Sabtu, 18 Juli 2015

Apa yang ada di balik tempurung kura-kura


Kura-kura telah ada di planet bumi sejak sekurangnya 260 juta tahun lalu, namun hingga kini masih banyak kalangan yang terpukau dengan struktur tulang yang menutupi hampir seluruh bagian dari tubuh kura-kura.  Tak ada hewan lain yang mempunyai tempurung yang tumbuh di punggungnya seperti halnya kura-kura. Bagaimana spesies ini berevolusi dengan sumsum tulang belakang yang bentuknya menjadi sangat “aneh”, terus menjadi pertanyaan.

Kita seringkali tak pernah memikirkan secara mendalam betapa luar biasanya tempurung kura-kura.  Tak seperti hewan-hewan bertempurung lainnya (batok, cangkang, shell), -reptil tertua di planet bumi yang masih eksis ini, tak bisa keluar dari tempurungnya karena tempurung pada kura-kura adalah bagian dari struktur tulang yang keras dan kaku.

Namun, masih banyak yang mengira bahwa di dalam tempurungnya adalah kumpulan daging dan lemak yang membuat kura-kura begitu lamban bergerak. Sebenarnya, organ-organ tubuh kura-kura tersusun dengan rapi di dalam rongga besar tersebut, seperti yang tampak pada gambar berikut.


Bagian dari organ tubuh dalam kura-kura.


Inilah yang terjadi saat kura-kura menekuk organ kepala dan ekornya masuk ke dalam tempurungnya.

Bagian Pembentuk Tempurung Kura-Kura

Tempurung  kura-kura ini terdiri dari dua bagian dan memiliki struktur yang kompleks. Bagian atas yang menutupi punggung disebut karapas (carapace) dan bagian bawah (ventral, perut) disebut plastron. Karapas dan plastron tersambung pada sisi-sisi kura-kura oleh strukur tulang yang disebut bridges. Kemudian setiap bagiannya ini terdiri dari dua lapis. Lapis luar umumnya berupa sisik-sisik besar dan keras yang tersusun seperti genting, sementara lapis bagian dalam berupa lempeng-lempeng tulang tersusun rapat seperti tempurung.

Tempurung kura-kura terdiri atas 50 tulang dengan tulang rusuk, tulang bahu dan tulang belakang yang menyatu bersama-sama untuk membentuk tempurung eksternal yang keras terbuat dari protein berserat yang disebut keratin. Tempurung yang keras pada kura-kura mengkompensasikan cara berjalan lambat dan tidak efisien pada kura-kura yang disebabkan oleh kakinya yang pendek.

Luar biasanya kura-kura memiliki kapasitas untuk meregenerasi tulang dan tisu keratin yang rusak pada tempurung. Lapisan epidermis di sekitar bagian yang luka tumbuh di bawah tulang yang mati untuk seterusnya menggantikan bagian yang rusak. Para peneliti menyebutkan bahwa lewat proses ini sepertiga tempurung kura-kura dapat tergantikan lewat proses yang berlangsung selama satu hingga dua tahun.

Berdasarkan hasil penelitian, tempurung kura-kura memberi petunjuk tentang cara hidupnya. Tempurung yang keras pada kura-kura yang hidup di darat dan bentuknya yang membulat kubah menyulitkan predator yang ingin menghancurkan tempurung dengan gigi taringnya. Namun, beberapa spesies kura-kura di Afrika diketahui memilik tempurung yang lebih lentur dan datar yang membuatnya mudah bersembunyi diantara batu-batuan.  

Dalam golongan keluarga kura-kura, terdapat tiga kelompok yang masuk dalam bangsa ini, yaitu kura-kura (tortoises), penyu (sea turtles), dan labi-labi atau bulus (freshwater turtles). Kura-kura dibedakan lagi menjadi antara kura-kura darat (land tortoises) dan kura-kura air tawar (freshwater tortoises atau terrapins).

Kura-kura yang hidup di darat memiliki tempurung yang lebih keras dari sepupunya seperti penyu dan labi-labi yang hidup di air. Tempurung yang lebih ringan dan fleksibel membantu kura-kura akuatik dan labi-labi untuk bergerak di air dan berenang dengan laju yang lebih cepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar