Jumat, 17 April 2015

Pemimpin adalah Pelayan bagi anak buahnya



FOTO DI ATAS bukan tukang semir sepatu berdasi. Melainkan para pemimpin dan manajer perusahaan yang mencoba menurunkan ego diri mereka dengan menyemir sepatu anak buahnya.

Dahulu pernah juga membaca kisah salah satu Syeikhul Azhar (kalau tidak salah syeikh Sya’rawi) yang membersihkan toilet mesjid setelah beliau selesai mengisi materi di hadapan para hadirin, karena sewaktu berceramah beliau merasa lebih baik, lebih alim dan lebih soleh dari para hadirin.

Cerita yang serupa pernah juga saya dengar ketika di India, bahwa para maulana Jemaah Tabligh sering terlihat membersihkan toilet mesjid saat tengah malam sebelum melaksanakan tahajud. Itu dilakukan demi mencapai kerendahan hati dan menghancurkan rasa sombong serta perasaan lebih baik dari orang lain.

Belum lagi cerita para Khulafaurrasyidin, seperti Umarain, Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz yang tidak mau makan sebelum rakyat nya makan. Yang memikul bahan makanan untuk dibawa kepada rakyat di pinggiran kota. Yang menyuapi sendiri wanita tua dan buta. Yang diam saja menghadapi cerewet istrinya padahal ia sanggup menikah lagi dan mengumpulkan hareem (budak wanita) sebanyak-banyaknya. Yang tidak mau tidur sebelum rakyatnya tidur dengan perut kenyang dan rasa aman.
Menjadi pelayan orang lain ketika berada di posisi yang lebih tinggi adalah bentuk penguasaan diri yang sangat matang dan bijaksana. Seorang ayah yang rela mencuci piring di dapur agar istrinya lebih ringan pekerjaannya, atau memakaikan pakaian anak nya di pagi hari saat istrinya berjibaku dengan membuat sarapan. Atau bahkan mencuci baju yang belum sempat tersentuh oleh istri nya, adalah kematangan berpikir, kedewasaan sikap, EQ yang tinggi dan mental yang excellent dari seorang lelaki yang memimpin keluarga.

Karena pemimpin yang baik sesungguhnya adalah pelayan para bawahannya, dan pemimpin yang buruk adalah yang merasa menjadi dewa bawahannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar