Selasa, 31 Oktober 2017

Jawaban Allah Atas Setiap Doa dan Ikhtiar Hamba-Nya

Jawaban Allah Atas Setiap Doa dan Ikhtiar Hamba-Nya

dakwatuna.com – Keinginan dan harapan selalu menyertai kehidupan kita selama ini, tentunya untuk bisa menggapai keinginan dan harapan semuanya itu tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan Allah dalam memberikan jawaban atas doa dan ikhtiar kita. Beragam cara yang dilakukan setiap hamba untuk bisa terus berikhtiar dan berdoa agar keinginan dan harapannya bisa tercapai.
Sungguh di dalam Islam diajarkan bahwa segala doa dan kesungguhan ikhtiar seorang hamba akan berbanding lurus dengan hasil yang di dapatkan. Tentunya untuk ranah hasil ini adalah bukan ranah kita sebagai hamba yang lemah, karena itu adalah ranahnya Allah dalam menentukan jawabannya untuk kita dari ikhtiar dan doa yang kita lakukan. Ranah kita ini adalah proses, proses dalam berusaha keras untuk bisa mencapai keinginan dan harapan kita pada Allah SWT.
“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, kamu pasti akan menemuinya,” (QS al-Insyiqaq [84]: 6).
Ikhtiar yang kita lakukan juga tidak akan ada artinya jika tidak disertai dengan doa, begitu juga dengan doa yang kita panjatkan, tidak akan ada artinya jika kita tidak berikhtiar dan bertawakal. Semuanya saling berkaitan dan punya fungsi dalam kehidupan kita.
Pentingnya kita berdoa adalah karena kita harus yakin bahwa Allah lah yang menentukan segala hasil dari setiap ikhtiar kita. Dan pentingnya ikhtiar adalah karena sebagai bentuk total action agar kita bisa meraih keinginan dan harapan, karena ikhtiar itu adalah bergerak bukan diam dan membutuhkan action yang rill dan sungguh-sungguh, man jadda wa jadda (siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil).
Ikhtiar dan doa yang kita panjatkan haruslah memiliki tujuan semata-mata hanya karena ingin mendapatkan ridha Allah SWT. Sejatinya segala sesuatu yang kita inginkan dan harapkan dari Allah adalah agar keinginan dan harapan kita bisa menjadikan diri kita lebih dekat dan cinta kepada Allah SWT. Sebagaimana pesan dari ibn Athaillah dalam kitab Al-Hikam: “Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa, padahal engkau sendiri tak mengubah dirimu dari kebiasaanmu?”
Kita selalu mengharapkan dan menginginkan yang terbaik dari Allah, tetapi kita begitu jarang meminta dan berusaha untuk bisa menjadi lebih baik lagi. Betapa banyak permintaan kita pada Allah tetapi kita sendiri lupa untuk memperbaiki diri kita. Maka sambil ikhtiar dan berdoa, alangkah lebih baiknya lagi jika kita iringi dengan upaya untuk memperbaiki diri kita juga.
Sejenak kita merenungkan, apakah apa yang kita minta selama ini adalah sesuatu yang mampu menjadi medan magnet yang dapat mendekatkan diri kita pada Allah, atau malah menjauhkan diri kita dari Allah. Maka koreksilah setiap ikhtiar dan doa kita selama ini, bisa jadi Allah belum memberikan sesuatu yang kita inginkan dan harapkan, karena ada yang salah dalam ikhtiar dan doa kita selama ini.
Ingatlah bahwa Allah tidak pernah tidak memberikan jawaban atas setiap ikhtiar dan doa hambaNya. Tidak adanya jawaban menurut kita karena bisa jadi kita belum bisa menemukan jawaban yang sudah diberikan oleh Allah.
Sungguh Allah memiliki skenario yang indah dalam memberikan jawaban atas setiap ikhtiar dan doa hambaNya melalui cara yang tidak disangka-sangka, bahkan di luar nalar logika kita. Ketidakmampuan kita dalam menemukan jawaban dari Allah SWT mungkin karena kita masih jauh dari Allah, maka mari kita renungkan pesan cinta yang sangat luar biasa dari Allah SWT:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, (jawablah) bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,” (QS Al-Baqarah 186).
Jangan pernah merasa ragu dan lelah dalam berikhtiar dan berdoa kepada Allah SWT. Allah selalu menyaksikan setiap episode yang kita lalui. Allah tahu apa yang kita minta, Allah tahu apa yang kita inginkan, Allah tahu apa yang kita harapkan. Maka hal terbaik yang seharusnya kita minta dari Allah adalah agar Allah memberikan jawaban yang terbaik menurut Allah, bukan menurut kita.
Bisa jadi apa yang kita minta menurut kita itu adalah sesuatu yang baik, tetapi belum tentu bagi Allah, bisa jadi apa yang kita minta adalah sesuatu yang menurut Allah tidak baik, sehingga Allah memiliki jawaban yang lain untuk kita.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui…” (Qs.Al-Baqarah: 216)
Sertakan selalu hati dan prasangka yang baik agar Allah membukakan hati kita untuk bisa menangkap jawaban dari setiap ikhtiar dan doa yang kita minta kepada Allah. Kesungguh-sungguhan kita tidak akan pernah sia-sia di hadapan Allah. Jangan pernah berprasangka Allah tidak akan menjawab setiap doa dan ikhtiar kita, yakinlah bahwa Allah punya rencana lain di balik rencana yang kita siapkan.
Simak Hadits Qudsi berikut: Anaa ‘inda zhanni ‘abdi bih, wa Ana ma’aka idza da’awtani. “Aku mengikuti persangkaan hamba-Ku tentang Aku. Dan aku bersamamu jika memohon kepada-Ku.”
Wallahualam bissawab.

Minggu, 29 Oktober 2017

Fitnah Dunia

Fitnah dunia telah sedemikian hebatnya mengganas, menyerang dan menguasai pikiran mayoritas umat manusia. Fitnah itu mengkristal menjadi ideologi yang banyak dianut manusia, yaitu materialisme. Rasulullah saw., pada 14 abad lalu telah memprediksinya dalam sebuah hadits yang terkenal disebut dengan hadits Wahn.
”Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kalian, sebagaimana orang lapar mengepung tempat makanan. Berkata seorang sahabat, “ Apakah karena kita sedikit pada saat itu ? Rasul saw. bersabda,” Bahkan kalian pada saat itu banyak, tetapi kalian seperti buih, seperti buih lautan. Allah akan mencabut dari hati musuh kalian rasa takut pada kalian. Dan Allah memasukkan ke dalam hati kalian Wahn. Berkata seorang sahabat,” Apakah Wahn itu wahai Rasulullah saw ? Rasul saw, bersabda, “Cinta dunia dan takut mati” (HR Abu Dawud)
Dunia dengan segala isinya adalah fitnah yang banyak menipu manusia. Dan Rasulullah saw., telah memberikan peringatan kepada umatnya dalam berbagai kesempatan, beliau bersabda dalam haditsnya: Dari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda:  “Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita,” (HR Muslim) (At-Taghaabun 14-15).
Macam-macam Fitnah Dunia
Secara umum fitnah kehidupan dunia dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu: wanita, harta dan kekuasaan.

Fitnah Wanita
Dahsyatnya fitnah wanita telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Bahkan surat ‘Ali Imran 14 menempatkan wanita sebagai urutan pertama yang banyak dicintai oleh manusia dan pada saat yang sama menjadi fitnah yang paling berbahaya untuk manusia. Rasulullah saw. bersabda, ” Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum lelaki melebihi fitnah wanita” (HR Bukhari dan Muslim).

Fitnah wanita dapat menimpa siapa saja dari seluruh level tingkatan manusia baik dari kalangan pemimpin maupun rakyat biasa. Sejarah telah membuktikan kenyataan tersebut. Banyak para pemimpin dunia yang jatuh karena faktor fitnah wanita. Dan fitnah wanita juga dapat menimpa para dai dan pemimpin dai. Bahkan salah satu hadits yang paling terkenal dalam Islam, yaitu hadits niat, sebab keluarnya karena ada salah seorang yang hijrah ke Madinah untuk menikahi wanita yang bernama Ummu Qois. Maka dikenallah dengan sebutan Muhajir Ummu Qois.
Banyak sekali bentuk fitnah wanita, jika wanita itu istri maka banyak para istri dapat memalingkan suaminya dari ibadah, dakwah dan amal shalih yang prioritas lainnya. Jika wanita itu wanita selain istrinya, maka fitnah dapat berbentuk perselingkuhan dan perzinahan. Fitnah inilah yang sangat dahsyat yang menimpa banyak umat Islam.

Ada banyak cerita masa lalu baik yang terjadi di masa Bani Israil maupun di masa Rasululullah saw yang menyangkut wanita yang dijadikan obyek fitnah. Kisah seorang rahib yang membakar jari-jari tangannya untuk mengingatkan diri dari azab neraka ketika berhadapan dengan wanita yang sangat siap pakai, kisah penjual minyak wangi yang mengotori dirinya dengan kotoran dirinya agar wanita yang menggodanya lari, dan cerita nabi Yusuf a.s. yang diabadikan Al-Qur’an. Itu kisah-kisah mereka yang selamat dari fitnah wanita. Sedangkan kisah mereka yang menjadi korban fitnah wanita lebih banyak lagi. Kisah rahib yang mengobati wanita kemudian berzina sampai hamil dan membunuhnya, sampai akhirnya musyrik karena menyembah setan. Kisah raja Arab dari Bani Umayyah yang meninggal dalam pelukan wanita dan banyak lagi kisah-kisah lainnya.

Fitnah Harta
Fitnah dunia termasuk bentuk fitnah yang sangat dahsyat yang dikhawatirkan Rasulullah saw, “Dari Amru bin Auf al-Anshari ra bahwa Rasulullah saw. mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah ke al-Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Kemudian Abu Ubaidah datang dari bahrain dengan membawa harta dan orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu Ubaidah. Mereka berkumpul untuk shalat Subuh dengan Nabi saw. tatkala selesai dan hendak pergi mereka mendatangi Rasul saw., dan beliau tersenyum ketika melihat mereka kemudian bersabda,”Saya yakin kalian mendengar bahwa Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu?” Mereka menjawab, ”Betul wahai Rasulullah”. Rasul saw. bersabda, ”Berikanlah kabar gembira dan harapan apa yang menyenangkan kalian, demi Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu tetapi aku takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi orang-orang sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).

Pada saat dimana dakwah sudah memasuki wilayah negara, maka fitnah harta harus semakin diwaspadai. Karena pintu-pintu perbendaharaan harta sudah sedemikian rupa terbuka lebar. Dan fitnah harta, nampaknya sudah mulai menimpa sebagian aktifitas dakwah. Aromanya sudah sedemikian rupa tercium menyengat. Kegemaran main dan beraktivitas di hotel, berganti-ganti mobil dan membeli mobil mewah, berlomba-lomba membeli rumah yang mewah dan berlebih-lebihan dengan perabot rumah tangga, lebih asyik bertemu dengan teman yang memiliki level sama dan para pejabat lainnya adalah beberapa fenomena fitnah harta.
Yang paling parah dari fitnah harta bagi para dai adalah menjadikan dakwah sebagai dagangan politik. Segala sesuatu mengatasnamakan dakwah. Berbuat untuk dakwah dengan berbuat atas nama dakwah bedanya sangat tipis. Menerima hadiah atas nama dakwah, menerima dana dan sumbangan musyarokah atas nama dakwah. Mendekat kepada penguasa dan menjilat pada mereka atas nama dakwah dan sebagainya.
Dalam konteks ini Rasulullah saw. dan para sahabatnya pernah ditegur keras oleh Allah karena memilih mendapatkan ghonimah dan tawanan perang, padahal itu semua dengan pertimbangan dakwah dan bukan atas nama dakwah. Kejadian ini diabadikan Al-Qur’an surat Al-Anfaal (8): 67-68, “Tidak patut, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu)…”

Fitnah Kekuasaan
Fitnah kekuasaan biasanya menimpa kalangan elit dan level tertentu dalam tubuh umat. Fitnah inilah yang menjadi pemicu fitnah kubra di masa sahabat, antara Ali r.a. dengan siti Aisyah r.a. dalam perang Jamal, antara Ali r.a. dengan Muawiyah r.a. dalam perang Siffin, antara Ali r.a. dengan kaum Khawarij.
Fitnah kekuasaan ini juga dapat menimpa gerakan dakwah dan memang telah banyak menimpa gerakan dakwah. Para aktifis gerakan dakwah termasuk para pemimpin gerakan dakwah adalah manusia biasa yang tidak ma’shum dan tidak terbebas dari dosa dan fitnah. Yang terbebas dari fitnah dan kesalahan adalah manhaj Islam. Sehingga fitnah kekuasaan dapat menimpa mereka kecuali yang dirahmati Allah. Kecintaan untuk terus memimpin dan berkuasa baik dalam wilayah publik maupun struktur suatu organisasi adalah bagian dari fitnah kekuasaan.

Fitnah kekuasaan yang paling dahsyat menimpa aktifis dakwah adalah perpecahan, saling menjatuhkan, saling memfitnah bahkan saling membunuh. Dan semua itu pernah terjadi dalam sejarah Islam. Semoga kita semua diselamatkan dari semua bentuk fitnah ini.

Untuk mengantisipasi semua bentuk fitnah dunia ini, maka kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan berlindung dari keburukan fitnah dunia. Mengokohkan pribadi kita sehingga menjadi jiwa rabbani bukan jiwa maadi (materialis) dan juga bukan jiwa rahbani (jiwa pendeta yang suka kultus). Disamping itu kita harus mengokohkan pemahaman kita tentang hakekat dunia, risalah manusia dan keyakinan tentang hisab dan hari akhir.

1. Hakekat Harta dan Dunia
· Kesenangan yang menipu. [QS. Ali Imran (3): 185]
· Kesenangan yang terbatas dan sementara. [QS. Ali Imran (3): 196-197]
· Jalan atau jembatan menuju akhirat, Rasulullah saw bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.” (HR Bukhari dari Ibnu Umar)
Manusia diciptakan Allah sebagai pemimpin yang harus memakmurkan bumi. Maka mereka harus menguasai dunia atau harta bukan dikuasai oleh harta. Sebagaimana doa yang diungkapkan oleh Abu Bakar r.a., ”Ya Allah jadikanlah dunia di tanganku, bukan masuk ke dalam hatiku.” Seperti itulah seharusnya seorang pemimpin. Memberi teladan tentang pengorbanan total dengan segala harta yang dimiliki, bukan malah mencontohkan kepada pengikutnya mengelus-elus mobil mewah dengan hati penuh harap bisa memiliki.

2. Meyakini hari Hisab dan Pembalasan.
Manusia harus mengetahui dan sadar bahwa kekayaan yang mereka miliki akan dihisab dan dibalas di akhirat kelak. Bahkan semua yang dimiliki dan dinikmati manusia baik kecil maupun besar akan dicatat dan dipertanggungjawabkannya. Oleh karenanya mereka harus berhati-hati dalam mencari harta kekayaan dan dalam membelanjakannya.

3. Sadar dan yakin bahwa kenikmatan di akhirat jauh lebih nikmat dan abadi.
Rasulullah saw bersabda: ”Allah menjadikan rahmat 100 bagian, 99 bagian Allah tahan dan Allah turunkan ke bumi satu bagian. Satu bagian itulah yang menyebabkan sesama mahluk saling menyayangi sampai kuda mengangkat telapak kakinya dari anaknya khawatir mengenainya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Begitulah, kenikmatan paling nikmat yang Allah berikan di dunia hanyalah satu bagian saja dari rahmat Allah swt sedangkan sisanya Allah tahan dan hanya akan diberikan kepada orang-orang beriman di surga.
Dan kesimpulannya agar kita terbebas dari fitnah dunia, maka kita harus membentuk diri kita menjadi karaktersitik rabbaniyah bukan madiyah dan juga bukan rahbaniyah. Jiwa inilah yang selalu mendapat bimbingan Allah karena senantiasa berintraksi dengan Al-Qur’an baik dengan cara mempelajarinya maupun dengan cara mengajarkannya

Rabu, 25 Oktober 2017

Penjilat dalam pandangan Islam

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Jilat” berarti perbuatan dengan mengeluarkan atau menjulurkan lidah dan menempelkannya ke sesuatu, dengan maksud untuk merasa atau mencicipi. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kata “jilat” mengalami perluasan makna akibat proses morfofonemik atau perubahan fonem sehingga fonem “N” yang ditambah menjadi awalan “Pen-“ yang berarti menerangkan penambahan subjek, dan menjadi “Penjilat” yang berarti orang yang suka menjilat dengan menggunakan lidahnya.
 
Mahkluk yang bernama Penjilat atau Tukang Cari Muka ini biasanya muncul di lingkungan kerja, perkantoran, perusahaan, komunitas, organisasi, dll. Penjilat ini juga sama seperti kita, hanya manusia biasa. Bahkan terkadang Penjilat ini merupakan teman dekat kita, dia hidup berkeliaran setiap hari di sekitar kita, dan juga berteman dengan rekan-rekan kita yang lain. Namun yang pasti biasanya dia dekat dengan Atasan (atau manusia bodoh) sebagai sasaran yang dia “Jilat” dengan “Lidah”-nya.
Makhluk menjijikkan yang bernama Penjilat ini sangat mudah dikenali, makhluk ini bisa berwujud laki-laki, bisa pula berwujud perempuan

Adapun ciri yang mudah untuk mengenali para PENJILAT ini adalah:
- Memiliki kepribadian vulgar
- Memiliki kepribadian hipokrit (banyak muka)
- Ke-PD-an ngaku-ngaku sebagai orang yang paling dekat dengan atasan
- Ambisius
- Oportunis sejati ( Kutu Loncat )
- Bekerja bukan karna tugas dan kewajiban, tapi karna pujian, uang, dan ujungnya jabatan
- Nekad menempuh segala macam cara untuk mendapatkan semuanya
- Sering menjadi mata-mata atasan
- Sering menjelek-jelekan rekan kerja, bukan hanya kepada atasan aja, tapi juga kepada rekan-rekan kerja yang lain.
- Sok pinter, padahal bodoh
- Sok sibuk (over akting), padahal sering ngerjain pekerjaan sepele dan gak berguna)
- Sok setia, sok loyal (cari muka = menjijikkan)
- Sok akrab dengan semua orang (di belakang mulut bau kentut)
- Suka cari aman (pura-pura setuju)
- Pura-pura baik sama teman (padahal nyari informasi baru)
- Pura-pura siap menerima tugas apa aja dari atasan (trus oper ke orang)
- Suka menindas rekan kerja (bukan fisik), bisa jadi dengan cara mensabotase pekerjaan rekannya sendiri.
dll…etc…(tambah aja sendiri ya).

Bagi para Penjilat, rekan kerja bukanlah teman seperjuangan, tapi Saingan. Teman-teman yang memiliki kelebihan, baik itu dari segi fisik, otak, kemampuan, maupun yang punya potensi untuk melebihi dirinya dianggap sebagai Saingan terberat baginya. Dan karnanya makhluk Penjilat ini sering menggunakan cara menyikut ke segala arah, dan juga menendang ke segala arah.

Seorang Penjilat adalah pelapor ulung (kompor), menjadi corong meunasah tanpa diminta, apalagi tentang hal-hal yang mengenai kesalahan rekan kerja (saingan), makhluk ini akan berapi-api memberikan presentasi yang buruk tentang rekan tersebut (saingan itu) kepada semua orang, bahkan juga kepada atasan, tak peduli apakah laporan itu sesuai fakta, ataupun hanya rekayasa, dan tidak jarang pula makhluk sialan ini sering membesar-besarkan kesalahan rekan kerja (saingan) yang hanya se-gede upil kucing menjadi se-gede tumpukan tai’ gajah atau tai’ dinosaurus.

Seorang Penjilat merupakan wujud penjelmaan dari Bunglon. Di hadapan si-A dia suka berpura-pura baik, seolah-olah dialah sahabat terbaik. Namun di belakang si-A dia akan menjadi musuh yang ahli dalam propaganda tentang keburukan dan kejelekan si-A. Begitu juga dengan si-B, si-C atau yang lainnya. Bahkan makhluk laknat ini juga tak segan-segan melakukan hal yang sama kepada Atasan (manusia bodoh). Sehingga jika suatu saat si Penjilat ini kehilangan kedekatan dengan Atasan (manusia bodoh), baginya itu merupakan sebuah musibah yang sangat besar, dan karnanya, sebelum musibah itu datang, dia akan mencapai dan mempertahankan kedekatan dengan Atasan (manusia bodoh) tersebut dengan sekuat tenaga, dengan menghalalkan segala macam cara, dengan mengharamkan segala macam nasehat, dan bahkan dia rela melakukannya sampai dengan tetes iler (liur) yang terakhir.

Penjilat adalah orang yang suka demonstratif, haus perhatian, haus eksistensi, haus pujian, para makhluk ini tidak sadar, dengan sifat dan sikap nya selama ini sebenarnya para Penjilat ini telah menunjukkan KELEMAHAN dirinya yang sebenarnya pada lingkungannya dan pada rekan-rekannya yang lain.
Mungkin bagi para Penjilat yang membaca tulisan ini, akan berkata “ah..biasa aja, itu kan hak aku, lagian itu kan demi masa depan aku, apa salahnya ku lakukan itu sebagai motivasi hidup, karna kehidupan ini semakin hari memang semakin susah dan semakin sulit”… hehe pembenaran yang sangat maksa.

Tapi apa para Penjilat itu sadar? Sifatnya itu merupakan sifat orang yang MUNAFIK, dan Nabi SAW bersabda, bahwa “seburuk-buruknya manusia adalah manusia MUNAFIK”. Islam sangat melarang budaya Jilat Menjilat. Hadis Nabi yang lain “Menjilat bukanlah termasuk karakteristik moral seorang mukmin.” (Kanzul Ummat, Hadits No. 29364). Interpretasi sederhana dari Hadis Nabi SAW tersebut yaitu budaya Menjilat bukan budaya seorang mukmin. Budaya Menjilat ini lebih dekat kepada karakter seorang MUNAFIK. Menurut Islam, Menjilat merupakan salah satu bentuk Kehinaan. Dengan demikian, para Penjilat itu secara tidak sadar sudah berusaha untuk Menghinakan dirinya sendiri. (kasian kan?).
Banyak lagi hadis-hadis Nabi dan Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang KEMUNAFIKAN (Penjilat dan Tukang Cari Muka), diantaranya adalah:
- Rasulullah SAW, bersabda ”Kalian pasti akan bertemu dengan orang-orang yang paling Allah benci, yaitu mereka yang Bermuka Dua. Di satu kesempatan, mereka memperlihatkan Satu Sisi Muka, namun di kala yang lain, mereka memperlihatkan Muka Yang Lain Pula.” (HR Bukhari-Muslim).
- Hadis lain yang diriwayatkan Abu Dawud dan Muslim, yaitu Rasulullah SAW bersabda, “Seburuk-buruknya manusia adalah yang Bermuka Dua. Datang di satu kesempatan dengan Satu Muka, dan pada lain kesempatan datang dengan Muka Yang Lain.”
- Allah SWT berfirman : ”Di antara manusia ada yang mengatakan bahwa mereka Beriman, namun sesungguhnya mereka Tidak Beriman. Mereka mencoba Menipu Allah dan orang-orang beriman, tapi sayang, sebetulnya mereka telah Menipu Diri Mereka Sendiri.” (Al-Baqarah: 8-9)
- Dalam ayat lain, Allah SWT juga berfirman: ”Sesungguhnya orang-orang Munafik itu Menipu Allah, dan Allah akan membalas Tipuan Mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (An-Nisa’: 142).
- Allah SWT berfirman, ”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu’.” (Fushshilat: 30).
Seorang Muslim seharusnya memiliki kepribadian yang hanya menggunakan satu wajah untuk dan karena Allah, sebagaimana Firman Allah SWT: ”Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar.” (Al-An’am: 79).
Lalu, bagaimana cara menghadapi dan mengatasi Penjilat yang laknat ini? Nyaris tidak ada, ya… hampir tidak ada cara, rumus, formula yang bisa dipakai untuk menghadapi dan mengatasi para makhluk laknat ini, apalagi para Penjilat Karatan, Bangkotan, yang sudah Mendarah Daging dengan sifat tersebut.
Kenapa?
- Penjilat, Tukang Cari Muka, Manusia Munafik, memiliki dan merupakan Penyakit Hati, Penyakit Hati hanya bisa disembuhkan oleh pribadi yang bersangkutan.
- Para Penjilat Karatan ini sudah tidak bisa disadarkan dengan hanya sekedar Nasehat, apa lagi hanya dengan Sindiran Halus, hati mereka telah terlalu bebal dan busuk.
- Para Penjilat ini mempunyai prinsip fuck off dengan segala Hak Orang Lain. Kepentingan pribadi adalah hal yang utama, tak peduli dampaknya akan merugikan orang lain.
- Para Penjilat ini tidak pernah Puas dan Terpuaskan. Target yang ingin dicapainya tak terhingga, bila dapat 1, pengen 2, trus 3, dan seterusnya, sampai dia mati.
- Para Penjilat yang berhasil menjilat pantat Atasan (manusia bodoh) akan semakin merajalela bila sang Atasan (sang manusia bodoh) juga berprinsip sama dengan sang Penjilat.
- Fenomena yang terlihat sekarang banyak para Atasan (manusia bodoh) di instansi pemerintah, dulunya Penjilat juga, atau sekarang juga masih seorang Penjilat (ke atasan lebih atas lagi), makanya pada paragraf-paragraf di atas, kata-kata “atasan” selalui saya sertai dengan “(manusia bodoh)” hehehe 
- Penjilat dan Atasan yang juga Tukang Jilat akan saling menguntungkan (Simbiosis Mutualisme), dan kolaborasi ini akan abadi, akan semakin sulit untuk mengatasinya.

Kesimpulan dari tulisan ini adalah, hanya seorang Atasan yang benar-benar atasan, atasan yang memiliki idealis, yang memiliki prinsip, pemimpin jujur dan bernurani, adil dan bijaksana, amanah dan bertanggung jawab, yang bisa menghentikan atau mematikan gerakan si Penjilat ini. Lidah para Penjilat ini akan berubah menjadi batu di hadapan atasan yang seperti ini. Atasan yang seperti ini dengan mudah akan bisa menilai yang mana bawahan yang benar, dan yang mana bawahan yang Munafik. Dan sepertinya Pemimpin dan Atasan yang seperti ini hanya ada di Negeri Dongeng saja. Lalu, para Penjilat pun akan tetap menjadi Pemenang.

Selain itu, hanya kesadaran dari diri si Penjilat itu sendiri untuk merubah sifat buruknya, kesadaran yang murni dari hati, yang datang dari Allah, hanya Allah yang maha berkehendak, yang maha membolak-balikkan hati manusia. 

Kita sebagai kaum tertindas dari Manusia-Manusia Munafik dan Penjilat itu hanya bisa berdoa dan meminta agar Allah memberikan hidayah dan membuka mata hati para Penjilat tersebut, agar Penyakit Hati mereka sembuh, dan kembali ke jalan yang benar, sesuai dengan tuntunan Rasul-Nya, semoga ALLAH melindungi kita dan keturunan kita dari tabiat PENJILAT. Amin

Minggu, 15 Oktober 2017

Cara memegang HP menunjukkan Kepribadian Anda



BGMN cara anda memegang hp?
Ternyata itu menunjukkan kepribadian anda yang sebenarnya!

Sdhkah anda pilih?
👉 Jawaban A = Memegang ponsel dengan satu tangan dan mengetik dengan jempol dan tangan yang sama

Karakter Eksternal

Tidak ada yang bisa mengalahkan, punya intuisi yang kuat, seksi, daya ingat tajam, sulit untuk melepaskan seseorang yang dicintai, agak misterius.

Pekerja keras, dan melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab, penuh cita-cita, cekatan dan fleksibel. Penuh bakat, kreativitas, dan daya tarik, memiliki pergaulan yang luas.

Karakter internal

Sebenarnya kamu sedikitpun tidak sembrono, memiliki kepribadian yang tidak sembarangan karena kamu tahu siapa yang memperlakukan-mu dengan baik dan sebaliknya, bisa membedakan apa itu namanya benci dan cinta.

Namun kadang kala kamu mengeluarkan kata-kata yang kurang enak di dengar akan tetapi sebenarnya kamu tidak memiliki maksud apapun, kamu adalah orang yang berpikiran bahwa semua orang di dunia ini bisa merasakan kebahagiaan dan berharap dunia ini adalah dunia yang indah.

Percintaan

Jangan sampai mengecewakan kepercayaan yang Anda berikan, jika Anda percaya pada orang lain, maka kamu akan percaya sepenuhnya. Proteksi terhadap diri sendiri kamu sangat kuat, sekali kamu tersakiti, maka kamu sulit untuk mempercayai kembali.

Kamu orang yang rela berkorban dan rela memberikan apapun kepada pasangan karena kamu adalah sosok yang selalu menghargai suatu hubungan percintaan. Kabar baiknya, kamu adalah tipe pasangan yang sulit sekali di temui.

👉 Jawaban B = Memegang ponsel dengan satu tangan dan mengetik dengan jempol dan tangan satunya.

Karakter Eksternal

Sensitif, imajinatif, punya intuisi yang kuat, suka membantu, tidak memiliki rasa aman, tapi penuh simpati. Memiliki kepribadian yang hangat, energik, sedikit tidak sabar. Penasaran, suka petualangan, humorus, mampu menghalau ejekan orang lain dengan senda gurau.

Karakter internal

Tipe orang yang ingin dilindungi, di perlakukan dengan baik,  senang jika orang lain perhatian dan senang dianggap oleh orang yang ada di sekitarmu. Kamu terlalu baik dan tidak meemiliki pendirian yang cukup kuat yang membuat kamu sering di manfaatkan oleh orang lain.

Kamu tipe orang yang senang akan kesederhanaan. Orang yang ada di sekitarmu hanya perlu memberikan perasaan yang tulus terhadapmu. Ada kalanya kamu terlalu baik, sulit untuk bersikap keras, sering dimanfaatkan orang.

Sebenarnya kamu juga bukan orang yang sembrono, kamu tahu jelas siapa yang baik terhadapmu, begitu juga sebaliknya, kamu tahu bagaimana membedakan antara benci dan cinta.

Percintaan

Kamu tipe orang yng tidak bisa mengekspresikan perasaan, tak jarang pasanganmu kurang merasakan kasih sayang walaupun kamu sudah mencoba mengekspresikannya. Kamu tidak bisa blak –blakan dan kaku. Kamu termasuk orang yang bisa mengontrol perasaan sampai orang lain tidak tahu dengan perubahan emosimu.

Namun bukan berarti kamu orang yang tidak memiliki emosi, kamu seperti tipe orang yang rela menahan emosi walau kamu mencintainya. Kamu terbiasa baik pada orang lain, tidak pernah tahu apa yang namanya egois.

👉 Jawaban C = Memegang dengan kedua tangan dan mengetik dengan kedua jempol dan tangan

Karakter eksternal

Penuh bakat, kreativitas, dan daya tarik, punya pergaulan yang luas. Murah hati, pintar, percaya diri dan menarik, rasa harga diri tinggi, dan mengutamakan kekuasaan. Pekerja keras, melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab, penuh dengan cita-cita, cekatan dan fleksibel.

Karakter internal

Memiliki kepribadian hati yang lemah, sesuatu hal yang ingin kamu lakukan selalu saja terhalang oleh ketakutan yang kamu buat sendiri. Kamu takut akan kekecewaan karena harapan yang terlalu tinggi. Kamu hanya membutuhkan orang yang hangat di sampingmu.

Yang kamu inginkan juga tidak terlalu banyak, kamu hanya perlu menemukan sosok yang sangat mengerti akan dirimu sepenuhnya.  Kamu juga orang yang bisa mencintai orang dengan apa adanya, tulus serta tidak perhitungan.

Percintaan

Kenangan masa lalu sangat sulit kamu lupakan. Sering ragu dan hanya selalu berharap terhadap seseorang yang sedang dekat denganmu namun kembali ragu untuk berharap tinggi. Kamu merasa kamu kurang baik di sampingnya dan tidak peduli dengan perasaan kamu sendiri. Karena terlalu cinta pada seseorang, tidak ingin membuatnya benci, jadi kamu selalu pura-pura seolah-olah tidak apa-apa, agar ia merasa kamu sendiri tidak peduli.

👉 Jawaban D = Memegang dengan satu tangan dan mengetik dengan jari telunjuk dari jari lain.

Karakter eksternal

Sangat kreatif, cerdas, berpikir cepat, respon cepat. Berpandangan realistis, suka akan keindahan dan seni, perhatian, sensual dan kadang terlalu banyak pertimbangan. Berpikir cerdas, penuh daya tarik, menjunjung tinggi keharmonisan.

Karakter internal

Kamu tipe orang yang lebih memilih untuk diam dan tidak berkata apa-apa namun justru itulah daya tarikmu. Rela berkorban untuk orang lain agar tidak tersakiti karenamu. Adakalanya kata-katamu terlalu menyakitkan tapi kamu tidak punya maksud seperti itu.

Sebenarnya kamu juga bukan orang yang sulit di mengerti hanya saja sulit untuk menemukan orang yang sesuai denganmu. Kamu berharap akan keindahan dunia ini, dan semua orang berbahagia. Selama orang-orang bisa memahami kamu, ini juga sudah cukup bagimu.

Percintaan

Sebenarnya kamu tidak suka keramaian dan hiruk pikuk, bagi kamu, tempat yang nyaman, dan sudah terbiasa denganmu itu baru tempat yang nyaman, begitu juga dengan cinta.

Kelemahan terbesarmu terletak pada hati kamu yang mudah luluh dan itu yang membuat kamu mudah sekali untuk tersakiti ketika ada pertengkaran dengan pasanganmu. Kamu juga tipe orang yang mudah kasian jika ada orang yang menangis di depanmu, sehingga kamu menjadi simpati atau memaafkan.

Sumber : Google 😀

Jumat, 13 Oktober 2017

Jabatan adalah Amanah dan Pengabdian Bukan untuk Mencari Ketenaran serta Menumpuk Kekayaan


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasehatkan kepada Abdurrahman bin Samurah :
يَا عَبْدَ الرَّحْمنِ بن سَمُرَةَ لاَ تَسْألِ الإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيْتَها عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَ إِنْ أُعْطِيْتَهَا عَنْ مَسْأََلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْها
“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberi tanpa memintanya, niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah dengan diberi taufik kepada kebenaran). Namun jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu, niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong). ”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasehatkan kepada Abdurrahman bin Samurah :
يَا عَبْدَ الرَّحْمنِ بن سَمُرَةَ لاَ تَسْألِ الإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيْتَها عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَ إِنْ أُعْطِيْتَهَا عَنْ مَسْأََلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْها
“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberi tanpa memintanya, niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah dengan diberi taufik kepada kebenaran). Namun jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu, niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong). ”
Hadits ini diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya no. 7146 dengan judul “Siapa yang tidak meminta jabatan, Allah akan menolongnya dalam menjalankan tugasnya” dan no. 7147 dengan judul “Siapa yang minta jabatan, akan diserahkan padanya (dengan tidak mendapat pertolongan dari Allah dalam menunaikan tugasnya)”.
Diriwayatkan pula oleh Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya no. 1652 yang diberi judul oleh Al-Imam An-Nawawi “Bab Larangan meminta jabatan dan berambisi untuk mendapatkannya”.
Masih berkaitan dengan permasalahan diatas, juga didapatkan riwayat dari Abu Dzar Al-Ghifari. Ia berkata: “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menjadikanku sebagai pemimpin?” Mendengar permintaanku tersebut beliau menepuk pundakku seraya bersabda:
يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيْفٌ وَ إِنَّها أَمَانَةٌ وَ إِنَّها يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَ نَدامَةٌ إِلاَّ من أَخَذَها بِحَقِّها وَ أَدَّى الَّذِي عَلَيْه فِيْها
“Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah sementara kepemimpinan itu adalah amanah. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut. ” (Shahih, HR. Muslim no. 1825)
Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا أَبَا ذّرٍّ إِنَّي أَرَاكَ ضّعِيْفًا وَ إِنَّي أُحِبُّ لك ما أُحِبُّ لِنَفْسِي لاَ تَأَمَّرَنَّ اثْنَيْنِ و لاَ تَوَلَّيَنَّ مَالَ يَتِيْمٍ
“Wahai Abu Dzar, aku memandangmu seorang yang lemah, dan aku menyukai untukmu apa yang kusukai untuk diriku. Janganlah sekali-kali engkau memimpin dua orang dan jangan sekali-kali engkau menguasai pengurusan harta anak yatim. ” (Shahih, HR. Muslim no. 1826)
Al-Imam An-Nawawi membawakan kedua hadits Abu Dzar di atas dalam kitab beliau Riyadhush Shalihin, bab “Larangan meminta jabatan kepemimpinan dan memilih untuk meninggalkan jabatan tersebut jika ia tidak pantas untuk memegangnya atau meninggalkan ambisi terhadap jabatan”.

Kepemimpinan Yang Diimpikan Dan Diperebutkan

Menjadi seorang pemimpin dan memiliki sebuah jabatan merupakan impian semua orang kecuali sedikit dari mereka yang dirahmati oleh Allah. Mayoritas orang justru menjadikannya sebagai ajang rebutan, khususnya jabatan yang menjanjikan lambaian rupiah (uang dan harta) dan kesenangan dunia lainnya.
Sungguh benar sabda Rasulullah ketika beliau menyampaikan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُوْنَ علي الإِمَارَةِ وَ سَتَكُوْنُ نَدَامَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan. ” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 7148)
Bagaimana tidak, dengan menjadi seorang pemimpin, memudahkannya untuk memenuhi tuntutan hawa nafsunya berupa kepopuleran, penghormatan dari orang lain, kedudukan atau status sosial yang tinggi di mata manusia, menyombongkan diri di hadapan mereka, memerintah dan menguasai kekayaan, kemewahan serta kemegahan.
Wajar bila kemudian untuk mewujudkan ambisinya ini, banyak elit politik atau ‘calon pemimpin’ dibidang lainnya, tidak segan-segan melakukan politik uang dengan membeli suara masyarakat pemilih atau mayoritas anggota dewan. Atau ‘sekedar’ uang tutup mulut untuk meminimalisir komentar miring saat berlangsungnya kampanye, dan sebagainya. Bahkan ada yang ekstrim, ia pun siap menghilangkan nyawa orang lain yang dianggap sebagai rival dalam perebutan kursi kepemimpinan tersebut. Atau seseorang yang dianggap sebagai duri dalam daging yang dapat menjegal keinginannya meraih posisi tersebut. Nas-alullah as-salamah wal ‘afiyah.
Berkata Al-Muhallab sebagaimana dinukilkan dalam Fathul Bari (13/135): “Ambisi untuk memperoleh jabatan kepemimpinan merupakan faktor yang mendorong manusia untuk saling membunuh. Hingga tertumpahlah darah, dirampasnya harta, dihalalkannya kemaluan-kemaluan wanita (yang mana itu semuanya sebenarnya diharamkan oleh Allah) dan karenanya terjadi kerusakan yang besar di permukaan bumi. ”
Seseorang yang menjadi penguasa dengan tujuan seperti di atas, tidak akan mendapatkan bagiannya nanti di akhirat kecuali siksa dan adzab. Allah berfirman:
تِلْكَ الدَّارُ الأخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذَِيْن لاَ يُرِيْدُونَ عُلُوًّا فِي الأَرْضٍ وَلاَ فَسَادًا وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ
“Itulah negeri akhirat yang Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri di muka bumi dan tidak pula membuat kerusakan. Dan akhir yang baik itu hanya untuk orang-orang yang bertakwa. ” (Al-Qashash:83)
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: “Allah mengkhabarkan bahwasanya negeri akhirat dan kenikmatannya yang kekal tidak akan pernah lenyap dan musnah, disediakan-Nya untuk hamba-hamba-Nya yang beriman, yang tawadhu’ (merendahkan diri), tidak ingin merasa tinggi di muka bumi yakni tidak menyombongkan di hadapan hamba-hamba Allah yang lain, tidak merasa besar, tidak bertindak sewenang-wenang, tidak lalim, dan tidak membuat kerusakan di tengah mereka. ” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/412)
Berkata Syaikh Ibnu ‘Utsaimin: “Seseorang yang meminta jabatan seringnya bertujuan untuk meninggikan dirinya di hadapan manusia, menguasai mereka, memerintahnya dan melarangnya. Tentunya tujuan yang demikian ini jelek adanya. Maka sebagai balasannya, ia tidak akan mendapatkan bagiannya nanti di akhirat. Oleh karena itu seseorang dilarang untuk meminta jabatan. ” (Syarh Riyadhdus Shalihin, 2/469)
Sedikit sekali orang yang berambisi menjadi pimpinan, kemudian berpikir tentang kemaslahatan umum dan bertujuan memberikan kebaikan kepada hamba-hamba Allah dengan kepemimpinan yang kelak bisa dia raih. Kebanyakan mereka justru sebaliknya, mengejar jabatan untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Program perbaikan dan janji-janji muluk yang digembar-gemborkan sebelumnya, tak lain hanyalah ucapan yang manis di bibir. Hari-hari setelah mereka menjadi pemimpin yang kemudian menjadi saksi bahwa mereka hanyalah sekedar mengobral janji kosong dan ucapan dusta yang menipu. Bahkan yang ada, mereka berbuat zhalim dan aniaya kepada orang-orang yang dipimpinnya. Ibaratnya ketika belum mendapatkan posisi yang diincar tersebut, yang dipamerkan hanya kebaikannya. Namun ketika kekuasaan telah berada dalam genggamannya, mereka lantas mempertontonkan apa yang sebenarnya diinginkannya dari jabatan tersebut.
Hal ini sesuai dengan pepatah ‘musang berbulu domba’. Ini sungguh merupakan perbuatan yang memudharatkan diri mereka sendiri dan nasib orang-orang yang dipimpinnya.
Betapa rakus dan semangatnya orang-orang yang menginginkan jabatan ini, sehingga Rasulullah menggambarkan kerakusan terhadap jabatan lebih dari dua ekor serigala yang kelaparan lalu dilepas di tengah segerombolan kambing. Beliau bersabda:
ما ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلا في غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لها من حِرْصِ المَرْءِ على المَالِ و الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ
“Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah segerombolan kambing lebih merusak dari pada merusaknya seseorang terhadap agamanya karena ambisinya untuk mendapatkan harta dan kedudukan yang tinggi. ” (HR. Tirmidzi no. 2482, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad, 2/178)

Sifat Seorang Pemimpin

Ditengah gencarnya para elit politik menambang suara dalam rangka memperoleh kursi ataupun jabatan, maka layak sekali apabila hadits yang diriwayatkan dari Abdurrahman bin Samurah dan Abu Dzar di atas dihadapkan kepada mereka, khususnya lagi pada hadits Abu Dzar yang menyebutkan kriteria yang harus diperhatikan dan merupakan hal mulia jika ingin menjadi pemimpin. Rasulullah berkata kepada Abu Dzar: “Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah”. Ucapan seperti ini bila disampaikan secara terang-terangan memang akan memberatkan bagi yang bersangkutan dan akan membekas di hatinya. Namun amanahlah yang menuntut hal tersebut. Maka hendaknya dijelaskan kepada orang tersebut mengenai sifat lemah yang melekat padanya. Namun jika seseorang itu kuat, maka dikatakan padanya ia seorang yang kuat. Dan sebaliknya, bila ia seorang yang lemah maka dikatakan sebagaimana adanya. Yang demikian ini merupakan suatu nasehat. Dan tidaklah berdosa orang yang mengucapkan seperti ini bila tujuannya untuk memberikan nasehat bukan untuk mencela atau mengungkit aib yang bersangkutan.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin berkata: “Makna ucapan Nabi kepada Abu Dzar adalah beliau melarang Abu Dzar menjadi seorang pemimpin karena ia memiliki sifat lemah, sementara kepemimpinan membutuhkan seorang yang kuat lagi terpercaya. Kuat dari sisi ia punya kekuasaan dan perkataan yang didengar/ditaati, tidak lemah di hadapan manusia. Karena apabila manusia menganggap lemah seseorang, maka tidak tersisa baginya kehormatan di sisi mereka, dan akan berani kepadanya orang yang paling dungu sekalipun, sehingga jadilah ia tidak teranggap sedikitpun. Akan tetapi bila seseorang itu kuat, dia dapat menunaikan hak Allah, tidak melampaui batasan-batasannya, dan punya kekuasaan. Maka inilah sosok pemimpin yang hakiki. ” (Syarh Riyadhush Shalihin, 2/472)
Rasulullah juga menyatakan kepada Abu Dzar bahwa kepemimpinan itu adalah sebuah amanah. Karena memang kepemimpinan itu memiliki dua rukun, kekuatan dan amanah, hal ini dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dengan dalil:
إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَئْجَرَْتَ اَلْقَوِيُّ الأَمِيْنُ
“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. ” (Al-Qashash: 26)
Penguasa Mesir berkata kepada Yusuf ‘Alaihissalam:
إنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِيْنٌ أمِيْنٌ
“Sesungguhnya kamu mulai hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami. ” (Yusuf: 54)
Allah menyebutkan sifat Jibril dengan menyatakan:
إنَّهُ لَقَوْلُ رَسُوْلٍ كَرِيْمٍ. ذِى قُوَّّّّةٍ عِنْدَ ذِى الْعَرْشِ مَكِيْنٍ. مُطَاعٍ ثَمَّ أمِيْنٍ.
“Sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman Allah yang dibawa oleh utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang memiliki ‘Arsy. Yang ditaati di kalangan malaikat lagi dipercaya. ” (At-Takwir: 19-21)
Beliau rahimahullah berkata: “Amanah itu kembalinya kepada rasa takut pada Allah, tidak menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, dan tidak takut kepada manusia. Inilah tiga perangai yang Allah tetapkan terhadap setiap orang yang memutuskan hukuman atas manusia. Allah berfirman:
فَلا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ َولا تَشْتَرُوْا بِئَايَاتِ اللهِ ثَمَنًا قَََلِيْلاً وَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَآ أَنْزَلَ الله ُفَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُوْنَ
“Maka janganlah kalian takut kepada manusia, tapi takutlah kepada-Ku. Dan jangan pula kalian menjual ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Siapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan maka mereka itu adalah orang-orang kafir. ” (Al-Maidah: 44)(As-Siyasah Asy-Syar’iyyah, hal. 12-13)
Al-Imam Al-Qurthubi menyebutkan beberapa sifat dari seorang pemimpin ketika menafsirkan ayat:
وَإذِ ابْتَلَى إبْرَاهِمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إنِّى جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِيَّتِى قاَلَ لا يَنَالُ عَهْدِى الظَّالِمِيْنَ
“Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), kemudian Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu sebagai imam (pemimpin) bagi seluruh manusia’. Ibrahim berkata: ‘(Dan saya mohon juga) dari keturunanku’. Allah berfirman: ‘Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zhalim’. ” (Al-Baqarah: 124)
Beliau berkata: “Sekelompok ulama mengambil dalil dengan ayat ini untuk menyatakan seorang imam (pemimpin) itu harus dari kalangan orang yang adil, memiliki kebaikan dan keutamaan juga dengan kekuatan yang dimilikinya untuk menunaikan tugas kepemimpinan tersebut. ” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 2/74)
Sebenarnya masih ada beberapa syarat pemimpin yang tidak disebutkan di sini karena ingin kami ringkas. Mudah-mudahan, pada kesempatan yang lain bisa kami paparkan.
Nasehat bagi mereka yang sedang berlomba merebut jabatan/kepemimpinan
Kepemimpinan adalah amanah, sehingga orang yang menjadi pemimpin berarti ia tengah memikul amanah. Dan tentunya, yang namanya amanah harus ditunaikan sebagaimana mestinya. Dengan demikian tugas menjadi pemimpin itu berat, sehingga sepantasnya yang mengembannya adalah orang yang cakap dalam bidangnya. Karena itulah Rasulullah melarang orang yang tidak cakap untuk memangku jabatan karena ia tidak akan mampu mengemban tugas tersebut dengan semestinya. Rasulullah juga bersabda:
إِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُها ؟ قال: إِذَا وُسِّد الأَمْرُ إلى غَيْرِ أَهْلِها فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“Apabila amanah telah disia-siakan, maka nantikanlah tibanya hari kiamat. Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan menyia-nyiakan amanah? Beliau menjawab: ‘Apabila perkara itu diserahkan kepada selain ahlinya, maka nantikanlah tibanya hari kiamat”. ” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 59)
Referensi: Buletin Islam AL ILMU Edisi 5 / II / II / 1425 sumber: www. darussalaf. or. id, penulis: Al Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari.