Minggu, 02 Mei 2021

ABANGAN dan PUTIHAN

Pengkhianatan kaum 'Nusantara (Abangan)' terhadap kaum Ketuhanan Yang Maha Esa murni ('Putihan') di Minangkabau (Malayu, Sumatra Barat dan sekitarnya yang bahkan berpengaruh sampai Negeri Sembilan di Malaysia, setidaknya)

Sejak masa kaum da'i yang disebut "Wali Songo" di Jawa, sudah ada istilah kaum 'Putihan' (Putih) versus kaum 'Abangan' (Merah).

Bahkan cara da'wah Wali Songo pun, dibagi menjadi cara Wali Songo 'Putihan' (dipimpin Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Ampel) dan cara Wali Songo 'Abangan' (dipimpin Sunan Kali Jaga dan Sunan Bonang).

Keduanya tetap berusaha membersihkan Jawa (dan Nusantara) dari Takhayyul, Bid'ah, Khurofat. Dengan pendekatan cara yang berbeda. Sebenarnya.

Kaum 'Putihan' adalah dengan lebih tegas menyampaikan risalaah Islaam - kalau dengan istilah yang populer kini - dengan manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Was Salafiyyaah (sesuai pemahaman kaum Salafush Sholih), sedangkan kaum 'Abangan' memutar lebih dulu.

Saat Sunan Kali Jaga diingatkan Sunan Ampel agar tidak mencampurkan adat-istiadat Jawa-Hindu dengan Islaam, maka Sunan Kali Jaga menenangkan Sunan Ampel, bahwa itu hanya strategi akulturasi.

Dan bahwa di kemudian hari, generasi penerus, diharapkan ada pendakwah yang memutihkannya.

Itu adalah tahapan. Dan harapan.

Dan percakapan ini ada di buku "Het Boek Van Bonang". Masih menjadi sumber sejarah. Disimpan di Leiden, Belanda.

Di Minang (wilayah Sumatra Barat dan sekitarnya, luas, sampai Negeri Sembilan, Malasia), sebenarnya, lebih-kurang, ada pula keadaan serupa. Dan sebenarnya di banyak tempat di dunia.

Di Minang, ada kaum muslimiin Paderi, dan kaum muslimiin Adat. Macam 'Putihan' dan 'Abangan' di Jawa, itu.

Dan sesuai catatan sejarah mengenai perang besar Minang melawan Belanda, sebelum semuanya bersatu-padu melawan Belanda, dicatat bahwa pada tanggal 21 Februari 1821, kaum Adat (kaum Nusantara, 'Islam Abangan') resmi bekerja pada Belanda.

Kaum Adat Minang ('Abangan') bekerjasama memukul Kaum Paderi (kaum Muslimiim, kaum Putihan) pimpinan Imaam Bonjol.

Pola sejarah itu, saudara, berulang. Ini sudah Sunnatullaah. Ketentuan Tuhan Yang Maha Esa. Hanya detailnya, siapa pelakunya, waktunya, tempatnya, dll. yang berbeda. Macam 'permainan dan senda-gurau' saja.

Familiar, kah ini, untuk anda, macam sama dengan keadaan kini?

Anda kenali ada kaum-kelompok di masa kini yang lebih memilih bekerjasama dengan bangsa asing, kafir, daripada dengan bangsa sendiri, muslim?

Padahal mengaku sebagai muslim?

Padahal mengaku tahu Pancasila, UUD 1945, sejarah bangsa dan negara NKRI? Berketuhanan Yang Maha Esa (dasar negara RI-NKRI, di pasal 29 ayat 1 UUD 1945)?

Walau akhirnya, kaum Adat insyaaf, dan bersatu melawan Belanda, namun itu sudah menghasilkan kehancuran banyak bagi masyarakat Sumatra.

Termasuk dijebaknya, dikriminisasikannya, ditangkapnya, Imaam Bonjol (hal sama, dan hampir bersamaan, terjadi di Jawa terhadap Pangeran 'Abdul Hamid Diponegoro).

Familiar juga kah ini untuk anda?

https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/kronologi-sejarah-perang-padri-tokoh-latar-belakang-akhir-f7Kg

https://www.portalsultra.com/mengenal-tuanku-imam-bonjol-pahlawan-nasional-indonesia/#:~:text=Pada%2021%20Februari%201821%2C%20kaum,wilayah%20darek%20(pedalaman%20Minangkabau).

Pendukung adat-istiadat Nusantara, 'Abangan' - yang kini disebut sebagai 'Islam Nusantara' - itu, dulu, memusuhi pendukung Ketuhanan Yang Maha Esa murni - yang kini disebut sebagai Radikal, 'Wahabi', Kadrun, dsb. - dengan licik.

Bekerjasama dengan yang bukan kaum berketuhanan Yang Maha Esa. Bahkan yang bukan kaum Nusantara Indonesia.

Familiar juga kah ini untuk anda?

Mereka bekerjasama dengan kaum asing, Kafir Belanda. Orang asing.

Familiar juga kah ini untuk anda?

Untuk imbalan keamanan, 'alasan keamanan', harta, kedudukan, tahta, dsb.

Untuk 'amannya'.

Familiar juga kah ini untuk anda?

Dikenal pula kini bahwa Said Aqil Siradj, pentolan PBNU yang mempromosikan 'Islam Nusantara' jelas sekali mengatai pimpinan kaum 'Putihan' Minang - yakni Imaam Bonjol - sebagai:

'Wahabi'.

Bahkan kaum Minang pun, akhirnya, dikatainya sebagai:

'Wahabi'.

Lihat:

https://youtu.be/iZY-C7J3FAQ

https://riausky.com/mobile/detailberita/32645/sebut-imam-bonjol-dan-padri-gerakan-radikal-begini-sejarawan-sumbar-menilai-said-aqil-siroj.html

Sementara jelas, kaum Minang menjadi inspirasi banyak pergerakan kemerdekaan RI!

Banyak sekali aktivis pergerakan kemerdekaan dan perancang negara RI, tokoh bangsa, ternyata berhubungan dengan kaum Minang (Melayu). Dipengaruhi prinsip, peradaban, pemikiran Minang (Melayu).


https://www.portal-islam.id/2019/08/terima-kasih-minangkabau.html?m=1

https://sumbarprov.go.id/home/news/9400-orang-orang-minang-berpengaruh-di-kancah-dunia.html

Perang Paderi

https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/kronologi-sejarah-perang-padri-tokoh-latar-belakang-akhir-f7Kg

https://www.portalsultra.com/mengenal-tuanku-imam-bonjol-pahlawan-nasional-indonesia/#:~:text=Pada%2021%20Februari%201821%2C%20kaum,wilayah%20darek%20(pedalaman%20Minangkabau).

https://www.persis.or.id/menelisik-islam-nusantara

============

Tambahan, dari artikel yang lama beredar di Dunia Maya:

SAID AQIL SIRADJ LANCANG MENGATAI IMAAM BONJOL DAN MINANGKABAU

https://youtu.be/iZY-C7J3FAQ

Said Aqil Siradj (SAS) Ketum PBNU yang naik jabatan dengan kontroversial - tidak diakui kuorum di muktamar NU di Jombang lalu - terkenal menjadi biang banyak masalah dengan yang bukan nahdliyyiin NU, maupun yang dengan sesama nahdliyyiin NU sendiri.

Dulu dia di depan umum mengatai organisasi Islaam tertua RI "Muhammadiyah" (yang aktif sejak 1912) itu goblog, mengatai yang berjenggot itu goblog (padahal KH Hasyim Asy'ary pendiri utama NU adalah jelas berjenggot), mentertawai yang sholat berjama'ah menjaga kerapian shoff rapat, mentertawai yang berpakaian a la Arab, mengatai sholat Jum'at di Monas 212 tidak sah, mentertawakan kaum Arab (dan langsung dibantah oleh Grand Syaikh Al Azhar di depan umum), diam saja atas segala kelakuan memuakkan Banser (termasuk saat menyerang warga dan fasilitas Muhammadiyah), memarakkan istilah 'wahabi' juga 'radikal' dan 'islam nusantara', menyebarkan banyak cerita bohong soal 'wahabi', mengatakan bahwa bangsa Cina berjasa membentuk Indonesia karena dulu menyerbu Jawa, menyamakan Kitab Suci Al Qur'aan dengan Bibel, dll.

KINI DIA - si Said Aqil Siradj ini - BERANI MENGATAI, MEMFITNAHI  PAHLAWAN NASIONAL dan IMAAM  BESAR MASYARAKAT MINANGKABAU (SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA), yakni TUANKU IMAAM BONJOL - RAHIIMAHULLOH❗

IMAAM BONJOL TELAH BERSUSAH-PAYAH MENGUBAH SELURUH KEBIASAAN JAHILIYYAAH, TAKHAYYUL, BID'AH, KHUROFAT, MISTIK, SIHIR, DI MASA LALU KAUM MINANG, hingga kaum Minang MENJADI MUSLIMIIN AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH, dan hingga juga kaum MINANG MENGHASILKAN AMAT BANYAK KAUM ALIM-ULAMA, PAHLAWAN NASIONAL, CERDIK-PANDAI ASAL MINANG YANG IKUT MEMERDEKAKAN DAN MENJAGA NUSANTARA❗

Karena jasa Imaam Bonjol, dan alim-ulama bersama beliau serta pasukannya pula lah, seluruh masyarakat Minangkabau - alhamdulillaah - tegas bersemboyan:

"Adaik basandikan syara', syara' basandikan Kitabulloh."

Atau:

"Adat-istiadat harus berdasarkan Syari'ah, dan Syari'ah harus berdasarkan Kitabulloh (Al Qur'aan)."

Ini dikatai Radikal?

Wahabi?

Dan Imaam Bonjol juga mampu mempersatukan masyarakat Minang dalam melawan kafiruun penjajah Belanda!

Bersamaan dengan perang pasukan Pangeran 'Abdul Hamid Ontowiryo Diponegoro melawan Belanda di Jawa!

Kalimat penghinaan dan fitnah si SAS di video ini:

➡️ "Gerakan Radikal masuk ke Nusantara dimulai oleh Imaam Bonjol dengan pasukan paderinya ... Imaam Bonjol adalah Wahabi ... !"

➡️ Simak videonya:

https://youtu.be/iZY-C7J3FAQ

Juga di:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=191198138429325&id=100026174211471

===================

Terlepas dari kekontroversialan Said 'Aqil Siradj si tokoh Jaringan 'Islam' Liberal (JIL) yang juga dikenal dekat dengan Syi'ah (padahal pendiri utama NU melarang Syi'ah ada di NU), dan dituding sesama nahdliyyiin NU telah membiarkan Neo-Komunis masuk ke PBNU dan Banser GP Ansor NU, mari juga simak ini, yang dipaparkan dengan dalil dan bukti:

 MASIH PERCAYA KEBOHONGAN SYI'AH DAN MUSUH ISLAM BAHWA GOLONGAN WAHABI ITU ADA?

Sungguh menyedihkan bahwa sebagian kaum Muslimiin Indonesia larut turut dalam kesalahan bahkan kebodohan, akibat tak belajar benar. 

Mau saja dihasut dengan kesalahan sebut dari kaum Inggris jaman dulu, yang lalu dimanfaatkan Syi'ah, Komunis, Mistikus, musuh-musuh Islaam untuk memecah belah sesama Ahlus Sunnah.

Namun sudah banyak pula yang sadar bahwa SYI'AH SEDANG MENCOBA MENDEKATI MASSA NU YANG BANYAK ITU, melalui rayuan seakan-akan banyak ritual 'khas' NU, adalah SAMA dengan ritual Syi'ah

Ini ada benarnya, walaupun tidak sepenuhnya. Karena NU juga mengadopsi, membolehkan Sufi. Sedangkan Sufi, membesar bersamaan dengan Syi'ah, utamanya di masa kekholifahan Abbasiyyaah! Mereka ada saling mempengaruhi, satu sama lainnya.

Tetapi ... NU generasi pertama (1926), ADALAH BANYAK KESAMAANNYA dengan Muhammadiyah (1912), Al Irsyaad (1914), dan Persatuan Islam/Persis (1923). Tidak seperti mayoritas kaum Nahdliyyiin kini.

Bahkan fatwa dari KH Hasyim Asy'ary tegas MELARANG NAHDLIYYIIN MENDEKATI, MEMPELAJARI, DAN MENGIKUTI SYI'AH.

Satu hal yang ironis kini, karena KH Said 'Aqil Siradj (SAS) Ketum PB NU, adalah dikenal sebagai pendukung Syi'ah dan Liberalisme kini!

Jadi ...

Sudah lama dibahas - juga di media ini - mengenai betapa bodohnya dan tidak mungkinnya sebutan, dan ada golongan 'Wahabi'.

Berdasarkan keterangan pakar Tata Bahasa, 'ulama 'Aqidah Ahlus Sunnah, dan Tarikh (Sejarah).

Termasuk dari Buya HAMKA Ketua Umum MUI pertama, dan Habib Ahmad bin Zen Alkaff, dan banyak 'ulama serta pakar sedunia.

Itu adalah kesalahan sebut Inggris terhadap kaum Muslimiin, Ahlus Sunnah Wal Jama'ah di jazirah Arabia Tengah (kini sebagian besarnya menjadi Arab Saudi), dan kesalahkaprahan ini lalu dimanfaatkan Syi'ah untuk mengadu-domba Muslimiin, bahkan dengan berbagai tambahan kebohongan.

Dalam tinjauan Tata Bahasa Arab, karenanya, TIDAK MUNGKIN disebut 'Wahabi' karena sebutan ini secara gegabah dan salah dinisbatkan kepada (Syaikh) MUHAMMAD bin 'Abdul Wahhab At Tamimi (dari Bani Tamim, Quraisy). 

Beliau seorang guru agama Ahlus Sunnah wal Jama'ah, dengan mengikuti pemahaman (manhaj) kaum Salafush Sholih/kaum Pendahulu Yang Salih (*) yang mengajarkan semua sistem Madzhab Fiqh, namun lebih menyenangi Madzhab Hanbali (dan ini wajar saja dan diperbolehkan dalam Islaam). 


Keterangan: (*) Mereka adalah seluruh 124.000 nabi dan rosul beserta ummah/muridnya masing-masing. Khususnya Rosuululloh Muhammad - shollollohu 'alaihi wasallam - dan 3 generasi pertama murid beliau yang dijamin terbaik, yakni generasi Shahabah Nabi, generasi Tabi'iin, dan generasi Tabi'ut Tabi'iin.

Nama beliau sendiri tentu saja adalah "Muhammad", dan nama ayahnya, karenanya, adalah 'Abdul Wahhab At Tamimi (artinya, dari keluarga Quraisy terhormat Bani Tamim). Maka seharusnya secara Tata Bahasa, pengikutnya disebut "Muhammadi" atau "Muhammadiyyah". Bukan "Wahhabi".

Lebih lagi, dalam tinjauan standar 'Aqidah Islaamiyyah, TIDAK MUNGKIN mereka disebut 'Wahabi' atau 'Wahhabi', karena nama "Al Wahhab" itu adalah nama ALLAH. Dan secara 'aqidah, manusia tidak dibenarkan memakai nama ALLAH: "Al Wahhab" (kecuali dengan didahului kata "Abdul" atau "hamba dari"). 

Dan karenanya - walaupun artinya bagus - tidak wajar pula menyebut Muslimiin sebagai "Wahhabi" (Pengikut ALLAH Al Wahhab).

Dan dalam tinjauan Tarikh (Sejarah), TIDAK MUNGKIN pula pengikut Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab At Tamimi disebut 'Wahabi', karena yang disebut demikian adalah pengikut 'Abdul Wahhab bin Rustum, seorang Khowarij (ekstrimis) di Abad III-IV Hijriyyah. 

Sementara Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab At Tamimi tersebut hidup di Abad XII-XIII Hijriyyah, dan adalah seorang guru agama Ahlus Sunnah wal Jama'ahbiasa. 

Tetapi ada usaha mengesankan keduanya adalah sama. Utamanya untuk membangun propaganda kebencian terhadap Ahlus Sunnah, terhadap Madzhab Hambali, terhadap Arabia/Arab Saudi. Biasanya dari agen-agen laten atau terbuka dari kalangan Syi'ah, Orientalis, Komunis, dll., dan yang terpengaruh oleh mereka, sadar atau tidak.

Dan ingatlah ...

Di Nusantara/Indonesia, sejak dulu yang dimaki sebagai Wahabi atau Wahhabi dengan SEENAKNYA adalah:

Imam Bonjol dan semua Muslimiin Minangkabau (Sumatra Barat) yang pada dasarnya biasanya adalah bergabung di "Muhammadiyah" (setelah organisasi Islam "Muhammadiyah" berdiri).

Muhammadiyah, organisasi Islam yang TERTUA di Nusantara dan masih ada (berdiri di tahun 1912 dengan akta Notaris resmi di tahun 1914 di Yogyakarta), dan KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.

Al 'Irsyaad Al Islamiyyah (1914 dan resmi di 1915 di Surabaya) dan kaum jama'ah keturunan Arab non 'Alawiyyiin/Non Habaib.

Persatuan Islam/Persis (1923 di Bandung)

Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia/DDII (1967 di Jakarta)

Hidayatullah (1973)

Wahdah Islamiyah (1988)

HASMI (2005)

Buya HAMKA, Ketua Umum MUI pertama, tokoh Muhammadiyah, serta Pujangga/Sastrawan nasional.

Syaikh DR. Muhammad Natsir, Perdana Menteri RI pertama, Pahlawan Nasional RI, dan pendiri DDII.

Syaikh Ahmad Hassan, tokoh Persis dan salah satu guru Bung Karno.

Bung Karno, aktivis Muhammadiyah, anggota Muhammadiyah sampai meninggalnya, dan Proklamator RI, Presiden I RI.

Bung Hatta, aktivis Muhammadiyah dan Proklamator RI, Wakil Presiden I RI.

Ustadz dan Panglima Besar Jenderal Sudirman, warga Muhammadiyah dan gerakan kepanduannya.

Syaikh Haji Agus Salim.

Kaum muslimiin Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang berusaha meneladani kaum Salafush Sholih (yakni Rosululloh shollollohu 'alaihi wasallam dan para Sahabat Nabi lalu para Tabi'iin dan lalu para Tabi'ut Tabi'iin) yang DIJAMIN ALLAH sebagai yang terbaik, sebagai Salafiyyuun.

Dll.

Hanya karena mereka tidak mau memperingati kematian dan makan-makan di hari hitungan Hindu (hari ke 1, 3, 7, 40, 100, 1000), tetap ziarah kubur namun tidak mau mengkeramatkan kuburan dan beribadah di sana, tidak selalu berqunut kecuali ada musibah, tidak membaca basmalah dengan jahr saat Al Fatihah dan Surah2 lain, tidak merayakan Maulid karena ini dari kebiasaan Syi'ah, tidak Haul, tidak berdzikr kencang-kencang juga berjama'ah apalagi memakai musik, tidak suka Mistik, tidak menyanyi Barzanji, biasanya berjenggot, biasanya bercelana cingkrang tidak isbal, berhijab syar'i, Anti Syi'ah, Anti Komunis, Anti Penjajahan Kolonialisme, Anti Yahudi Zionis, Pro Palestina, Pro Syari'ah, dll.❗

Dimaki sebagai Wahabi

Padahal mungkin saja merekalah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang lebih sejati, in syaa Allah.

Strategi Dakwah Nabi Soal Haramnya Minuman Keras

 

Strategi Dakwah Nabi Soal Haramnya Minuman Keras


Pengharaman khamar (minuman keras) dalam ajaran Islam tidak diturunkan secara sekaligus tetapi dengan cara berangsur-angsur. Ini adalah strategi dakwah Nabi yang diperintahkan Allah SWT untuk mengharamkan minuman keras.

Dalam kitab Sirah Nabawiyah karya Muhammad Ridha dijelaskan, selagi mengepung Bani Nadhir terdapat sejumlah sahabat Nabi yang berkata: “Ya Rasulullah, berilah kami fatwa tentang khamar. Sesungguhnya khamar itu menghilangkan akal dan membuang-buang harta,”.

Maka mendengar hal itu, turunlah ayat 219 dalam Surah Al-Baqarah, Allah berfirman: “Yas-alunaka anil-khamri wal-maysiri, qul fihima itsmun kabirun wa manaafi’u linnasi,”.

Yang artinya: “Mereka bertanya kepadamu (kepada Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia,”.

Dengan turunnya ayat tersebut, sebagian orang masih ada yang meminum khamar karena dinilai ada manfaat dalam kandungannya. Sebagian lainnya meninggalkan khamar karena adanya dosa di sana.

Suatu ketika Abdurrahman bin Auf mengundang beberapa orang lalu mereka meminum khamar sampai mabuk bahkan ada sebagian dari mereka melakukan shalat maghrib dalam keadaan mabuk. Dalam shalat itu dia membaca: “qul yaa ayyuhal-kafirun, a’budu maa ta’buduun,” yang mana bacaannya kacau balau.

Atas kejadian itu, maka turunlah firman Allah dalam Alquran Surah An-Nisa ayat 43 berbunyi: “Ya ayyuhal-ladzina amanu laa taqrabu as-shalata wa antum sukara hatta ta’lamuu maa taqulun,”.

Yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk hingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,”.

Sejak itulah berkurang pula para peminum khamar. Namun bukan berarti berkurang seluruhnya sebab masih ada beberapa orang saja yang masih meminum khamar. Kemudian di suatu ketika berkumpullah sekelompok kaum Anshar.

Di sana terdapat pula Sa’ad bin Abi Waqash. Ketika mereka mabuk, mereka membanggakan diri dengan melantunkan syair-syair hingga akhirnya Sa’ad membacakan syair yang isinya mengejek kaum Anshar. Salah seorang Anshar kemudian memukulnya dengan tulang rahang unta yang mengakibatkan kepalanya terluka parah.

Sa’ad kemudian mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah SAW. Beriringan mendengar aduan Sa’ad itu, Sayyidina Umar pun berkata: “Ya Allah, jelaskan kepada kami tentang khamar dengan penjelasan yang lengkap. Sesungguhnya khamar itu menghilangkan akal dan membuang-buang harta,”.

Maka, turunlah firman Allah dalam Alquran Surah Al-Maidah ayat 90-91 berbunyi: “Ya ayyuhalladzina aamanu innmal-khamru wal-maysiru wal-anshabu wal-azlamu rijsun min amail as-syaithani, fajtanibu la’allakum tuflihun. Innama yuridu as-syaithanu an yuqi’a bainakum al-adawata wal-bagdha-a fil-khamri wal-maysiri wa yashuddakum an dzikrillahi an as-shalati fahal antum muntahun,”.

Yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar berjudi, (berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Karena itu, jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi, dan hendak menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat. Maka tidakkah kamu mau berhenti (dari perbuatan-perbuatan) itu?”.

Adapun hikmah diharamkannya khamar secara berangsur-angsur dan berurutan ialah bahwa orang-orang pada waktu itu sudah terbiasa meminumnya. Mereka merasa telah mendapat manfaat besar dari khamar. Karena itulah, Allah dan Nabi tahu bahwa kalau mereka dilarang meminumnya sekaligus makan akan menimbulkan kesulitan bagi mereka.