Pandawa
Lima adalah sebutan untuk sebuah keluarga di dunia pewayangan yang
terdiri atas lima orang laki-laki bersaudara pembela dan pejuang
kebenaran. Ternyata seperti halnya tokoh-tokoh pewayangan lain seperti
Ramayana, Punakawan dan lain-lainnya. Pandawa Lima juga mengandung makna
yg mendalam sesuai dengan ajaran agama Islam.
Dalam pewayang Jawa Pandawa Lima lebih dikenal dengan isitilah Pendawa Lima
kependekan dari Pendalaman Wawasan Lima. Maksudnya adalah Membina dan
Membing Umat agar lebih memperdalam lebih jauh tentang apa arti
sesungguhnya tentang Rukun Islam yang lima dan apa makna filosofinya
dalam prilaku hidup muslim
Dalam
dunia pewayangan arti Pendawa Lima adalah merupakan visualisasi dari
rukun Islam yang lima, maksudnya bahwa figur Pandawa Lima itu merupakan
gambaran rukun Islam yang lima. Berikut uraian tokoh-tokoh Pandawa Lima:
1. Yudhistira (Puntadewa/Satria Pembarep/Ksatria Tertua)
Yudisthira
merupakan sulung dari para Pandawa. Dia memiliki sifat jujur, adil,
sabar, taat, dan penuh percaya diri. Dikisahkan juga bahwa selama
hidupnya, Yudisthira tidak pernah berbohong. Yudisthira mahir
menggunakan tombak sebagai alat perang. Dikisahkan juga bahwa setelah
perang Baratayuda, Yudisthira adalah pemegang tahta kerajaan
Hastinapura. Yudhistira mempunyai senjata “Jimat Kalimasada” alih bahasa
dari kalimat Syahadat. Dengan senjata ini ia tidak pernah kalah ataupun
putus asa menghadapi musibah, tidak banyak suudzon terhadap setiap
orang. Sebagian pendapat mengatakan bahwa istilah Kalimasada berasal dari kata Kalimat Syahadat,
yaitu sebuah kalimat utama dalam agama Islam. Kalimat tersebut berisi
pengakuan tentang adanya Tuhan yang tunggal, serta Nabi Muhammad sebagai
utusan-Nya.
Tentang Kalimasada :
Menurut pendapat tersebut, istilah Kalimasada
diciptakan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang penyebar agama Islam di
Pulau Jawa pada abad ke-16. Konon, Sunan Kalijaga menggunakan wayang
kulit sebagai media dakwah, antara lain ia memasukkan istilah Kalimat
Syahadat ke dalam dunia pewayangan.
Namun
pendapat lain mengatakan bahwa sebelum datangnya agama Islam, istilah
Kalimasada sudah dikenal dalam kesussastraan Jawa. Pendapat ini antara
lain dikemukakan oleh Dr.Kuntar Wiryamartana SJ. Istilah Kalimasada
bukan berasal dari kata Kalimat Syahadat, melainkan berasal dari kata Kalimahosaddha.
Istilah Kalimahosaddha ditemukan dalam naskah Kakawin Bharatayuddha
yang ditulis pada tahun 1157 atau abad ke-12, pada masa pemerintahan
Maharaja Jayabhaya di Kerajaan Kadiri. Istilah tersebut jika dipilah
menjadi Kali-Maha-Usaddha, yang bermakna "obat mujarab Dewi Kali".
Kakawin Bharatayuddha
mengisahkan perang besar antara keluarga Pandawa melawan Korawa. Pada
hari ke-18 panglima pihak Korawa yang bernama Salya bertempur melawan
Yudistira. Yudistira melemparkan kitab pusakanya yang bernama Pustaka Kalimahosaddha ke arah Salya. Kitab tersebut berubah menjadi tombak yang menembus dada Salya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa istilah Kalimahosaddha
sudah dikenal masyarakat Jawa sejak beberapa abad sebelum munculnya
Sunan Kalijaga. Mungkin yang terjadi adalah Sunan Kalijaga memadukan
istilah Kalimahosaddha dengan Kalimat Syahadat menjadi Kalimasada
sebagai sarana untuk berdakwah. Tokoh ini memang terkenal sebagai ulama
sekaligus budayawan di Tanah Jawa, oleh karena itu Yudhistira merupakan
gambaran Rukun Islam yang pertama yiatu Dua Kalimat Syahadat (karena
disebutkan bahwa dia mempunyai Jimat Kalimasada.
2. Bima(Bratasena/Satrio Penegak Pandowo/Ksatria Penegak Pandawa)
2. Bima(Bratasena/Satrio Penegak Pandowo/Ksatria Penegak Pandawa)
Bima
adalah anak kedua dari keluarga Pandawa. Bima memiliki arti
“mengerikan” dalam bahasa sansekerta. Mungkin hal ini karena Bima memang
memiliki perawakan yang besar diantara saudaranya yang lain. Tak heran,
Bima menjadi panglima perang dalam perang Baratayuda, memimpin tentara
Pandawa. Bima diceritakan memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat,
jujur, tabah, dan patuh. Selain itu, Bima dikenal sebagai tokoh yang
tidak suka basa-basi. Dikisahkan juga bahwa Bima adalah titisan Bayu,
dewa angin, yang menjelma menjadi Pandu saat menikahi dewi Kunti. Bima
mahir menggunakan senjata gada yang terkenal dengan nama Rujakpala,
tidak ketinggalan senjata lainnya, yaitu kuku Bima, yang dinamakan
Pancakenaka. Pada perang Baratayuda, Bima adalah tokoh penutup perang
yang berhasil membunuh Duryodana, pemimpin tertinggi Kurawa. Bima
memiliki anak dari perkawinannya dengan Dewi Arimbi yang bernama
Gatotkaca.
Bima
digambarkan selalu siap dengan senjata pamungkasnya yaitu Kuku
Pancanaka yang diartikan sholat lima waktu haruslah ditegakkan dalam
keadaan apapun. Julukan Ksatria Penegak ini merefleksikan Ibadah Shalat
sebagai Tiang Agama atau Penegak Agama, oleh karena itu Bima digambarkan
sebagai Rukun Islam yang kedua yaitu Menegakkan Shalat.
3. Arjuna(Wijaya/SatrioPenengah Pandowo/Ksatria Penengah Pandawa)
3. Arjuna(Wijaya/SatrioPenengah Pandowo/Ksatria Penengah Pandawa)
Arjuna
adalah anak ketiga. Dikisahkan Arjuna merupakan titisan dewa Indra,
raja semua Dewa. Dikisahkan Arjuna memiliki sifat mulia, cerdik, berani,
berjiwa kesatria, imannya kuat, tahan terhadap godaan duniawi, gagah
berani, dan selalu berhasil merebut kejayaan. Arjuna adalah tokoh yang
paling rupawan diantara saudara-saudaranya. Sehingga tidak heran, kalau
Arjuna sering dianalogikan sebagai lelaki yang tampan, gagah, dan gentle
di kehidupan kita sekarang. Arjuna lihai memainkan senjata panah. Dalam
perang Baratayudha, Arjuna menggunakan Pasupati, nama panahnya, untuk
membunuh Bisma, panglima besar Kurawa. Dalam perang juga, Arjuna dikenal
sebagai ksatria tanpa tanding, karena saat bertempur, Arjuna tidak
pernah sekalipun menemui kekalahan. Arjuna memiliki banyak istri karena
ketampanannya, salah satunya yang terkenal adalah dewi Srikandi yang
membantu Arjuna membunuh Bisma.
Raden
Arjuna digambarkan sebagai tokoh yang sangat tampan, lemah lembut,
pemberani, pemanah ulung, pembela kebenaran, dan idola kaum wanita. Ini
merefleksikan Ibadah Puasa wajib dibulan Ramadhan yang penuh hikmah dan
pahala sehingga menarik hati kaum Muslim utk beribadah
sebanyak-banyaknya. Keahlian Raden Arjuna dalam bertempur dan memanah
ini merefleksikan Ibadah Puasa sebagai senjata utk melawan hawa nafsu.
Orang berpuasa banyak godaan hawa nafsu setan apabila tidak kuat
menghindarinya pasti akan jebol pertahanannya.
Arjuna
merupakan gambaran Rukun Islam yang ke-tiga yaitu Puasa di Bulan
Ramadhan hal ini karena dia mempunyai/ kesaktian yang tak terkalahkan,
dan sesuatu yang menyenangkan pandangan, karena dia gemar
Tirakat/bertapa (berpuasa) dan gemar menahan nafsu.
4.Nakula (Ksatria kembar)
Nakula
adalah anak keempat dari Pandawa, dan lahir dari perkawinan antara
Pandu dengan dewi Madri. Nakula diceritakan memiliki sifat taat, setia,
belas kasih, tahu membalas budi, dan menyimpan rahasia. Nakula memiliki
saudara kembar, yaitu Sadewa. Nakula juga terkenal sebagai orang yang
tampan, namun tidak seperti Arjuna yang rendah hati dengan
ketampanannya. Nakula lebih membanggakan ketampanannya dan tidak mau
mengalah. Nakula lihai memainkan senjata pedang pada perang Baratayuda.
Kelebihan lainnya yang dimiliki Nakula adalah ilmu pengobatan, karena
Nakula dipercaya sebagai titisan dewa Aswin, dewa pengobatan. Selain
itu, Nakula lihai mengengendarai kuda, dan memiliki ingatan yang sangat
tajam dan tidak terbatas.
Nakula
adalah gambaran Rukun Islam yang ke-empat yaitu Membayar Zakat hal ini
karena dia gemar bersolek dengan pakaian bagus dan bersih, suka memberi
serta belas-kasih pada kaum yang lemah, lambang orang kaya yang
Dermawan/suka memberi infaq, shadaqah dan zakat.
5. Sadewa (Ksatria Kembar)
Sadewa adalah bungsu dari Pandawa lainnya. Merupakan kembaran
dari Nakula. Jika Nakula dianugerahi ketampanan, maka Sadewa
dianugerahi kepandaian, terutama dalam bidang astronomi, sehingga Sadewa
memiliki kemampuan meramal untuk masa depan. Sifat Sadewa adalah bijak
dan pandai, bahkan Yudisthira pernah berkata bahwa Sadewa memiliki
kebijaksanaan lebih tinggi daripada Wrehaspati, guru para Dewa.
Dikisahkan juga bahwa Sadewa adalah tokoh yang berhasil membunuh
Sengkuni, paman para Kurawa yang terkenal dengan kelicikannya dan pintar
menghasut. Sadewa berhasil membunuh Sengkuni dengan kecerdikan dan
kepandaian yang dia miliki. Sadewa merupakan tokoh pendiam dalam kisah
Mahabharata.
Sadewa
digambaran sebagai Rukun Islam yang ke-lima yaitu Kewajiban pergi Haji
hal ini karena Sadewa suka melancong, mengembara mencari ilmu dan hikmah
di tempat-tempat yang bersejarah.
Zakat
dan Haji digambarkan sebagai dua ksatria kembar Nakula dan Sadewa,
mereka jarang muncul sebagaimana zakat dan haji diwajibkan bagi orang
yang mampu, kalau tidak ada Nakula dan Sadewa maka Pandewa akan runtuh
dan hancur begitu pula umat Islam jika tidak ada para hartawan yang
sanggup membayar zakat dan menunaikan ibadah haji, fakir miskin akan
terancam kekafiran dan kemurtadan. Kesenjangan sosial tidak
terjembatani.