologi pompa air tanpa listrik dan BBM. Dengan semakin mahalnya bahan bakar, energi dan isu lingkungan membuat pompa Hidram semakin relevan.
———————
Ruwadi Memperbaiki Hidram
Sesuai hukum gravitasi, air selalu mengalir dari tempat tinggi menuju yang lebih tempat rendah. Sepertinya mustahil kalau harus menaikkan air dari sumber atau alirannya menuju tem­pat yang lebih tinggi, tanpa bantuan energi listrik atau bahan bakar minyak (BBM).
Tetapi apabila suatu ketika Anda ber­kun­jung ke perkebunan teh di Pur­wa­karta-Jawa Barat atau perkebunan jambu air di Singorojo, Kendal-Jawa Tengah, Anda akan melihat bagaimana air dialirkan dari sungai yang berada di hilir, naik mendaki perbu­kitan dengan selisih keting­gian hingga puluhan meter, yang berjarak ratusan meter, antara rumah pompa dengan tandon air di puncak bukit. Semua itu digerakkan oleh sebuah pompa, hebatnya lagi pompa itu tidak digerakkan oleh motor listrik atau motor bakar dengan BBM.
Pompa tersebut dinamakan pompa Hidram, berasal dari kata Hydraulic Ram Pump, bisa diartikan pompa air dengan tenaga hantaman air. Di Indonesia pompa ini sebenarnya sudah ada sejak jaman pen­ja­jahan Belanda, namun kurangnya pera­wat­an dan edukasi membuat pompa ini tidak lestari. Ditambah jaman dulu sumber air masih sangat banyak, sungai masih lan­car mengalir dengan debit besar, tanahnya masih subur dengan humus, hutan masih lebat belum gundul, tanahnya belum erosi hingga mendangkalkan sungai. Tetapi keadaan sekarang adalah kebalikan semua itu, membuat pompa Hidram tampil lagi sebagai solusi.
Dari berbagai sumber, pompa Hidram ada yang menyatakan berasal dari Peran­cis, digunakan untuk menaikkan air ke atas kastil-kastil. Ada juga sumber mengatakan berasal dari Tiongkok untuk mengairi tanah pertanian di bukit-bukit. Prinsip kerja Hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke tempat yang lebih tinggi. Untuk mendapatkan energi potensial dari hantaman air diperlukan syarat utama yaitu harus ada terjunan air yang dialirkan melalui pipa dengan beda tinggi -elevasi- dengan pompa Hidram minimal 1 meter.
Syarat utama kedua adalah sumber air harus kontunyu dengan  debit minimal 7 liter per menit (Widarto, 2000). Besarnya debit pemompaan dapat dihitung dengan rumus Q2 = Q1 x H1 : H2 x j. Dimana Q2 adalah debit air yang dipompakan (liter/menit), Q1 adalah debit air yang masuk pompa (liter/menit), H1 adalah tinggi terjunan dalam meter, H2 adalah tinggi pemompaan dalam meter dan j adalah efisiensi pompa yaitu 0,5 -0,75. Dalam prakteknya diperoleh perbandingan tinggi terjunan dan tinggi pengangkatan air sebesar 1:6, akan menghasilkan debit pemompaan sebesar 1/3 dari debit air yang masuk ke pompa, sedang 2/3 debit air akan keluar melalui klep pembuangan setelah memberikan tenaga hantaman.
Mekanisme Hidram
Prinsip kerja dari pompa Hidram dapat dilihat dari gambar irisan pompa dapat dilihat bahwa bagian kunci dari Hidram adalah dua buah klep, yaitu: klep pem­buangan dan klep penghisap. Air masuk dari terjunan melalui pipa A, klep pem­buangan terbuka sedangkan klep peng­hisap tertutup. Air yang masuk memenuhi rumah pompa mendorong ke atas klep pembuangan hingga menutup. Dengan tertutupnya klep pembuangan meng­akibatkan seluruh dorongan air menekan dan membuka klep penghisap dan air masuk memenuhi ruang dalam tabung kom­presi di atas klep penghisap. Pada volume tertentu pengisian air dalam tabung kompresi optimal, massa air dan udara dalam tabung kompresi akan mene­kan klep penghisap untuk menutup kem­bali, pada saat yang bersamaan sebagian air keluar melalui pipa B. Dengan tertutup­nya kedua klep, maka aliran air dalam rumah pompa berbalik berlawanan dengan aliran air ma­suk, diikuti dengan turunnya klep pembu­angan karena arah tekanan air tidak lagi ke klep pembuangan tetapi berbalik ke arah pipa input A. Nah, disinilah hantaman -ram- palu air (water hammer) itu terjadi, dimana air dengan tenaga gravitasi dari terjunan menghantam arus balik tadi, 2/3 debit keluar lubang pembuangan, semen­tara yang 1/3 debit mendorong klep penghisap masuk ke dalam tabung pompa sekaligus men­dorong air yang ada dalam tabung pompa untuk keluar melaui pipa output B. Begi­tulah energi hantaman yang ber­ulang-ulang mengalirkan air ke tempat yang lebih tinggi.
irisan hidram
Tertutup dan terbukanya kedua klep secara bergantian menimbulkan bunyi “dek-dok”, suara “dek” adalah tertu­tupnya klep penghisap yang membentur rumah klep, sementara suara “dok” adalah tertutupnya klep pembuangan yang juga membentur rumah klep. Hingga masya­rakat sekitar sering menyebut Hidram dengan sebutan pompa “dek-dok” atau pompa “jedhok-jedhok”.
Selain dua syarat utama tadi, pem­buatan pompa Hidram perlu memper­hatikan perbandingan tinggi terjunan dan tinggi pemompaan air yaitu 1:5. Tiap beda tinggi terjunan 1 meter akan mampu memompa air setinggi 5 meter dari rumah pompa ke tempat tandon air. Jadi bukan hal yang mustahil ketika beda tinggi terjun­an air 12 meter di perkebunan teh mampu memompa air hingga ketinggian lebih dari 50 meter dengan jarak lebih dari 500 meter.
Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah penyesuaian diameter pompa dengan debit air. Untuk mengoptimalkan tekanan semakin besar debit air, diameter pompa semakin besar pula. Berikut ini tabel diameter pompa dan debit air :
debit air
Beberapa permasahan yang mungkin timbul dalam pengoperasian pompa hidram antara lain:
1.      Klep pembuangan tidak dapat naik atau menutup, disebabkan beban klep terlalu berat atau debit air yang masuk pompa kurang. Dapat diatasi dengan mengurangi beban atau memperdek as klep pembuangan.
2.      Klep pembuangan tidak mau turun atau membuka, karena beban klep terlalu ringan, jadi bisa diatasi dengan menambah beban klep atau mem­perpanjang as klep pembuangan.
3.      Tinggi pemompaan di bawah rasio rumus, yaitu setiap terjunan 1 meter dapat menaikkan setinggi 5 meter. Penyebab pertama adalah terjadinya kebocoran atau tidak rapatnya klep. Penyebab kedua rasio diameter pipa input dibanding pipa output lebih besar dari 1 berbanding 0,5. Dapat diatasi dengan memeriksa dan mem­perbaiki klep atau mengurangi diameter pipa output. Penyebab ketiga adalah terlalu banyaknya hambatan pada pipa output menuju baktandon, berupa banyaknya belokan pipa. Agar hal tersebut tidak terjadi, pada saat instalasi pipa sedapat mungkin dikurangi lekukan atau belokan pipa menuju tandon.
Kunci keawetan dan operasional pompa hidram adalah perawatan rutin, mengingat sumber air yang dipergunakan mengalir pada saluran umum yaitu: sungai, saluran irigasi atau mata air. Selain harus menjaga air yang mengalir terbebas kototan/sampah dengan cara membuat saringan, dipakainya sumber air umum tersebut membuat debit air berubah-ubah, fluk­tuatif, yang bisa menyebabkan klep pembuangan berhenti bekerja -membuka-metutup. Cara membuat klep pembuangan bekerja lagi adalah dengan cara pemukul as klep dengan balok kayu seperti dalam iklan CSR bantuan air bersih produsen air mineral ternama tadi.
Manfaat Hidram
Manfaat Hidram yang paling signifikan adalah efisiensi biaya untuk membeli energi seperti listrik atau BBM. Dengan berfungsinya Hidram maka lahan-la­han yang dulunya tidak terjangkau irigasi dapat dipergunakan untuk budidaya tanaman. Da­pat pula dipergunakan sebagai penyuplai air kebutuhan industri dan rumah tangga termasuk air minum dengan menggunakan filtrasi. Usaha perikanan dan peternakan juga akan sangat terbantu dengan adanya aliran air. Dengan sedikit memodifikasi, aliran air dalam pompa hidram juga dapat berfungsi menggerakkan turbin generator.
skema pemasangan hidram
Dalam tataran yang lebih makro, dengan semakin banyak pompa hidram dioperasikan, dapat mengurangi resiko banjir. Kemudian dengan semakin mera­tanya penggunaan air, maka tanaman keras di perbukitan akan lebih mudah tumbuh, ini berarti konservasi lahan dan air tanah juga semakin terjaga, ditambah dengan manfaat berkurangnya tanah longsor dan erosi di perbukitan yang semakin rimbun tanaman keras.
Analisa biaya pembuatan pompa Hidram 1,5 inch menghabiskan biaya Rp 1,5 juta, sedang untuk pompa 4 inch memerlukan biaya Rp 3,5 juta. Apabila kita mempunyai bakat teknik dapat merakit pompa hidram sendiri, namun apabila tidak bengkel lokalpun tidak akan kesulitan meralisasikan pompa Hidram. Bahan klep yang dipergunakan tidak perlu klep bikinan pabrik tapi dengan sedikit kete­litian kita dapat mempergunakan karet ban dalam untuk klep, baik klep pembuangan atau klep penghisap. Spesifikasi material, pola lengkap dan cara pembuatan pompa Hidram bisa didapatkan di Fakultas Teknik Universitas Sultan Agung Semarang, Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Gajah Mada (LPM-UGM) dan Per­kebunan Cengkeh Zanzibar Semarang.
Akhir kata, pengembangan ide-ide dan teknologi tepat guna menjadi sangat berarti di tengah krisis energi yang menghadang masa depan dunia. Peng­gunaan energi yang tidak bisa diper­baharui sedapat menjadi pilihan terakhir dalam memenuhi kebutuhan dalam akti­vitas-aktivitas kehidupan kita. (*)
  • Penulis adalah mahasiswa Program Magister Teknologi Pangan Unika Sugijapranata dan bekerja sebagai Sekretaris Eksekutif, Yayasan Obor Tani.
DAFTAR PUSTAKA
Widarto, L. & FX. Sudarto C. Ph. (2000). Teknologi Tepat Guna: Membuat Pompa Hidram. Kanisius. Yogyakarta.
Leonardo, El.. (2002). Design and Construction of a Hydraulic Ram Pump.Universitas of Nigeria. Nigeria.
Crowley, C.A. (August 1937). “Hydraulic rams furnish water supply to country homes”. Popular Mechanics: 306-311.
Crowley, C.A. (September 1937). “Hydraulic rams furnish water supply to country homes”. Popular Mechanics: 437-477.
Toothe v. Bryce, 25 Atlantic Reporter , pp. 182-190 .
Iversen, H.W. (June 1975). “An analysis of the hydraulic ram”. Journal of Fluids Engineering: 191-196.
Hydraulic Ram: Fixing & Working. Spons’ Workshop Receipts. vol II. London: Spon. 1921. pp. 457-465

Kamis, 09 Agustus 2012

Falsafah Hidup Orang Jawa


Sebuah peradaban yang tinggi akan memiliki pengalaman yang luas tentang arti dan makna kehidupan. Salah satu yang paling menonjol dari pengalaman itu adalah terdapatnya kemampuan dalam olah kata. Lihat saja bangsa Yunani yang memiliki kemampuan dalam ilmu sastra dan filsafat. Mereka dalam urusan ini tak perlu diragukan lagi dan memang sudah terkenal di seantero dunia. Begitu pula dengan bangsa Arab, Persia, Romawi, India, China, Indian, dll.

Tapi, bangsa kita khususnya orang Jawa pun memiliki kemampuan dalam olah kata (filsafat) ini. Ia tersebar di dalam beberapa media, termasuk yang termaktub di dalam serat-serat sejarah dan melalui tradisi lisan. Ini terjadi dengan sebuah kesadaran yang tinggi, karena memang sudah menjadi falsafah bangsa ini selama berabad-abad. Mereka tidak kalah dengan bangsa-bangsa lainnya, bahkan menurut saya lebih hebat dari semua bangsa di dunia.

Untuk membuktikan hal tersebut, mari ikuti penelurusan berikut ini:

1. Tentang konsep ketuhanan (tauhid)

“Pangeran iku ora ono sing padho. Mulo ojo nggambar-ngambarake wujuding Pangeran”
artinya: Tuhan itu tak ada yang bisa menyamainya. Oleh sebab itu jangan menggambar-gambarkan wujud Tuhan.
“Pangeran iku dudu dewo utowo manungso, nanging sekabehing kang ono iku, uga dewa lan manungso asale soko Pangeran”
artinya: Tuhan itu bukan dewa atau manusia, namun segala yang ada ini, termasuk dewa dan manusia itu berasal dari Tuhan.
“Pangeran iku biso ngawohi kahanan opo wae tan keno kinoyo ngopo”
artinya: Tuhan itu bisa mengubah segalanya tanpa mungkin dapat diperkirakan manusia.
“Pengeran iku kuaso tonpo piranti, mulo soko kuwi ojo darbe pengiro yen manungso iku biso dadi wakiling Pangeran”
artinya: Tuhan itu berkuasa tanpa menggunakan alat pelengkap apa pun, oleh sebab itu jangan beranggapan manusia itu dapat mewakili Tuhan.
“Pangeran biso ngerusak kahanan kang wis ora diperlokake, lan biso gawe kahanan anyar kang diperlokake”
artinya: Tuhan itu bisa merusak sesuatu yang tidak diperlukan, dan bisa menciptakan sesuatu yang baru yang diperlukan.
“Ora ono kesakten sing mandhi papesthen, awit papesthen iku wis ora ono sing biso murungake”
artinya: Tidak ada kesaktian yang bisa menyamai kepastian Tuhan, karena tidak ada yang dapat menggagalkan kepastian Tuhan.
“Owah ono gingasring kahanan iku soko kersaning Pangeran Kang Murbahing Jagad”
artinya: Perubahan itu hanya atas kehendak Tuhan Yang Menguasai Jagad (alam semesta).

2. Tentang konsep Tuhan dan manusia

“Weruh marang Pangeran iku ateges wis weruh marang awake dhewe. Lamun durung weruh awake dhewe, tangeh lamun weruh marang Pangeran”
artinya: Mengakui adanya Tuhan berarti sudah mengenal dirinya sendiri. Jikalau belum mengetahui dirinya sendiri mustahil dapat mengenal Tuhan.
“Gusti iku sambatan naliko siro lagi nandhang kasengsaraan. Pujinen yen siro lagi nompo kanugerahing Gusti”
artinya: Sebutlah nama Tuhan jika engkau sedang menderita sengsara. Bersyukurlah pada-Nya jika engkau mendapat anugerah.
“Gusti iku dumunung ono jeneng siro pribadi, dene ketemune Gusti lamun siro tansah eling”
artinya: Tuhan itu ada dalam dirimu sendiri, dan pertemuan dengan-Nya akan terjadi jika engkau senantiasa ingat kepada-Nya.
“Ojo lali saben ari eling marang Pangeran niro. Jalaran sejatine siro ikuh tansah katunggon Pangeraniro”
artinya: Jangan lupa setiap hari untuk mengingat Tuhan. Sebab hakikatnya engkau selalu di jaga oleh Tuhanmu.
“Lamun ono jaman ora kepenak siro ojo lali nyuwun pangapuro marang Pangeran. Jalan Pangeraniro bakal aweh pitulungan”
artinya: Jikalau mengalami keadaan (zaman) yang tidak enak, jangan lupa memohon ampun kepada Tuhan. Karena Tuhan akan memberi pertolongan-Nya kepadamu.
“Sing sopo nyembah lelembut iku keliru. Jalaran lelembut iku sejatine rowangiro, lan ora perlu disembah koyo dene menembah marang Pangeran”
artinya: Menyembah makhluk halus itu keliru. Sebab makhuk halus itu sebenarnya adalah temanmu, dan tidak perlu di sembah seperti Tuhan.
“Sing sopo seneng ngerusak katentremaning liyan bakal di bendu dening Pangeran lan dielehake dening tumindake dhewe”
artinya: Barang siapa suka merusak ketenteraman orang lain akan mendapatkan murka Tuhan, dan akan di gugat karena ulahnya sendiri.

3. Tentang hakekat diri

“Lamun siro kepengin wikan marang alam jaman kelanggenan, siro kudu weruh alamiro pribadi. Lamun siro durung mikani alamiro pribadi adoh ketemune”
artinya: Jikalau engkau ingin mengetahui alam abadi, engkau harus lebih dulu mengenali alam pribadimu. Kalau engkau belum mengetahui alam pribadimu, masih jauhlah alam abadi itu dari dirimu.
“Lamun siro durung wikan kadangiro pribadi, cubo dulunen siro pribadi”
artinya: Jikalau engkau belum mengetahui alam pribadimu, maka tanyakanlah kepada yang mengetahuinya.
“Lamun siro wis mikani alamiro pribadi, alam jalan kalanggengan iku cedhak tanpo senggolan, adoh tanpo wangean”
artinya: Jikalau engkau telah mengetahui alam pribadimu, alam abadi akan menjadi dekat tanpa dengan menyentuhnya, jauh dari dirimu tanpa ada yang membatasinya.
“Lamun siro wis mikani alamiro pribadi, mara siro mulango marang wong kag durung wikan”
artinya: Jikalau engkau telah mengetahui alam pribadimu, hendaklah engkau mengajarkannya kepada yang belum mengetahui.
“Kadangiro pribadi ora bedo karo jeneng siro pribadi, gelem nyambut gawe”
artinya: Terkadang pribadimu itu tidaklah berbeda dengan dirimu sendiri, suka bekerja.
“Kahanan kang ono iki ora suwe. Mesthi ngalami owah gingsir. Mulo ojo lali marang sapadha-padning timitah”
artinya: Keadaan yang ada ini tak lama. Pasti mengalami perubahan. Oleh karena itu jangan melupakan sesama hidup.
“Rame ing gawe, sepi ing pamrih”
artinya: Selalu rajin bekerja dan tidak mengharapkan pamrih.
“Kudu angon wektu”
artinya: Harus pandai memperhatikan suasana.

4. Tentang konsep hidup

“Donya iki dalan iyo kudu diambah mesthine. Amanging dudu benere yen dirungkebana. Sing sopo ngambah dalan kudu sumurup kang ono ing ngarepa sanadyan diparanono mung bakal diliwati bae”
artinya: Dunia ini ibarat jalan yang harus ditempuh apa mestinya. Tapi bukan kebenaran yang dituju. Siapa bakal menempuh jalan harus tahu yang di depannya, meskipun akan didatangi, hanya di lewati saja.
“Urip iku ing donya tan lami. Umpamane jibeng menyang pasar tan langgeng neng pada wae, tan wurung nuli mantuk raring wismane sangkane uni. Ing mengko ojo samar sangkan paranipun ing mengko podho weruh yen asale sangkan paran duking nguni ojo nganti kesasar”
artinya: Hidup di dunia itu tidak lama. Ibarat orang pergi ke pasar tak abadi di pasar saja, kemudian juga pulang pada rumah asalnya itu. Nantinya jangan cemas asal mulanya tadi pada saatnya sama tahu kalau asal mula kehidupan tersebut jangan sampai tersesat.
“Sing sopo mung arep gawe seriking liyan, kuwi uga arep memahi ciloko”
artinya: Barang siapa yang membuat sakit hati orang lain, ia juga akan celaka.
“Sing sopo seneng udur, iku bakal keno bebendu dening Pangeran”
artinya: Barang siapa yang suka bertengkar, akan terkena amarah/hukuman Tuhan.
“Wani marang penggawe kang ora bener, kuwi kaholong titah kang orang becik tumindahke”
artinya: Berani menjalankan perbuatan yang tidak baik, itu tergolong makhluk yang tidak baik tabiatnya.
“Mungsuh sing wis nungkul ojo dipateni”
artinya: Musuh yang sudah menyerah jangan di bunuh.

5. Tentang konsep keluarga

“Sing sopo mung arep oleh wae nanging emoh kangelan, iku aran wong kesed. Iku kabeh ojo ditiru, jalran keluarwargo lan bongso uga rugi”
artinya: Barang siapa yang hanya ingin enaknya saja, tapi tidak suka bekerja keras, itu orang yang malas. Itu semua jangan ditiru, sebab keluarga dan bangsa juga rugi.
“Wong tuo kudu memulung kang prayogo marang putra wayah”
artinya: Orang tua harus mengajarkan yang baik dan pantas kepada anak cucunya.
“Anane keluwargo baek margo wong-wonge batik. Mulo ojo darbe pengiro lamun wong-wonge podho olo kaluwargane bisa batik”
artinya: Kaluarga akan baik jika anggota keluargnya baik. Oleh karena itu jangan berpikir bahwa keluarga akan menjadi baik jika anggotanya tidak baik.
“Sedulur iku apik lamun kabeh darbe panjangka amrih rahayu”
artinya: Saudara itu baik kalau semuanya mencita-citakan kebahagiaan.
“Wong tuo ora keno dadi mungsuhe anake”
artinya: orang tua tidak boleh menjadi musuh anaknya.
“Cedhak keluwargo kang becik, enajan ketularan becik”
artinya: Dekat dengan keluarga yang baik, tentu akan ketularan yang baik.
“Mikul dhuwur, mendem jero”
artinya: memikul tinggi, memendam dalam (nasehat agar anak bisa menjaga nama baik keluarga dan menutup rapat aib keluarga)

6. Tentang konsep bertetangga

“Tonggo iku podho karo bapak biyung”
artinya: Tentanggga itu sama dengan bapak dan ibu.
“Sing sopo ora seneng tetanggan kelebu wong kang ora becik”
artinya: Barang siapa yang tidak suka hidup bertetangga tergolong orang yang tidak baik.
“Tonggo kang ora becik atine ojo dicedhaki, nanging oo dimusuhi”
artinya: Tetangga yang tidak baik hatinya jangan di dekati, tetapi jangan pula di musuhi.
“Tonggo iku singkirono lamun darbe sipat kang kurang prayogo”
artinya: Jauhi tetangga yang mempunyai sifat tidak sepantasnya.
“Tetangga iku kadyo ulo umpamane, keno diingu nanging yo gelem nyokot”
artinya: Tetangga itu seumpama ular, bisa dipelihara tapi juga mau menggigit.
“Tonggo sing gelem tetulung iku titenono. Yen mangku arep iku bakal ketoro. Nanging yen sarana bebarengan urip bakal dadi konco selawase”
artinya: Perhatikan tetangga yang suka menolong. Kalau punya pamrih pasti lekas terlihat. Tetapi kalau hanya sebagai sarana hidup bersama, akan menjadi teman selamanya.
7. Tentang konsep menuntut ilmu
“Ngelmu iku kalakone kanthi laku. Lekase lawan kas. Tegese kas nyantosani. Setya budya pangekese dur angkoro”
artinya: Ilmu itu terwujud dengan laku. Di mulai dengan kemauan. Kemauan membuat sentosa. Budi setia penghancur nafsu angkara.
“Sasmitaning ngaurip puniki yekti ewuh yen nora weruha. Tan jumeneng ing uripe. Sakeh kang ngaku-aku pangrasane pan wus utami, tur durung wruh ing rasa, rasa kang satuhu rasaning rasa punika. Upayanen darapon sampurneng dhiri ing kauripaniro”
artinya: Makna kehidupan itu sungguh sayang bila tak tahu. Tidak kokoh hidupnya. Banyak orang mengaku perasaaanya sudah utama, padahal belum tahu rasa, rasa yang sesungguhnya. Hakikat rasa itu adalah usahakan supaya diri sempurna dalam kehidupan.
“Yen siro nggeguru kaki amiliha manungsa kang nyoto. Ingkang becik martabate sarto kang weruh ing khukum. Kang ibadah lan kang wirangi sokur oleh wong topo. Iya kang wus mungkul tan mikir piwewehing liyan. Iku panyes yon den gurunono kaki sertane kawrihana”
artinya: Jika kamu berguru pilihlaj manusia nyata. Yang baik martabatnya serta tahu hukum. Yang beribadah dan sederhana syukur dapat bertapa. Yang sudah menanggalkan pamrih pemberian orang. Itu pantas kamu berguru serta ketahuilah.
“Lamun ono wong micoro ilmu, tan mufakat ing patang prekoro, ojo siro age-age. Anganggep nyatanipun saringono dipun bersih limbangen kang patang prekoro rumuhun dalili hadis lan ijmak lan kiyase papat iku salah siji adate kang mufakat”
artinya: Kalau ada orang yang bicara ilmu, tak setuju empat perkara, jangan cepat-cepat percaya padanya. Saringlah yang teliti, pertimbangkan empat hal perkara terdahulu, dalil hadits dan ijma` dan keempat Qiyas. Semua telah disepakati.
“Wong kang ahli sastra ingarane luhur sastrane. Layak yen mangsi lan kertas. Pantes yen luhur ngakal ning sastra suraosipun. Luhur sejatining sastra, sastra praboting negoro. Lumaku saben dino mang migar pradata hukum, sanadyan tan kanthi ngakal”
artinya: Orang yang ahli sastra disebut luhur sastranya. Tepat jika tinta dan kerta. Patas jika luhur akalnya pada satra maknanya. Luhur sejatinya sastra, sastra sarana negara. Berjalan tiap hari serta wujud perdata hukum, meskipun tiada dengan akal.
8. Tentang konsep kepemimpinan dan bernegara
“Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”
artinya: Seorang pemimpin itu harus bisa berada di depan sebagai suri tauladan, harus bisa berada di tengah untuk senantiasa membaur dengan rakyatnya dan sebagai pengayom, dan harus bisa berada di belakang sebagai motivator demi kemajuan yang dipimpinnya.
“Lamun ono penguasane asale soko wong olo, iku ora luwes bakal konangan alane. Sebab kabeh mau wis kewoco soko tumindhake panguasa mau”
artinya: Jikalau ada penguasa yang tidak berasal dari orang yang baik, tiada lama pastinya akan ketahuan jeleknya. Sebab akan tampak dari tindakan si penguasa itu.
“Janma iku tan keno kiniro kinoyo ngopo. Mula ojo siro seneng ngaku lan rumongso pinter dhewe”
artinya: Manusia walau bagaimanapun tidak bisa diterka. Oleh karena itu janganlah engkau suka mengaku dan merasa paling pandai.
“Ratu iku durung mesthi kepenak uripe, lamun ora biso ngaweruhi kawulane”
artinya: Penguasa itu belum tentu enak hidupnya, bila tak mengetahui aspirasi rakyatnya.
“Ratu kang mung seneng uripe margo akeh bandane, ing tembe matine orang kajen. Mulo dadi rata ojo sawiyah-wiyah marang kawulane”
artinya: Penguasa yang enak hidupnya hanya karena banyak harta benda kelak matinya tak akan terhormat. Oleh sebab itu jangan kejam dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
“Ratu kang murang sarak iku ojo diajeni, jalaran ratu kang koyo mengkono iku gawe rusaking negoro”
artinya: Penguasa yang kejam dan serakah jangan dihormati, sebab penguasa yang seperti itu akan merusak negara.
“Ratu iku kudu gawe tentrem poro kawulane, mergo yen ora mengkono biso dadi kawulane ngrebut negoro”
artinya: Penguasa itu harus bisa membuat tenteram rakyanya, karena jika tidak rakyatnya akan merebut kekuasaan dalam negara itu.
“Pathokaning negoro iku dumunung ono angger-anggering negoro”
artinya: Tiang sebuah negara itu terletak pada undang-undang negara.
“Dhasaring negoro iku ono limo, kapisan paserah anane negara iki marang kang Murbeng Dumadhi. Kapindo percoyo marang anane manungso iku soko kang Murbeng Dumadhi. Kaping telu ojo siro ngilwatake bongso niro pribadi. Kaping papat siro ojo mung kepingin menang dhewe, mulo perlu rerembungan amrih becike. Kaping limo kewajiban aweh sandhang kalawan pangan lan uga njogo katentraman lehir kalawan batin”
artinya: Dasar sebuat negara itu adal lima. Pertama, pasrah adanya negara kepada Tuhan. Kedua, percaya bahwa manusia itu adanya dari Tuhan. Ketiga, jangan mengabaikan bangsamu sendiri. Keempat, engkau jangan ingin menang sendiri, karena itu harus suka bermusyawarah bagaimana baiknya. Kelima, berkewajiban memberi sandang dan papan serta ketenteraman lahir batin.
“Bongso iku minangka sarana kuwating negoro. Mulo ojo ngiwarake kebangsaniro pribadi. Supoyo kenugerhan bongso kang handana warih”
artinya: Bangsa itu sebagai sarana kuatnya negara. Oleh karena itu janganlah mengabaikan rasa kebangsaanmu sendiri, agar memiliki bangsa yang berjiwa kesatria.
“Para muda ojo ngungkurake kawruh kang nyoto, amrih karya ungguling bongso lan biso gawe rahayuning sesama”
artinya: Para pemuda jangan mengabaikan ilmu pengetahuan yang nyata, agar negaranya menjadi makmur
dan dapat membuat keselamatan sesamanya.
*****
Tambahan: Kemampuan di bidang lainnya

1. Sistem penanggalan musim, bukti kepandaian ilmu astronomi

Seperti kebudayaan-kebudayaan lain di dunia, masyarakat asli Indonesia sudah sejak lama menaruh perhatian pada langit. Pengamatan langit digunakan dalam pertanian dan pelayaran.
Dalam masyarakat Jawa dikenal pranatamangsa, yaitu peramalan musim berdasarkan gejala-gejala alam, dan umumnya berhubungan dengan tata letak bintang di langit. Menurut Daldjoeni di bukunya “Penanggalan Pertanian Jawa Pranata Mangsa”, Pranoto Mongso tergolong penemuan brilian. Kompleksitasnya tak kalah bobot dari sistem penanggalan yang ditemukan bangsa Mesir Kuno, China, Maya, dan Burma. Lebih-lebih jika dibandingkan dengan model Farming Almanac ala Amerika, Pranata Mangsa jauh lebih maju.
 
Gambar 1: Pranoto mongso (kalender musim)

Meskipun teknologi sudah semakin canggih seperti sekarang ini, penerapan perhitungan pranata mangsa masih relevan. Hal itu dikarenakan nenek moyang kita dulu mempelajari gejala-gejala alam seperti musim hujan/kemarau, musim tanaman berbunga/berbuah, posisi rasi bintang, pengaruh bulan purnama, dan sebagainya. Dengan mempelajari gejala-gejala alam tersebut nenek moyang kita dapat lebih menghargai kelestarian alam.

2. Teknologi terbaik dalam menempa logam, tidak ada bandingannya di dunia

Teknologi logam sudah lama berkembang sejak awal masehi di nusantara. Para empu sudah mengenal berbagai kualitas kekerasan logam. Keris memiliki teknologi penempaan besi yang luar biasa untuk ukuran masyarakat di masa lampau.
 
Gambar 2. Foto: Keris Nogo Sosro Sabuk Inten

Keris dibuat dengan teknik penempaan, bukan di cor. Teknik penempaan disertai pelipatan berguna untuk mencari kemurniaan besi, yang mana pada waktu itu bahan-bahan besi masih komposit dengan materi-materi alam lainnya. Keris yang mulanya dari lembaran besi yang dilipat-lipat hingga kadang sampai ribuan kali lipatan sepertinya akan tetap senilai dengan prosesnya yang unik, menarik dan sulit. Perkembangan teknologi tempa tersebut mampu menciptakan satu teknik tempa Tosan Aji ( Tosan = besi, Aji = berharga).
Pemilihan akan batu meteorit yang mengandung unsur titanium sebagai bahan keris, juga merupakan penemuan nenek moyang kita yang mengagumkan. Titanium lebih dikenal sebagai bahan terbaik untuk membuat keris karena sifatnya ringan namun sangat kuat. Kesulitan dalam membuat keris dari bahan titanium adalah titik leburnya yang mencapai 60 ribu derajat celcius, jauh dari titik lebur besi, baja atau nikel yang berkisar 10 ribu derajat celcius.
Titanium ternyata memiliki banyak keunggulan dibandingkan jenis unsur logam lainnya. Unsur titanium itu keras, kuat, ringan, tahan panas, dan juga tahan karat. Unsur logam titanium baru ditemukan sebagai unsur logam mandiri pada sekitar tahun 1940, dan logam yang kekerasannya melebihi baja namun jauh lebih ringan dari besi. Dalam peradaban modern sekarang, titanium dimanfaatkan orang untuk membuat pelapis hidung pesawat angkasa luar, serta ujung roket dan peluru kendali antar benua.
Sebenarnya masih banyak lagi teknologi-teknologi yang digunakan oleh nenek moyang kita yang tidak dituliskan disini. Seperti dalam teknologi perkapalan, pembangunan gedung (candi), dan berkesenian.

*****
Sungguh, dengan memahami setiap makna dari falsafah di atas, maka terlihat jelas bahwa orang Jawa memiliki kemampuan budaya yang sangat tinggi. Dan ini baru segelintirnya saja, karena masih banyak lagi yang lain namun tidak bisa disampaikan disini. Sehingga tidak salah bila dikatakan melebihi peradaban bangsa-bangsa lain di dunia.

Sebuah kebanggaan yang tak terkira, karena leluhur kita telah mewariskan sesuatu yang sangat berharga. Tapi, sangat disayangkan bahwa saat ini banyak dari kita – termasuk orang Jawa – yang sudah tidak lagi memahami falsafah ini. Bahkan tinggal sedikit saja yang masih mengenal dan mau mengenalinya. Sehingga tidak usah heran bila keadaan negara ini pun terkena dampak buruknya. Makin lama maka kian carut marut saja tatanan kehidupannya, karena para pemimpinnya sendiri – khususnya orang Jawa – sudah tidak mau lagi menjadikan falsafah Jawa ini sebagai pedoman hidup. Sehingga yang tertinggal hanyalah “Akeh wong jowo, ning ora jowo: Banyak orang Jawa, tapi tidak jowo (benar)

Semoga dengan adanya tulisan ini semakin menyadarkan kehidupan kita, bahwa di dalam diri kita ini – khususnya warisan leluhur – telah memiliki kemampuan yang besar dan tidak akan kalah dengan bangsa lainnya di dunia. Agar kian bertambah cinta pada warisan leluhur dan terus percaya diri demi kemajuan negara.

Kisah Indah Malam Pertama Seorang Pengantin Muslimah

Kisah Indah Malam Pertama Seorang Pengantin Muslimah

Setelah melaksanakan shalat Maghrib dia berhias, menggunakan gaun pengantin putih yang indah, mempersiapkan diri untuk pesta pernikahannya. Namun tak lama berselang dia mendengar suara azan Isya berkumandang dan dia sadar kalau wudhunya telah batal. Dia berkata pada ibunya:

“Bu, saya mau berwudhu dan shalat Isya.”

Ibunya terkejut dengan berkata: “Apa kamu sudah gila? Tamu telah menunggumu untuk melihatmu, bagaimana dengan make-up mu? Semuanya akan terbasuh oleh air.”

Lalu ibunya menambahkan: “Aku ibumu, dan ibu katakan jangan shalat sekarang! Demi Allah, jika kamu berwudhu sekarang, ibu akan marah kepadamu”

Sang anak membalas: “Demi Allah, saya tidak akan pergi dari ruangan ini, hingga saya shalat. Ibu, ibu harus tahu bahwa tidak ada kepatuhan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Pencipta!”

Ibunya pun berkata: “Apa yang akan dikatakan tamu-tamu kita tentangmu, ketika kamu tampil dalam pesta pernikahanmu tanpa make-up?? Kamu tidak akan terlihat cantik dimata mereka! dan mereka akan mengolok-olok dirimu”

Sang anak membalas dengan tersenyum: “Apakah ibu takut karena saya tidak akan terrlihat cantik di mata makhluk? Bagaimana dengan Penciptaku? Yang saya takuti adalah jika dengan sebab kehilangan shalat, saya tidak akan tampak cantik di mata-Nya”.

Setelah mengatakan itu, dia tetap berwudhu, dan seluruh make-up nya terbasuh. Tapi dia tidak merasa bermasalah dengan itu. Kemudian ia memulai shalatnya. Dan pada saat bersujud, dia tidak menyadari bahwa itu akan menjadi sujud terakhirnya. Pengantin wanita itu pun wafat dengan cara yang indah, yaitu bersujud di hadapan Pencipta-Nya. Ya, ia wafat dalam keadaan bersujud, sehingga menjadi akhir kehidupan yang luar biasa bagi seorang Muslimah yang teguh untuk mematuhi Tuhannya!

Subhanallah… Kisah di atas menunjukkan bahwa di dunia ini masih tersisa kebaikan, kebenaran dan kemuliaan. Kisah nyata yang diceritakan oleh Syaikh Abdul Muhsin Al-Ahmad ini terjadi di Abha, ibu kota Provinsi Asir, Arab Saudi. Banyak orang tersentuh mendengarkan kisah ini. Ia telah menjadikan Allah SWT dan ketaatan kepada-Nya sebagai prioritas pertama dan utama. Sehingga menjadi sebuah fenomena yang luarbiasa masih terjadi di tengah pola kehidupan duniawi yang terus di agungkan oleh sebagian besar manusia. Sehingga patut menjadi tolak ukur dan penyemangat diri – terutama kaum Muslimah – bahwa mengikuti perintah-Nya adalah yang terbaik sebagai manusia dan tetap indah.

Tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak takut kepada Allah SWT. Dan ketakutan yang telah di contohkan oleh pengantin wanita di atas adalah kebenaran. Inilah sikap yang akan menyelamatkan seseorang di akherat kelak. Di waktu yang penuh sesak dan tiada kesempatan untuk memperbaikinya. Sehingga mulai sekaranglah wahai saudariku tercinta engkau berbenah diri, merubah kebiasaan dan pola kehidupan yang terus menduniawi ini. Pikirkan tentang kehidupan akheratmu nanti, tentang bagaimana bisa engkau memperoleh kebaikan sementara engkau tidak berbuat baik yang sesuai ketetapan-Nya.

Benar adanya, bahwa sikap seperti pengantin wanita di atas itu sulit dan tidak sedikit yang mengabaikannya, tetapi yakinlah masih ada di antara kita yang mau melakukannya. Mereka memilih bahwa kehidupan ini harus di tempatkan pada posisi yang tepat. Pada keadaan bahwa ia hanyalah seorang hamba yang harus selalu patuh hanya kepada Tuhannya. Apapun resikonya ia tidak peduli, karena yang diinginkannya adalah mengabdi dan mencintai Tuhannya saja. Sehingga berakhirlah kehidupannya dalam keindahan. Sungguh indah dan mulia.

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah” (HR. Muslim)

Ya. Siapapun dari Muslimah yang menginginkan perjalanan hidupnya di akherat menjadi indah dan mudah, maka ia harus mencontoh sikap pengantin wanita di atas, karena demikianlah yang di lakukan oleh para wanita shalihah. Kaum Muslimah yang menjadi idaman bagi sosok yang shalih karena telah mengikuti jejak para Nabi. Hamba Allah yang kelak akan berdiri di belakang Fathimah Az-Zahra RA, karena menjadi penghuni Syurga selamanya.