Rabu, 23 Desember 2015

ESQ : Sukses,.... lahir karena rasa syukur

KELUARGA Nabi Daud bekerja sebagai ungkapan rasa syukur akan nikmat Allah bila. Inilah arti bekerja yang sebenarnya. Konsep ESQ (Emotional Spiritual Quotient) juga memperlihatkan kepada kita bahwa kerja yang sukses lahir dari hati yang patuh, bulat, kuat, serta bersyukur.

ESQ adalah konsep kecerdasan yang menggabungkan tiga kecerdasan: IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient).

IQ (Intelligence Quotient) adalah kemampuan mengingat, menghafal, dan menghitung (nomerik) yang diperkenalkan oleh Alfred Binnet adalah tahun 1905.

EQ (Emotional Quotient) ditemukan oleh Daniel Goleman yang menyakini bahwa kecerdasan emosi adalah bentuk kemampuan seseorang memahami diri sendiri, orang lain, lingkungan, serta kemampuan mengambil keputusan tepat, dengan cara tepat, dan dalam waktu yang tepat pula. EQ diyakini menjadi kunci keberhasilan seseorang. Kenyataannya kemudian, IQ dan EQ saja belum cukup. Ternyata banyak orang sukses merasa “kering”, stres, dan merasa kurang dihargai. Intinya, ia kehilangan makna atau menderita “patologi spiritual”.

Tahun 1990an lahirlah kesadaran untuk mempertimbangkan perlunya aspek spiritual (SQ).

Akhirnya, agar manusia mampu mengelola kehidupannya ia diyakini butuh tiga kecerdasan sekaligus: IQ,EQ, dan SQ. Fungsi IQ menyangkut ‘Apa yang saya pikirkan’ untuk mengelola kekayaan fisik atau materi.

Fungsi EQ terkait dengan ‘Apa yang saya rasakan’ untuk mengelola kekayaan sosial.

Fungsi SQ berkenaan dengan ‘Siapa saya’ untuk mengelola kekayaan spiritual. Dapat disimpulkan bahwa pencapaian kualitas manusia yang ideal dan proporsional adalah cerdas secara intelektual, emosional, serta spiritual. Ketiganya harus lahir sekaligus tidak terpisahkan-pisah.

Untuk membangun kecerdasan tersebut secara sistematis dan integral. The ESQ Way 165 punya jalannya. Langkah pertama dalam membangun rasa kesadaran ketuhanan, yaitu kesadaran merasa melihat dan dilihat Tuhan-dari sinilah SQ terbentuk. Ketika sifat-sifat ketuhanan dijadikan nilai tertinggi, maka terciptalah satu nilai universal yang berisi kejujuran, kasih sayang, disiplin, kedamaian, kebersamaan, dan keadilan yang bersumber dari asmaul husna.

LANGKAH kedua, bangun prinsip-prinsip mental untuk membantuk kecerdasan emosional (EQ) berdasarkan rukun iman. Langkah ketiga adalah mengaplikasikan nilai-nilai spritual (SQ) dan mentalitas (EQ) ke dalam dimensi fisik (IQ); atau langkah nyata agar apa yang bersifat spiritual dapat dilakukan dengan konkret. Kesemua langkah tersebut dibangun berdasarkan nilai-nilai rukun Islam.

Jadi, The ESQ Way 165 terinspirasi oleh ihsan-iman-Islam yang mampu menjawab pertanyaan besar bagaimana menjaga keseimbangan SQ-EQ-IQ lewat penggabungan sufisme-filosofi-sains secara ilmiah, elaboratif, dan sarat sentuhan spiritual transendental.

Ada dua poin penting lima langkah menuju kesuksesan kecerdasan rukun Islam. Pertama padastrategic Collaboration, merealisasikan potensi suara hati yang bersumber pada asmaul husna dengan memberi secara tulus kepada lingkungan sekitar.

Kedua adalah total action yaitu mentransformasikan seluruh potensi diri dan suara hati yang bersumber pada Asmaul Husna menjadi tindakan dalam setiap gerak kehidupan.

Kedua hal ini bisa dicapai melalui serangkaian pelatihan. Training ESQ Character Building akan menjadikan seorang pribadi memiliki karakter kuat dan tangguh. Training ESQ Self Control lanjut meningkatkan kemampuan pengendalian diri untuk mengalahkan semua kelemahan.

Selanjutnya pada Training ESQ Strategic Collaborationpeserta diajak untuk menemukan potensi diri yang tidak ternilai yaitu kolaborasi dan menciptakan tim kerja solid.

Yang berakhir, Training ESQ Total Action akan meningkatkan kemampuan dalam mengeksekusi dan wujudkan menjadi kenyataan. [dry/islampos] HABIS

Referensi: Tangan-tangan yang Dicium Rasul/Syahyuti/Pustaka Hira/2011



Tidak ada komentar:

Posting Komentar