Senin, 09 Desember 2013

Fakta tentang KUCING


Ternyata selama ini kita sudah di bodohi oleh mitos kedokteran tentang kucing.. Dunia kesehatan mengatakan bahwa kucing itu berbahaya, mulai dari bulunya hingga air liurnya..

Hal ini dibarengi dengan politik XXI untuk mengangkat citra Anjing..

Dan sehingga, orang yang menonton XXI akan berpandangan bahwa Anjing itu binatang yang sehat dan bersahabat..

Namun, bagaimanakah fakta sebenarnya ?

Nabi Muhammad SAW memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, di kala Nabi hendak mengambil jubahnya, ditemuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai di atas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, Nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya.

Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud kepada majikannya. Sebagai balasan, Nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu sebanyak tiga kali.

Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, nabi selalu menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang Nabi sukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar adzan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.

Kepada para sahabatnya, Nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan, layaknya menyayangi keluarga sendiri.

Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius, dalam sebuah hadist shahih Al Bukhari, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk mencari makan sendiri, Nabi Muhammad SAW pun menjelaskan bahwa hukuman bagi wanita ini
adalah siksa neraka.

Dari Ibnu Umar ra bahwa rasulullah saw bersabda, “Seorang wanita dimasukkan kedalam neraka karena seekor ucing yang dia ikat dan tidak diberikan makan bahkan tidak diperkenankan makan binatang- binata ng kecil yang ada di lantai,” (HR. Bukhari).

Nabi menekankan di beberapa hadis bahwa kucing itu tidak najis.

Bahkan diperbolehkan untuk berwudhu menggunakan air bekas minum kucing karena dianggap suci.

Kenapa Rasulullah Saw yang buta baca-tulis, berani mengatakan bahwa kucing suci, tidak najis ? Lalu, bagaimana Nabi mengetahui kalau pada badan kucing tidak terdapat najis ?

Keistimewaan Kucing

Fakta Ilmiah 1 :

Pada kulit kucing terdapat otot yang berfungsi untuk menolak telur bakteri. Otot kucing itu juga dapat menyesuaikan dengan sentuhan otot manusia. Permukaan lidah kucing tertutupi oleh berbagai benjolan kecil yang runcing, benjolan ini bengkok mengerucut seperti kikir atau gergaji. Bentuk ini sangat berguna untuk membersihkan kulit. Ketika kucing minum, tidak ada setetes pun cairan yang jatuh dari lidahnya.

Sedangkan lidah kucing sendiri merupakan alat pembersih yang paling canggih, permukaannya yang kasar bisa membuang bulu-bulu mati dan membersihkan bulu-bulu yang tersisa di badannya.

Fakta Ilmiah 2 :

Telah dilakukan berbagai penelitian terhadap kucing dan berbagai perbedaan usia, perbedaan posisi kulit, punggung, bagian dalam telapak kaki, pelindung mulut, dan ekor. Pada bagian-bagian tersebut dilakukan pengambilan sample dengan usapan.

Di samping itu, dilakukan juga penanaman kuman pada bagian-bagian khusus.

Terus diambil juga cairan khusus yang ada pada dinding dalam mulut dan lidahnya.

Hasil yang didapatkan adalah :

1. Hasil yang diambil dari kulit luar tenyata negatif berkuman, meskipun dilakukan berulang-ulang.

2. Perbandingan yang ditanamkan kuman memberikan hasil negatif sekitar 80% jika dilihat dari cairan yang diambil dari dinding mulut.

3. Cairan yang diambil dari permukaan lidah juga memberikan hasil negatif berkuman.

4. Sekalinya ada kuman yang ditemukan saat proses penelitian, kuman itu masuk kelompok kuman yang dianggap sebagai kuman biasa yang berkembang pada tubuh manusia dalam jumlah yang terbatas seperti, enterobacter, streptococcus, dan taphylococcus. Jumlahnya kurang dan 50 ribu pertumbuhan.

5. Tidak ditemukan kelompok kuman yang beragam.

6. Berbagai sumber yang dapat dipercaya dan hasil penelitian laboratorium menyimpulkan bahwa kucing tidak memiliki kuman dan mikroba. Liurnya bersih dan membersihkan.

Komentar Para Dokter Peneliti

- Menurut Dr. George Maqshud, ketua laboratorium di Rumah Sakit Hewan Baitharah, jarang sekali ditemukan adanya kuman pada lidah kucing.

- Jika kuman itu ada, maka kucing itu akan sakit.
- Dr. Gen Gustafsirl menemukan bahwa kuman yang paling banyak terdapat pada anjing,

- Manusia 1/4 anjing, kucing 1/2 manusia.

- Dokter hewan di rumah sakit hewan Damaskus, Sa’id Rafah menegaskan bahwa kucing memiliki perangkat pembersih yang bemama lysozyme.

- Kucing tidak suka air karena air merupakan tempat yang sangat subur untuk pertumbuhan bakteri, terlebih pada genangan air (lumpur, genangan hujan, dll)

- Kucing juga sangat menjaga kestabilan kehangatan tubuhnya. Ia tidak banyak berjemur dan tidak dekat-dekat dengan air.

- Tujuannya agar bakteri tidak berpindah kepadanya. Inilah yang menjadi faktor tidak adanya kuman pada tubuh kucing.

Fakta Ilmiah 3 :
Dan hasil penelitian kedokteran dan percobaan yang telah di lakukan di laboratorium hewan, ditemukan bahwa badan kucing bersih secara keseluruhan. Ia lebih bersih daripada manusia.



Fakta Ilmiah Tambahan :

Zaman dahulu kucing dipakai untuk terapi.

Dengkuran kucing yang 50Hz baik buat kesehatan selain itu mengelus kucing juga bisa menurunkan tingkat stress. Sisa makanan kucing hukumnya suci.

Hadist Kabsyah binti Ka’b bin Malik menceritakan bahwa Abu Qatadah, mertua Kabsyah, masuk ke rumahnya lalu ia menuangkan air untuk wudhu. Pada saat itu, datang seekor kucing yang ingin minum. Lantas ia menuangkan air di bejana sampai kucing itu minum.

Kabsyah berkata, “Perhatikanlah. ” Abu Qatadah berkata, “Apakah kamu heran?” Ia menjawab, “Ya.” Lalu, Abu Qatadah berkata bahwa Nabi SAW prnh bersabda, “Kucing itu tidak najis. Ia binatang yang suka berkeliling di rumah (binatang rumahan),” (H.R At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Diriwayatkan dan Ali bin Al-Hasan, dan Anas yang menceritakan bahwa Nabi Saw pergi ke Bathhan suatu daerah di Madinah. Lalu, beliau berkata,“Ya Anas, tuangkan air wudhu untukku ke dalam bejana.” Lalu, Anas menuangkan air. Ketika sudah selesai, Nabi menuju bejana. Namun, seekor kucing datang dan menjilati bejana. Melihat itu, Nabi berhenti sampai kucing tersebut berhenti minum lalu berwudhu.

Nabi ditanya mengenai kejadian tersebut, beliau menjawab, “Ya Anas, kucing termasuk perhiasan rumah tangga, ia tidak dikotori sesuatu, bahkan tidak ada najis.”

Diriwayatkan dari Dawud bin Shalih At-Tammar dan ibunya yang menerangkan bahwa budaknya memberikan Aisyah semangkuk bubur. Namun, ketika ia sampai di rumah Aisyah, tenyata Aisyah sedang shalat. Lalu, ia memberikan isyarat untuk menaruhnya.

Sayangnya, setelah Aisyah menyelesaikan shalat, ia lupa ada bubur.

Datanglah seekor kucing, lalu memakan sedikit bubur tersebut. Ketika ia melihat bubur tersebut dimakan kucing, Aisyah lalu membersihkan bagian yang disentuh kucing, dan Aisyah memakannya.

Rasulullah Saw bersabda, “Ia tidak najis. Ia binatang yang berkeliling.” Aisyah pernah melihat Rasulullah Saw berwudhu dari sisa jilatan kucing.” (H.R AlBaihaqi, Abd Al-Razzaq, dan Al- Daruquthni).

Hadis ini diriwayatkan Malik, Ahmad, dan imam hadits yang lain.
Oleh karena itu, kucing adalah binatang, yang badan, keringat, bekas dari sisa makanannya adalah suci, Liurnya bersih dan membersihkan, serta hidupnya lebih bersih daripada manusia.
Mungkin ini pula-lah mengapa Rasulullah SAW sangat sayang kepada Muezza, Kucing kesayangannya.

Isi Kandungan Alquran : Aqidah, Ibadah, Akhlak, Hukum, Sejarah & Dorongan Untuk Berfikir

Al-Quran adalah kitab suci agama islam untuk seluruh umat muslim di seluruh dunia dari awal diturunkan hingga waktu penghabisan spesies manusia di dunia baik di bumi maupun di luar angkasa akibat kiamat besar.
Di dalam surat-surat dan ayat-ayat alquran terkandung kandungan yang secara garis besar dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama beserta pengertian atau arti definisi dari masing-masing kandungan inti sarinya, yaitu sebagaimana berikut ini :

1. Aqidah / Akidah
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.
2. Ibadah
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari pengertian “fuqaha” ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dkerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam yakni seperti yang tercantum dalam lima butir rukum islam. Mengucapkan dua kalimah syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu menjalankannya.
3. Akhlaq / Akhlak
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya.
4. Hukum-Hukum
Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman hukum pada sesama manusia yang terbukti bersalah. Hukum dalam islam berdasarkan Alqur’an ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat, mu’amalat, munakahat, faraidh dan jihad.
5. Peringatan / Tadzkir
Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia akan ancaman Allah SWT berupa siksa neraka atau waa’id. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepadaNya dengan balasan berupa nikmat surga jannah atau waa’ad. Di samping itu ada pula gambaran yang menyenangkan di dalam alquran atau disebut juga targhib dan kebalikannya gambarang yang menakutkan dengan istilah lainnya tarhib.
6. Sejarah-Sejarah atau Kisah-Kisah
Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah SWT. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikibar.
7. Dorongan Untuk Berpikir
Di dalam al-qur’an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang memerlukan pemikiran menusia untuk mendapatkan manfaat dan juga membuktikan kebenarannya, terutama mengenai alam semesta.

Fakta-Fakta New 2013 :



1. Di india timur, kucing mempunyai kaki.
2. Jika lo makan cabe rawit merah sebanyak 10 biji, maka lo akan kepedasan.
3. Di kutub utara banyak ditemukan es. 
4. Orang Irlandia berjalan menggunakan kaki.
5. Mars adalah sebuah planet di tatasurya.
6. Pulau hawai sebenarnya dikelilingi oleh laut.
7. Pada tahun 1981, 2 hari setelah tanggal 25 Agustus adalah tanggal 27 agustus.
8. Bahasa indonesia ternyata juga banyak digunakan oleh warga Pekanbaru-Riau.
9. Jika ditiup selama 10 detik, gula pasir akan tetap terasa manis.
10. Masyarakat disepanjang sungai Mupfure, Zimbwabe terbiasa tidur dengan mata terpejam.
11. Di Amerika utara, lo bisa basah karena kehujanan.
12. Karena tidak mempunyai insang, macan tutul tidak bisa bernapas di air.
13. Presiden amerika serikat, Barack Obama lancar berbahasa inggris.
14. Di kairo, Mesir orang-orang bisa menelpon menggunakan telepon umum.
15. Di Afrika terdapat gedung-gedung berupa rumah sakit, Hotel, Restoran dan gedung gedung lainya.

Kamis, 31 Oktober 2013

Salat Subuh Merupakan Hadiah dari Allah

Sholat Subuh, Ujian Terberat Bagi Munafikin.

Makna Ujian
Ungkapan lidah sering tak sesuai dengan keyakinan hati, Dan beribu ucapan tidak sesuai dengan amal perbuatan. Mukmin yang benar dan jujur adalah yang sesuai antara perkataan dengan perbuatannya. Sedangkan orang munafik, secara lahiriah kelihatan bagus Dan bersih, namun hatinya keras bagaikan batu, bahkan lebih keras lagi.

Allah swt. Maha Mengetahui apa yang terlintas dalam hati manusia. Mengetahui Mata yang tidak jujur Dan segala yang tersembunyi dalam dada. Mengetahui yang munafik dari yang mukmin, serta mengetahui yang dusta dari yang jujur.

Namun, atas kehendak-Nya, Dia berhak memberikan ujian-ujian tertentu, untuk mengetahui rahasia hati yang tersembunyi dalam setiap jiwa; serta menunjukkan siapa yang hanya berbicara tanpa melaksanakan apa yang ia katakan; atau menyakini sesuatu, tapi tidak merealisasikannya.

Tujuan ditampakkannya rahasia hati itu karena Allah swt. Ingin menegakkan hujjah (alasan) atas manusia, agar di Hari kiamat nanti tidak Ada seorang pun yang merasa terzalimi Dan teraniaya. Mereka diberi ujian, akan tetapi sebagian besar gagal dalam ujian tersebut. Lebih dari itu, melalui ujian, Allah swt. Ingin membersihkan barisan orang-orang mukmin dari orang-orang munafik. Sebab, bercampurnya orang mukmin dengan orang munafik akan melemahkan barisan, menyebabkan kegoncangan, Dan mengakibatkan kekalahan serta kehancuran.

Ujian merupakan sunnah ilahiyah Dan sebagai standar bagi semua manusia tanpa kecuali, yang berlaku sejak Adam a.s. Diciptakan hingga Hari kiamat kelak.

Allah swt. Berfirman dalam kitab-Nya: Alif lam mim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: " Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar Dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS.Al-Ankabut [29]: 1-3).

Ujian dari Allah swt. Tidak sedikit jumlahnya, Dan berlaku terus-menerus sejak manusia mendapat beban syariat, sampai tibanya kematian. Jihad fisabilillah merupakan ujian, bahkan sebagai ujian yang sangat berat. Namun, bukan mustahil dilakukan karena orang-orang mukmin bisa Lulus dalam ujian itu. Sedangkan orang-orang munafik, tidak akan Lulus. Infak di jalan Allah swt. Adalah ujian. Ujian ini sulit, tetapi bukan sesuatu yang mustahil.

Orang mukmin mampu melaksanakannya, sementara orang munafik tidak akan mampu. Begitu pula, bersikap baik terhadap sesama manusia juga ujian; menahan amarah juga ujian; rida dengan hukum Allah swt. Juga ujian; berbuat baik kepada orang tua pun ujian, Dan seterusnya.

Ujian memiliki variasi tingkat kesulitan. Seorang mukmin harus Lulus dalam semua ujian itu untuk membuktikan kebenaran imannya, Dan untuk menyelaraskan antara lisan Dan hatinya.

Salat Subuh, Ujian Terberat

Inilah ujian yang sesungguhnya. Ujian yang sangat sulit, namun bukan satu hal yang mustahil. Nilai tertinggi dalam ujian ini آ­bagi seorang laki-lakiآ­ adalah salat Subuh secara rutin berjamaah di masjid. Sedangkan bagi wanita, salat Subuh tepat pada waktunya di rumah. Setiap orang dianggap gagal dalam ujian penting ini, manakala mereka salat tidak tepat waktu, sesuai yang telah ditetapkan Allah swt.

Sikap manusia dalam menunaikan salat wajib cukup beragam. Ada yang mengerjakan sebagian salatnya di masjid, namun meninggalkan sebagian yang lain. Ada pula yang melaksanakan salat sebelum habis waktunya, namun dikerjakan di rumah. Dan, Ada pula sebagian orang yang mengerjakan salat ketika hampir habis Batas waktunya (dengan tergesa-gesa). Yang terbaik di antara mereka adalah yang mengerjakan salat wajib secara berjamaah di mushala/masjid pada awal waktu.

Rasulullah saw. Telah membuat klasifikasi yang dijadikan sebagai tolok ukur untuk membedakan antara orang mukmin dengan orang munafik. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., IA berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda: " Sesungguhnya salat yang paling berat bagi orang munafik adalah salat Isya' Dan salat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya sekalipun dengan merangkak. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Apabila Rasulullah saw. meragukan keimanan seseorang, beliau akan menelitinya pada saat salat Subuh. Apabila beliau tidak mendapati orang tadi salat Subuh (di masjid), maka benarlah apa yang beliau ragukan dalam hati.

Di balik pelaksanaan dua rakaat di ambang fajar ini, tersimpan rahasia yang menakjubkan. Banyak permasalahan yang bila dirunut, bersumber dari pelaksanaan salat Subuh yang disepelekan. Itulah sebabnya, para sahabat Rasulullah saw. sekuat tenaga agar tidak kehilangan waktu emas itu.

Pernah suatu hari, mereka terlambat salat Subuh dalam penaklulkan benteng Tastar. 'Kejadian' ini membuat seorang sahabat, Anas bin Malik selalu menangis bila mengingatnya. Yang menarik, ternyata Subuh juga menjadi waktu peralihan dari era jahiliyah menuju era tauhid. Kaum 'Ad, Tsamud, dan kaum pendurhaka lainnya, dilibas azab Allah swt. pada waktu Subuh.

Seorang penguasa Yahudi pernah menyatakan bahwa mereka tidak takut dengan orang Islam, kecuali pada satu hal, yaitu bila jumlah jamaah salat Subuh mencapai jumlah jamaah salat Jumat. Memang, tanpa salat Subuh, umat Islam tidak lagi berwibawa. Tak selayaknya kaum muslimin mengharapkan kemuliaan, kehormatan, dan kejayaan, bila mereka tidak memperhatikan salat ini.

Bagaimana orang-orang muslim tidur di waktu Subuh, lalu dia berdoa pada waktu Dhuha atau waktu Zhuhur atau waktu sore hari (Ashar), memohon kemenangan, keteguhan dan kejayaan di muka bumi. Bagaimana mungkin?

Sesungguhnya agama ini tidak akan mendapatkan kemenangan, kecuali telah terpenuhi semua syarat-syaratnya. Yaitu dengan melaksanakan ibadah, konsekuen dengan akidah, berakhlak mulia, mengikuti ajaran-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, dan tidak sedikit pun meninggalkannya, baik yang sepele apalagi yang sangat penting.

Subhanallah! Allah swt. akan mengubah apa yang terjadi di muka bumi ini dari kegelapan menjadi keadilan, dari kerusakan menuju kebaikan. Semua itu terjadi pada waktu yang mulia, ialah waktu Subuh. Berhati-hatilah, jangan sampai tertidur pada saat yang mulia ini. Allah swt akan memberikan jaminan kepada orang yang menjaga salat Subuhnya, yaitu terbebas dari siksa neraka jahanam. Diriwayatkan dari Ammarah bin Ruwainah r.a., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda:"Tidak akan masuk neraka, orang yang salat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam matahari." (HR. Muslim).

Salat Subuh merupakan hadiah dari Allah swt., tidak diberikan, kecuali kepada orang-orang yang taat lagi bertaubat. Hati yang diisi dengan cinta kemaksiatan, bagaimana mungkin akan bangun untuk salat Subuh? Hati yang tertutup dosa, bagaimana mungkin akan terpengaruh oleh hadist-hadist yang berbicara tentang keutamaan salat Subuh?

Orang munafik tidak mengetahui kebaikan yang terkandung dalam salat Subuh berjamaah di masjid. Sekiranya mereka mengetahui kebaikan yang ada di dalamnya, niscaya mereka akan pergi ke masjid, bagaimanapun kondisinya, seperti sabda Rasulullah saw.: " Maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak."

Coba kita bayangkan ketika ada seorang laki-laki yang tidak mampu berjalan, tidak ada orang yang membantu memapahnya. Dalam kondisi yang sedemikian rupa, ia bersikeras mendatangi masjid dengan merangkak dan merayap di atas tanah untuk mendapatkan kebaikan yang terkandung dalam salat Subuh berjamaah Sekiranya kita saksikan ada orang yang meninggalkan salat Subuh berjamaah di masjid (dengan sengaja), maka kita akan mengetahui betapa besar musibah yang telah menimpanya.

Tentu saja, tulisan ini bukan untuk menuduh orang-orang yang tidak menegakkan salat Subuh di masjid dengan sebutan munafik. Allah swt Maha Tahu akan kondisi setiap muslim. Namun, sebaiknya hal ini dapat dijadikan sebagai bahan koreksi bagi setiap individu (kita), orang-orang yang kita cintai, anak-anak, serta sahabat-sahabat kita. Sudahkah kita salat Subuh berjamaah di masjid/musalla secara istiqomah?

Jika seseorang meninggalkan salat Subuh dengan sengaja, maka kesengajaan tersebut adalah bukti nyata dari sifat kemunafikan. Barang siapa yang pada dirinya terdapat sifat ini, maka segeralah bermuhasabah (intropeksi diri) dan bertaubat. Mengapa? Karena dikhawatirkan akhir hayat yang buruk (su'ul khatimah) akan menimpanya. Nauzubillah minzalik!

Senin, 16 September 2013

PERANG SAUDARA, SEJARAH KELAM UMAT ISLAM

UMAT Islam punya riwayat perang saudara (civil war) yang banyak dalam literatur Sejarah Islam. Perang saudara pertama di mulai pada masa kekhalifahan Usman bin Affan ra (644-655 M). Saat itu terjadi aksi demonstrasi besar-besaran, melancarkan protes dan menuntut mudur khalifah yang sah, Usman bin Affan. Sebab dalam kepemimpinannya, Usman dianggap telah melakukan praktik nepotisme dengan menempatkan kroni-kroninya pada jabatan-jabatan penting di lingkup kekhalifahan.

Usman waktu itu sudah berusia lebih 70 tahun, dituntut mundur dan menunjuk calon khalifah lain sebagai penggantinya. Namun, tuntutan tersebut ditolak oleh anggota keluarga Usman sendiri. Bahkan, keluarganya berupaya para demonstran dengan senjata, sesuatu hal yang sama sekali tidak diinginkan Usman. Sikap keras keluarga untuk tetap mempertahankan Usman sebagai khalifah, akhirnya harus dibayar mahal dengan terbunuhnya Usman bin Affan ketika ia sedang melaksanakan shalat.

 Tugas berat kekhalifahan
Ali bin Abi Thalib Karamalalhu wajhah (656-661 M) menjadi khalifah pengganti Usman. Tugasnya sangat berat waktu itu. Ia harus menstabilkan keadaan negeri dan menyanggupi permintaan rakyatnya. Tapi yang menjadi ‘bebannya’ dalam memimpin adalah upaya mencari pembunuh Usman kemudian menghukumnya dengan peraturan yang sah. Pihak (keluarga dan simpatisan) Usman terus mendesak agar kematian Usman segera di usut.

Demikian pula pihak Aisyah (isteri Nabi saw) menaruh iba dan bersikeras agar kasus pembunuhan khalifah Usman bin Affan itu diungkapkan ke publik. Thalhah menentang kekhalifahan Ali dan menaruh curiga bahwa kelompok Ali yang membunuh Usman. Muawiyah dengan jelas tak mem-bai’at kekhalifahan Ali. Akibatnya situasi kekhalifahan memanas dan kacau, sehingga ia harus mengungsi dari Madinah ke Kufah yang relatif aman dari rongrongan kaum Muawwiyah.

Perang saudara terjadi lagi, Aisyah dengan naik unta ikut berperang sehingga disebut perang jamal (unta). Suatu hal yang tidak diinginkan Ali, bagaimana mungkin ia akan berperang dengan Isteri Nabi saw, sosok pujaannya? Tapi tak bisa dielakkan. Semua karena situasi yang tak dapat dikendalikan. Kemenangan berpihak pada pasukan Ali. Muawwiyah menjadi ‘berang’ dan memutuskan perang lagi di Lembah Shiffin (perang Shiffin).

Perang saudara berkecamuk lagi, lantunan suara Allahuakbar menggema ke angkasa, malaikat menjadi sibuk membawa doa-doa mereka kepada Allah swt. Peperang hendak di menangkan Ali, pasukan Muawwiyah sudah melemah, dengan kecerdikannya Muawwiyah mengangkat Alquran diujung tombaknya, tanda ingin damai. Justru itulah yang diinginkan Ali, atas peristiwa arbitrase (tahkim) ini terjadi mediasi forum publik.

Proses perundingan menjadi alot dan panas, delegasi Ali (Abu Musa al-Asy’ari) membuat pernyataan bahwa kedua mereka tidak boleh lagi menjadi calon khalifah tapi dipilih lain, tetapi delegasi Muawwiyah (Amr bin ‘Ash) menyatakan sebaliknya, karena delegasi Ali menginginkan pemilihan ulang, maka itu tak elok dilakukan, tapi Muawwiyah saja diangkat menjadi khalifah. Akhirnya Muawwiyah (661-680 M) memegang tampuk pimpinan, ia membai’at dirinya sendiri waktu itu. Ali dan pengikutnya tak habis pikir akan peristiwa itu. Di tambah sebagian pengikutnya membangkanginya karena peristiwa arbitrase itu.

Dari peristiwa tersebut disebutkan lahirnya perpecahan yang akut dalam tubuh umat Islam. Umat Islam terpecah menjadi golongan-golongan (sekte). Kaum Syiah (pengikut setia Ali) tetap tak mengakui kekhalifahan Muawwiyah, Khawarij (golongan yang membelot dari Ali) mengatakan darah Ali dan Muawwiyah halal karena mereka telah berhukum bukan dengan hukum Allah. Kaum Murjiah tetap berada pada pertengahan. Sedangkan golongan Muawwiyah (Sunni) sudah memimpin, dan bersedia menjaga kepemimpinannya dari ancaman apapun darimanapun.

Sejarawan dan Teolog muslim menulis disitulah awal mula perseteruan Teologi dalam Islam. Mereka memiliki alur pemikiran masing-masing dalam menterjemahkan Islam, Alquran, juga surga dan neraka. Akibatnya hari ini dapat kita saksikan golongan (sekte) Islam itu. Ada yang bersikap keras dan sebaliknya biasa-biasa saja. Sehingga orang Barat melabelkan Islam dengan beberapa Istilah seperti Fundamentalisme, Ekstrimisme, Terorisme dan lain-lain. Kalau diteliti lebih lanjut kaum-kaum itu, ujung-ujungnya mereka adalah korban konflik perang saudara waktu dulu. Di sini juga dapat dikatakan banyak umat Islam sekarang berIslam berdasarkan peristiwa Sejarah (Islam sejarah) dari pada Islam itu sendiri.

Perang Saudara Saat Ini
Rasanya perang saudara (sesama umat Islam) akan terus terjadi dalam tubuh umat Islam, kalau tidak ada ‘pencerahan’ intelektualitas umat Islam semacam ketercapaian mediasi musyawarah. Suriah di bawah presiden Bashar Assad berideologikan Syiah mati-matian menjaga kepemimpinannya dari amukan sipil militeristik rakyatnya yang berteologikan Sunni. Otomatis Iran mendukung tentara al-Asad dan memerangi ‘bughah’ dari rakyatnya. Dan menariknya umat Islam yang berafiliasi Sunni pun mengikat kerja sama yang baik, yang dibelakangnya juga ada negara besar seperti Arab Saudi. Beberapa hari yang lalu Raja Arab Saudi meminta Rusia supaya tidak mendukung Bashar Ashad dengan ditawarkan hadiah yang menarik dan mahal.

Contoh lain ‘perang’ saudara, Mesir. Presiden terpilih secara demokrasi Muhammad Mursi dikudeta oleh militer. Kudeta ini juga disponsori oleh ulama al-Azhar (grand syaikh). Rakyat kebanyakan dari organisasi Ikhwanul Muslimin menolak kudeta ini dan melakukan demontrasi besar-besaran menuntut Mursi dikembalikan menjadi presiden. Pihak militer di bawah Jenderal al-Sisi tetap pada pernyataan pertama. Konflik ini telah memakan ribuan nyawa manusia. Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain mendukung langkah-langkah yang dilancarkan oleh pihak militer Mesir.

 Bagaimana sikap kita?
Lalu, bagaimana sikap kita dalam menyikapi kenyataan yang terjadi sekarang inidi negara-negara Islam itu? Terlalu naif kalau disimpulkan bahwa kita pro dan kontra pada satu kelompok tertentu. Agama (Islam) sebagai rahmatan lil’alamin, mengajarkan kita membawa kedamaian kepada seluruh penduduk bumi, dari bangsa, rasa, warna kulit, agama manapun di dunia ini. Sikap yang terbaik menurut hemat penulis hanyalah berdoa supaya Allah swt memberikan solusi perdamaian kepada saudara-saudara kita, baik yang ada di Suriah maupun di Mesir. Memberi donasi obat, makanan, pelayanan kesehatan dan apapun yang bermanfaat semampu kita.

Selanjutnya dimanapun berada kita dapat menyuarakan perdamaian bukan saling menprovokasi, mengadu domba apalagi menfitnah. Karena yang sedang berperang adalah saudara kita sesama Islam. Kita tidak perlu menggotong senjata ke sana dengan alasan jihad. Ya Allah mohon karuniakan kepada seluruh umat Islam kemenangan dan kedamaian, Anugerahkanlah kepada umat Islam di Mesir, Suriah dan seluruh umat Islam di dunia rasa persaudaraan, semoga umat Islam dapat bersatu tidak terpecah belah. Lindungi kami dari fitnah dunia dan jagalah kami dari musuh-musuh yang membenci kami. Amin ya Rabbal ‘alamin.

* Syamsul Bahri, Mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Email: syamsulbahri167@ymail.com

Senin, 02 September 2013

DIALOG antara Guru Sejati vs Santri-nya



Seringkali kita dihadapkan pada perselisihan tentang kebenaran suatu aliran dalam agama. Di satu sisi mengatakan bahwa alirannyalah yang terbenar sedang aliran lain atau agama lain itu tidak benar, sehingga banyak terjadi pertikaian bahkan berujung pada peperangan.  Marilah kita resapi dialog di bawah ini.

Terjadi dialog di dalam SARUNG antara Guru Sejati vs Santri-nya tentang hakekat ketuhanan, dan doktrin sangkar keagamaan. Dialog ini dapat terjadi kapan saja, di mana saja, pada setiap pribadi tanpa sadar maupun benar-benar disadari.

Dari hasil dialog berikut, tidak akan mencari siapa pemenangnya, karena hal itu tidaklah penting. Yang lebih utama adalah bagaimana kita belajar berdialog dengan tema yang sangat sensitif dan krussial. Siapapun bila sering melakukan dialog dengan diri sendiri (kontemplasi) paling tidak akan mendapat hasil minimal berupa mental yang lebih matang dan emosi yang lebih stabil.

Maka semakin sering kita melakukan kontemplasi terutama hal-hal yang sangat kontradiktif akan membawa sikap mental kita lebih arif dan bijak dalam memahami dan memandang kehidupan yang teramat kompleks ini.

Santri :
agama adalah jalan kebenaran.

Guru Sejati :
menurutku agama adalah jalan menggapai kebaikan, kearifan, dan kebijaksanaan dalam hidup.

Santri :
berarti kebenaran menjadi tidak penting ?

Guru Sejati :
memang apa pentingnya berbicara kebenaran, jika hasilnya membuat kerusakan di muka bumi dan bencana kemanusiaan ? Jika kita bicara kebenaran, terlalu repot melakukan verifikasi kebenaran itu sendiri. Sebab kebenaran bukan hanya sekedar jargon, tembung omongane, jarene, kata ini dan kata itu. Tapi buktikan sendiri. Kebenaran bukan ada dalam kulit yg penuh keberagaman. Itulah sebabnya, kamu baru menyaksikan kebenaran dengan mudahnya pada saat memasuki dimensi HAKEKAT. Hakekat, adalah nilai yg merambah universalitas universe, dapat dirasakan oleh seluruh makhluk, oleh manusia segala macam bangsa, suku, dan semua umat berbagai agama. Jika hanya dirasakan oleh salah satu suku, ras, agama, golongan, hal itu belumlah merupakan nilai hakekat. Artinya, nilai-nilai masih terkait dengan cara pandang subyektif, dan sarat demi kepentingan pribadi.

Santri :
contohnya ?

Guru Sejati :
gula pasir itu manis, merupakan sesuatu yg pasti, dan lidah semua org bisa merasakan bahwa gula itu manis. Gula adalah unsur ragawi atau “kulit” (sembah raga), sementara rasa manis adalah hakekatnya (sembah rasa). Nah, rasa manis tidak hanya dimiliki oleh gula pasir, ada gula jawa, gula merah, gula aren, gula-gula, sakarin, madu, sari bunga, getah pohon, jagung, sari buah, dan sebagainya. Itulah agama atau keyakinan, yang sepadan dengan berbagai materi yg manis tersebut. Kamu ingin merasakan rasa manis, kamu bebas memilih mau pake gula merah, gula pasir, gula aren, sakarin atau pemanis buatan, sari buah, madu, jagung (tropicana), atau yg lainnya semua terserah pilihan kamu, mana yang paling kamu sukai dan pas dengan selera lidah kamu. Nah…apa yg terjadi dengan umat beragama di dunia ini ? Yaitu tadi…berebut saling mengklaim bahwa rasa manis hanya bersumber dari gula pasir, umat yg lain bilang salah itu keliru dan sesat, karena yang bener sumber rasa manis adalah berasal dari sakarin. Hahaha….seperti org buta yg pegang gajah. Tapi orang buta tersebut suka menuduh org lain sebagai org buta yg pegang gajah.

Santri :
loh..bukankah agama mempunyai misi menyebarkan kebenaran di muka bumi..?!

Guru Sejati :
waaaahh, daya pikir rasio kamu kok terbatas banget ya Ndhul ?. Kok ramudheng-mudheng to !. Yah..begitulah misi agama, bahkan banyak agama misinya ya demikian itu…menyebar dan mengkampanyekan kebenaran, tapi itu tidak menjamin dunia ini tenteram dan damai ?

Santri :
loh kok kontradiksi dengan misinya ?

Guru Sejati :
sudah jelaskan … apa hasilnya? masing-masing agama saling berebut dirinyalah yg paling bener, bahkan terkesan memaksakan diri mbener-benerke ajarane dewe-dewe !

Santri :
tapi bukankah hanya ada satu agama yg benar ?!

Guru Sejati :
semua agama bisa mengklaim demikian, dirinyalah yg paling benar.

Santri :
ahh…jadi bingung saya !

Guru Sejati :
agar tidak bikin bingung, … hormati saja agama yg menebarkan kebaikan. Bukan agama yg cari benere dewe !

Santri :
agama yg menebarkan kebaikan belum tentu benar !

Guru Sejati :
juga belum tentu TIDAK benar !

Santri :
lantas bagaimana kita harus mensikapi agama supaya lebih arif dan bijak ??

Guru Sejati :
agama hanya perlu keyakinan kamu !

Santri :
berarti saya cukup yakin saja ?

Guru Sejati :
semua agama hanya berdasarkan keyakinan. Rasakan saja…jangan pake nalar, agama yg paling pas dengan jiwa dan membuat nurani kamu tenteram.

Santri :
tidak semua agama hanya berdasarkan keyakinan saja, artinya, agama atas dasar kebenaran !

Guru Sejati :
mana buktinya ?!

Santri :
agamaku !

Guru Sejati :
itulah contoh orang yg barusan kita bahas, merasa diri paling bener !

Santri :
lalu bagaimana idealnya sikap saya terhadap agama saya ?

Guru Sejati :
saya ulangi, cukup dengan yakin, dan jadilah orang yg bijak dan arif kepada siapa saja, jangan menyakiti hati dan mencelakai orang lain, dan seluruh makhluk. Tak usah membeda-bedakan apa agama yg dianutnya. Lihat saja perbuatannya yg bisa kamu lihat. Jangan menebak-nebak isi hatinya untuk memvonis apakah seseorang baik atau buruk. Kamu menebak hati sendiri saja susahnya bukan main, apalagi menebak hati org lain !

Santri :
kan… seseorang yg tidak punya agama dinamakan kafir, orang kafir pasti celaka hidupnya dan masuk neraka.

Guru Sejati :
binatang dan tumbuhan adalah makhluk hidup, mereka kafir semua, tetapi hidupnya bukan hanya mendapatkan berkah ilahi, justru lebih mulia menjadi berkah bagi alam semesta termasuk berkah bagi manusia !

Santri :
hmmm…??

Guru Sejati :
mereka itulah umat yg paling taat pada perintah tuhan, paling setia pada kodrat alam, paling patuh terhadap rumus-rumus alam semesta. Mereka tak pernah menganiaya manusia dan lingkungan alamnya. Tidak seperti manusia.

Santri :
lalu…?

Guru Sejati :
saya balik tanya… lebih tepat mana, agama yg menyiarkan kebenaran, atau agama yg menyiarkan kebaikan, bagaimana manusia harus berperilaku baik..?

Santri :
ya jelas…agama yg menyiarkan kebenaran.

Guru Sejati :
berarti kamu terlalu telmi (telat mikir) atas apa yg dibahas di atas. Carilah agama yg paling ikhlas dan jujur !!

Santri :
bagaimana agama yg ikhlas dan jujur ?

Guru Sejati :
Agama yg paling ikhlas adalah agama yang hanya mengajak seluruh manusia berbuat arif dan bijak, berperilaku terpuji dan budi pekertinya luhur (akhlakul karim) tanpa perlu mengajak-ajak, bahkan setengah memaksa orang lain utk bergabung ke dalam institusi agama tersebut. Mau bergabung silahkan mau enggak juga enggak apa-apa. Itulah agama paling ikhlas dan fairplay (jujur).

Santri :
kalau agama yg selalu berusaha mencari pengikut yg sebanyaknya ?

Guru Sejati :
itu tak ubahnya agama PARPOL. Kegiatannya adalah agitasi, propaganda, kampanye, dirinyalah partai yg paling baik dan benar. Diam-diam institusi agama sudah berubah misi menjadi institusi politik. Mencari pengikut sebanyaknya supaya menjadi kuat dan semakin kuat untuk menyerang dan melawan keberadaan keyakinan orang lain yg tdk seagama dianggapnya sebagai musuh.

Santri :
kalau nggak ada musuh ?

Guru Sejati :
ya.. dibuatlah musuh imajiner, musuh yg dibuat-buat dan diada-adakan.

Santri :
kan musuh agama biasanya agama lainnya?.

Guru Sejati :
itu merupakan kecurigaan kamu pribadi, bahkan rasa curiga kamu akan meretas kecurigaan umat lain pada kamu, begitulah kecurigaan dan sentimen antar agama sudah menjadi lingkaran iblis yg sulit dimusnahkan. Jadinya kerjaan umat hanyalah saling curiga-mencurigai. Bahkan di antara umat dalam satu agama pun terjadi perilaku saling mencurigai. Agama menjadi bahan peledak yg setiap saat akan menghancurkan bumi, alias membuat kiamat planet bumi ini. Tak ubahnya agama lah yg menciptakan neraka bagi manusia.

Santri :
kenapa bisa begitu ?

Guru Sejati :
karena agama keluar dari misi sucinya, yakni menebarkan kedamaian, ketentraman dan kebaikan bagi alam semesta seisinya. Agama juga lebih mengutamakan kampanye dirinyalah yg paling benar.

Santri :
apa salahnya ?

Guru Sejati :
salahnya, bukankah kebenaran itu perlu kepastian, seperti ilmu pasti, dan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, teknologi dan sains. Itu barulah kebenaran pasti, yg real. Sementara agama merupakan sistem kepercayaan, atau keyakinan.

Santri :
lho…dalam ajaran agama kan ada beberapa kejadian dan sinyalemen atau gejala akan suatu kebenaran dalam realitas alam semesta.

Guru Sejati :
sejak abad keberapa kitab-kitab suci semua agama itu ada ? umurnya masih muda bukan ? sementara itu manusia sudah ada sejak (paling tidak) 2 juta tahun silam. Bumi ini ada sejak bermilyar tahun silam. Sebelum agama-agama dengan kitab-sucinya ada, manusia pun telah menemukan berbagai kebenaran tak terbantahkan dalam menjalani kehidupan. Itu juga karena welas asih dan keadilan tuhan. Isi ajaran agama tidak termasuk kebenaran pasti, tetapi berisi ajaran kebaikan, semacam aksioma yang runut dan logis. Namun bisa ditafsirkan dengan multi interpretasi sesuai kepentingan dan kemauan pembacanya. Maka dikatakan kitab itu fleksibel sesuai perkembangan zaman. Ini pengertian yg bias sekali. Alias, isi kitab selamanya tak akan pernah bertentangan dengan penafsiran manusia. Karena sadar atau tidak manusialah yg selalu berusaha (baca; memaksakan diri) utk menundukkan pola pikir dan persepsinya sendiri agar sesuai dengan isi kitab. Itulah kebiasaan manusia selama ini, membiarkan kesadaran dirinya di dalam sangkar emas. Sementara agama banyak mengajarkan ttg kegaiban, lalu manusia buru-buru menyimpulkan bahwa akal manusia sangat terbatas utk memahami kegaiban. Bagi saya kegaiban itu sangat masuk akal, jika tak masuk akal berarti belum tahu rumus-rumus yg berlaku di alam gaib. Jika mengkamulkan isi kitab pun kenyataannya sudah mengalami perluasan dan penyempitan makna setelah ditranslate ke dalam berbagai bahasa oleh banyak orang yg memiliki penafsiran beragam corak dan warnanya.

Santri :
apa buktinya ...?

Guru Sejati :
lihat saja, begitu banyaknya aliran dan faham dalam satu agama saja. Tidak hanya puluhan bahkan ratusan jumlahnya. Semua itu sudah menjadi hukum alam, bahwa aliran dan faham (mazab) akan selalu bermunculan dan kian banyak seiring perjalanan waktu, sesuai dengan kompleksitas rasio manusia, dan daya nalar yg menimbulkan persepsi dan penafsiran beragam. Apa jadinya kalau mereka saling mengklaim dirinya paling benar ?

Santri :
yaaah .. berebut kebenaran atau golek benere dewe. Yang menimbulkan perpecahan, perselisihan, permusuhan, saling curiga, saling menjatuhkan, saling bunuh, saling fitnah.

Guru Sejati :
akar segala macam fragmentasi dan kehancuran di dalam satu agama, tidak lain disebabkan oleh penafsiran, persepsi dan pemahaman setiap individu, pengikutnya, dan akhirnya menjadi kelompok besar yg siap bersimbah darah demi kesadaran palsunya.

Santri :
hmmmm jadi..? agar supaya agama turut andil menciptakan ketenangan batin, ketentraman, dan kaedamaian dunia ini, idealnya tak usah menekankan akan kebenaran dirinya, tetapi lebih mengutamakan kampanye untuk selalu berbuat baik kepada seluruh makhluk. Nah kebaikan kan relatif, masing2 org punya penafsiran pula yg berbeda-beda akan nilai kebaikan itu… ? apa patokannya ? sama saja kan…harus kembali pemurnian diri ke kitab dan sunah thok thil. Makin bingung saya !

Guru Sejati :
pandaganmu itu terlalu menyempitkan realitas kemaha luasan hakekat Tuhan Yang Maha luas tiada batas. Idealnya, suatu perbuatan barulah menjadi kebaikan, dengan syarat, tidak menerjang kodrat universe. Kodrat alam semesta. Nilai yang paling universal dan tidak menabrak kodrat alam, adalah setiap perbuatan yang kita lakukan selalu didasari dengan rasa KASIH SAYANG yg tiada bertepi,  rasa welas-asih kadya samudra tanpa tepi, welas tanpa alis, kasih sayang yg TULUS, tanpa pamrih. Kecuali berharap saling memberi dan menerima kasih sayang kepada dan dari seluruh makhluk dalam jagad raya ini.

(http://www.yaskum.info)

APA BEDA SUNNI DAN SHIAH


INILAH.COM, Jakarta --Perang saudara yang kini berkecamuk di Suriah mengarah pada perang sektarian antara kelompok mayoritas Islam Sunni dan Islam Shiah. Kelompok oposisi yang mayoritas menganut Islam Sunni didukung oleh negara-negara kaya minyak di Teluk Arab, Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa.
 
Sementara kubu pemerintah Suriah pimpinan Presiden Bashar al-Assad representasi dari kubu Islam Shiah dari aliran Alawiyah, didukung oleh Iran, Rusia dan China.
Sebetulnya peperangan ini sungguh merugikan umat Islam. Tokoh Shiah dan bekas Presiden Iran Ayatollah Akbar Hashemi Rafsanjani dan pemikir terkemuka Sunni Yusuf Al-Qadarawi “menekankan tak perlu sampai terjadi gontok-gontokan antara penganut Sunni dan Shiah,” dan mesti “mewaspadai konspirasi kekuatan-kekuatan hegemoni dan Zionsime yang memang bertujuan melemahkan Islam.”
Apa sebetulnya perbedaan yang mewarnai Islam Sunni dan Shiah? Berikut penjelasan yang dirangkum dari berbagai sumber:

Teologi

Lima rukun Islam menjadi kewajiban setiap Muslim. Kewajiban itu meliputi; mengucapkan kalimat sahadat, menjalankan salat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan, mendermakan zakat dan berhaji ke Mekkah. Lima pilar ini sangat penting bagi Muslim Sunni.
Lima rukun Islam itu juga diterima kaum Shiah. Tapi kaum Shiah menganggap dua konsep terpenting untuk mendefinisikan agama sebagai sebuah kesatuan, yakni Akar Agama (usul al-din) dan cabang-cabang agama (furu al-din).

Pewaris Nabi Muhammad SAW

Kaum Sunni meyakini bahwa Abu Bakar, ayah Aisha isteri Nabi Muhammad, adalah pengganti sah dan bahwa metode memilih para pemimpin (shura) seperti yang termaktub dalam Al Qur’an adalah berdasar musyawarh umat.
Sementara kaum Shiah meyakini bahwa Muhammad boleh mewariskan kepemimpinannya kepada keponakan dan menantunya Ali (ayah Hasan dan Hussein ibnu Ali, yang juga para cucu Nabi) sesuai dengan perintah Allah untuk menjadi kalifah berikut sepeninggal Muhammad. Ali menikah dengan Fatimah, puteri Muhammad.
Aisha, isteri Nabi, mengusulkan ayahnya Abu Bakar sebagai pengganti Muhammad. Dalam Perang Jamal (656 M) di luar kota Basrah (sekarang masuk wilayah Irak), Aisah berseberangan dengan menantunya tirinya Ali, karena Aisha menghendaki agar pembunuh kalifah sebelumnya diadili.
Pasukan Aisha kalah dan janda Nabi ini dihormati dan dikawal kembali ke Medinah. Kaum Sunni meyakini empat kalifah sepeninggal Muhammad yang patut memimpin umat Islam, adalahAbu Bakar (622-634), Umar ibnu al-Khattab (634-644), Usman ibnu Affan (644-656) dan Ali ibnu Abi Talib (656-661).
Teologi Shiah meredusir legitimasi tiga kalifah pertama dan meyakini Ali sebagai kalifah yang paling layak menjadi orang mewarisi ajaran Muhammad. Dan para keturunan Mohammad dari Fatimah (anak Nabi dari isteri Khaijah binti Khuwailid), menjadi satu-satunya para pemimpin Islam yang sah (imam).
Keimaman dalam Shia lebih mengemukakan fungsi Kenabian daripada Kekalifahan di kalangan Sunni. Tidak seperti kaum Sunni, Shiah meyakini kualitas spiritual tidak hanya diberikan kepada Nabi Muhammad,namun juga kepada Ali dan para imam lainnya.
Sementara Shiah meyakini para imam jauh dari dosa dan kesalahan manusia (ma’sum), dan dapat memahami serta menerjemahkan ajaran Islam yang tersembunyi. Dalam pengertian ini,imam adalah wali kepercayaan yang mendapat sinar Nabi Muhammad (Nur Muhammad).

Imam Mahdi

Sementara Shiah dan Sunni berbeda pendapat mengenai siapa sesungguhnya Imam Mahdi, tapi banyak orang dari dua aliran besar Islam ini (khususnya kaum Sufi), meyakini Imam Mahdi akan muncul pada akhirul zaman yang membawa keadilan dan kesempurnaan di dalam masyarakat Islam.
Dalam Shiah “simbol Imam Mahdi dikembangkan menjadi ide keagaman sentral dan kuat. Shiah yakin Imam Mahdi sesungguhnya adalah Muhammad al-Mahdi, Imam ke-12 yang kembali darikesirnaannya, karena disembunyikan Allah sejak tahun 874 M.
Sebaliknya, arus besar Sunni meyakini Imam Mahdi akan bernama Muhammad, yang bisa berasal keturunan Mohammad, yang dapat menghidupkan kembali keyakinan datangnya Imam Mahdi, tapi tidak perlu terkait dengan akhir zaman. Namun Al Qur’an tidak merujuk adanya Imam Mahdi.

Hadis

Shiah menerima beberapa hadis yang digunakan oleh kaum Sunni sebagai bagian sunnah Rasulullahuntukberargumentasi. Sebagai tambahan, mereka menganggap perkataan Ahlul Bait yang tidak berhubungan langsung dengan Muhammad,juga sebagai hadis.
Shiah tidak mau menerima hadis-hadis kaum Sunni, kecuali hadis-hadis itu juga terekam dalam sumber-sumber Shiah.
Namun, beberapa kalangan Sunni dapat menerima hadis yang kurang disukai kaum Shiah. Salah satu contoh: karena posisi Aisha terhadap Ali (menantu tiri), maka hadis yang diriwayatkan oleh Aisha tidak mendapat otoritas seperti yang diriwayatkan para sahabat lain.
Contoh lain adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, yang dianggap kaum Shiah sebagai musuh Ali. Argumen kaum Shiah, bahwa Abu Hurairah baru menjadi Muslim empat tahun sebelum Muhammad meninggal. Meskipun dia mendampingi Muhammad hanya selama empat tahun, tetapiia berhasil mengumpulkan hadis sepuluh kali lebih banyak dari pada hadis-hadis yang dikumpulkan oleh Abu Bakar atau Ali masing-masing.

Penekanan

Aliran utama Sunnisme mementingkan “shariah”, hukum suci. Sebaliknya, Shiah juga mengikuti hukum Islam dengan “kehati-hatian” ketat, namun keyakinannya itu ditambah dengan ijtihad, atau menggunakan pikiran dalam meneliti ajaran Al Quran.

Shiahisme dan Sufisme

Shiahisme dan Sufisme sama-sama menganut simbol yang sama: percaya pada makna Al Qur’an yang dalam, status keutamaan para almarhum (wali dalam Sufi, imam dalam Shiah), dan penghormatan yang tinggi kepada Ali serta keluarga Muhammad.

Praktik keagamaan

Salat
Dalam salat, orang Shiah meletakkan keningnya saat sujud ke sebuah material yang secara alamiah terbentuk, kebanyakan sebuah papan tanah liat (mohr), atau tanah (turbah) semasa zaman Karbala, tempat Hussein ibnu Ali meninggal, atau kini bersujug dengankening di atas sajadah.
Juga ada kebiasaan semacam ini di kalangan Sunni, seperti bersujud di atas tanah, atau di atas sesuatu yang tumbuh dari tanah.
Orang Shiah melakukan salat secara jamak: subuh sekali, sementara dhuhur dan asar digabung dan magrib disatukan dengan Isha’. Jadi orang Shiah memang salat lima kali namun dengan jeda yang sangat mepet antara dua waktu salat. Sementara orang Sunni bersalat dengan jeda waktu paling tidak satu jam.
Kaum Shiah dan pengikut mazhab Sunni Maliki menyedekapkan tangan mereka agak menyamping, sementara kalangan Sunni menyilangkan kedua tangan (tangan kanan di atas tangan kiri).
Nikah Mut’ah
Di kalangan Shiah diperboleh melakukan nikah mut’ah, perkawinan sementara dengan waktu terbatas – yang justru tidak diperbolehkan di komunitas Sunni atau kaum Shiah Ismailia tau Shiah Zaidi. Pernikahan semacam ini dianggap tidak sah karena seperti perzinahan.
Nikah mut’ah tidak sama dengan pernikahan misyar atau pernikahan arfi, yang tidak mengenal masa berlakunya dan diizinkan oleh beberapa kalangan Sunni.
Penikahan Misyar berbeda dengan pernikahan konvensional Islam, karena lelaki dalam pernikahan ini tak berkewajiban memberi nafkah kepada si wanita atas kehendak si wanita sendiri. Sementara si laki-laki dapat menceraikan si wanita kapan pun dia mau.
Jilbab dan pakaian
Wanita Sunni maupun Shiah sama-sama mengenakan jilbab atau hijab. Wanita Shiah yang taat secara tradisional mengenakan hijab berwarna hitam sama seperti para wanita Sunni di Teluk Arab. Para pemimpin Shiah juga menggunakan jubah hitam.
Wanita Shiah dan Sunni mengenakan hijab dengan cara berbeda. Beberapa pemuka Sunni menekankan perlunya menutupi seluruh badan termasuk melindungi muka di public, sementara ulama lain mengatakan muka tak perlu ditutup hijab.
Kaum Shiah meyakini bahwa hijab harus menutupi lingkaran wajah hingga dagunya. Sebagian wanita Shiah, seperti yang di Iran dan Irak, menggunakan tangan mereka memegangi cadar hitam, agar menutupi wajahnya saat berada di muka umum seperti orang Sunni.

(www.inilah.com)