Siapkah Anda Menghadapi Empat Pertanyaan di Padang Mashyar??
Segala puji dan sanjungan hanya pada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita 
bersyukur atas nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita berupa nikmat
 Islam, iman, dan amal sholeh. Shalawat dan salam semoga tercurahkan 
untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, para 
shahabat dan orang-orang yang mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi 
wasallam hingga akhir zaman. Amma Ba’du
Setiap Muslim wajib mengenal Hari Akhir atau Hari Kiamat. Bahkan hal 
itu merupakan rukun iman yang kelima. Di dalam hadits-hadits shahih 
diterangkan bahwa setelah dunia ini hancur, manusia yang di dalam kubur 
dibangkitkan dan semua akan dikumpulkan oleh Allah di Padang Mashyar.
Siapkah kita menghadapi peristiwa tersebut? Apa saja yang akan terjadi pada saat itu?
Pada saat itu manusia akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah 
Ta’ala tentang segala macam yang telah dilakukan selama hidup di dunia 
ini. Pada hari itu tidak berguna harta, anak, tidak bermanfaat apa yang 
dibanggakan selama di dunia ini. Pada hari itu hanya ada penguasa 
tunggal, yaitu Allah Ta’ala yang telah memberikan berbagai macam nikmat 
kepada manusia, kemudian Dia menyuruh menggunakan nikmat tersebut 
sebaik-baiknya dalam rangka mengabdi kepada-Nya.
Karena Allah Ta’ala telah menganugerahkan nikmat-nikmat itu kepada 
manusia, maka sangat wajar apabila Dia menanyakan kepada manusia untuk 
apa nikmat-nikmat itu digunakan.
Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda: 
”Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba (menuju 
batas shiratul mustaqim) sehingga ia ditanya tentang umurnya, untuk apa 
ia habiskan, ilmunya untuk apa ia amalkan, hartanya darimana ia peroleh 
dan kemana ia habiskan, dan badannya untuk apa ia gunakan.” (HR Tirmidzi  dan Ad-Darimi).
1. UMUR
Umur adalah sesuatu yang tidak pernah lepas dari manusia. Bila kita 
berbincang-bincang tentang umur, maka berarti kita berbicara tentang 
waktu. Allah dalam Al-Qur’an telah bersumpah dengan waktu: ”Demi masa”, 
maksudnya agar manusia lebih memperhatikan waktu. Waktu yang diberikan 
Allah adalah 24 jam dalam sehari-semalam. Untuk apa kita gunakan waktu 
itu? Apakah waktu itu untuk beribadah atau untuk yang lain, yang 
sia-sia?
Diantara sebab-sebab kemunduran umat Islam ialah bahwa mereka tidak 
pandai menggunakan waktu untuk hal-hal yanag bermanfaat, sebagian besar 
waktunya untuk bergurau, bercanda, ngobrol tentang hal-hal yang tidak 
bermanfaat bahkan terkadang membawa kepada perkataan yang tidak berarti 
dan pertikaian. Sementara orang-orang kafir menggunakan waktu dengan 
sebaik-baiknya, sehingga mereka maju dalam berbagai bidang kehidupan dan
 menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Keadaan umat Islam saat ini sangat memprihatinkan. Ada di antara 
mereka yang tidak mengerti ajaran agamanya dan ada yang tidak mengerti 
ilmu pengetahuan umum. Bahkan ada di antara mereka yang buta huruf baca 
tulis Al-Qur’an. Bila kita mau meningkatkan iman dan amal, maka 
seharusnyalah kita bertanya kepada diri masing-masing. Sudah berapa umur
 kita hari ini dan apa yang sudah kita ketahui tentang Islam, apa pula 
yang sudah kita amalkan dari ajaran Islam ini? Janganlah kita termasuk 
orang-orang yang merugi.
2. ILMU
Yang membedakan antara Muslim dan kafir adalah ilmu dan amal. Orang 
Muslim berbeda amalannya dengan orang kafir dalam segala hal, dari mulai
 kebersihan, berpakaian, berumah tangga, bermuamalah dan lain-lain. 
Seorang Muslim diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya agar menuntut 
ilmu. Allah berfirman:”Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan 
orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS Az-Zumar [39] : 9)
Ayat ini kendatipun berbetuk pertanyaan tetapi mengandung perintah 
untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu agama hukumnya adalah wajib atas 
setiap individu Muslim, misalnya tentang membersihkan najis, berwudhu 
yang benar, cara shalat yang benar dan hal-hal yang dilaksanakan setiap 
hari. Karena bila ia tidak tahu, maka amalannya akan tertolak, dan Allah
 akan bertanya kenapa ia mengikuti apa yang tidak ia ketahui, seperti 
dalam firman-Nya:”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak 
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan 
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS Al-Isra
 [17] : 36)
Ilmu yang sudah dipelajari oleh umat Islam harus digunakan untuk 
kepentingan Islam. Ilmu yang sudah dituntut dan dipelajari wajib 
diamalkan menurut syariat Islam. Ilmu tidak akan berarti apa-apa dalam 
hidup dan kehidupan manusia kecuali bila manusia mengamalkannya. 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Beramallah kamu 
(dengan ilmu yang ada) karena tiap-tiap orang dimudahkan menurut apa-apa
 yang Allah ciptakan atasnya.” (HR Muslim)
3. HARTA
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
”Bagi tiap-tiap umat  itu fitnah dan sesungguhnya fitnah umatku adalah harta.” (HR  At-Tirmidzi dan Hakim)
Harta pada hakikatnya adalah milik Allah Ta’ala. Harta adalah amanat 
Allah yag dilimpahkan kepada umat manusia agar dia mencari harta itu 
dengan halal, menggunakan harta itu pada tempat yang telah ditetapkan 
oleh syariat Islam. Bila kita amati keadaan umat Islam saat ini, banyak 
kita dapati di antara mereka yang tidak perduli lagi dengan cara 
mengumpulkan hartanya, apakah dari jalan yang halal atau jalan yang 
haram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah meramalkan hal ini 
dengan sabdanya: ”Nanti akan datang suatu masa, di masa itu manusia 
tidak perduli dari mana harta itu ia peroleh, apakah dari yang halal 
ataukah dari yang haram.” (HR Al-Bukhari)
Setiap Muslim harus hati-hati dalam mencari mata pencaharian hidupnya
 karena banyak manusia yang terdesak masalah ekonomi lalu ia hingga 
tidak perduli lagi dari mana harta itu ia peroleh. Ada yang memperoleh 
harta dari usaha-usaha yang batil, misalnya hutang tidak dibayar, 
korupsi, riba, merampok, berjudi dan lain sebagainya. Orang yang mencari
 usaha dari yang haram akan mendapat siksa dari Allah, seperti 
disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: ”Barangsiapa 
yang dagingnya tumbuh dari barang yang haram, maka Neraka itu lebih 
patut baginya (sebagai tempat).” (HR Al-Hakim).
Harta yang kita dapat dengan cara yang halal harus pula kita infaqkan
 pada jalan yang benar pula. Bila tadi disebutkan bahwa harta itu milik 
Allah, maka wajib pula kita gunakan harta itu untuk dalam rangka 
menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini.
Di dalam Al-Qur’an ada delapan golongan yang berhak mendapatkan 
zakat, yaitu para fuqara (orang fakir), masakin (orang miskin), amil 
(pengurus zakat), muallaf (orang yang baru masuk Islam), untuk 
membebaskan budak, orang-orang yang berhutang, untuk perjuangan di jalan
 Allah (jihad fii sabilillah) dan orang yang sedang dalam perjalanan 
(musafir). Di masa-masa sekarang ini ada beberapa kelompok yang masuk 
prioritas ulama yang berhak mendapatkan infaq dan shadaqah, yaitu 
folongan fuqara, masakin danorang yang berjuang di jalan Allah.
Orang fakir adalah orang yang butuh, tetapi tidak mempunyai 
pekerjaan, sedangkan hidupnya digunakan untuk membantu agama Islam. Jadi
 orang fakir yang dibantu adalah orang yang hidupnya untuk berjuang di 
jalan Allah bukan pemalas yang tidak mau berusaha dan tidak melaksanakan
 syariat Islam. Sedangkan orang miskin adalah orang yang berusaha, 
tetapi usahanya hanya mencukupi kebutuhan minimalnya dalam keluarganya 
untuk makan sehari-hari.
4. BADAN
Manusia merupakan mahluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah 
di muka bumi ini. Dengan kesempurnaan susunan tubuh serta akal fikiran 
yang diberikan Allah, manusia dijadikan sebagai khalifah di bumi, 
manusia dibebani taklif agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. 
Jasmani manusia ini dituntut bekerja untuk melaksanakan fungsi khilafah 
dalam rangka mengabdi kepada Allah. Letihnya manusia dalam melaksanakan 
ibadah kepada Allah akan diganjar dengan pahala. Tetapi bila letihnya 
dalam rangka bermain-main, mengerjakan maksiat, perbuatan sia-sia, 
beribadah dengan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 
‘alaihi wasallam, maka sia-sia letihnya itu, bahkan ada yang akan 
diganjar dengan api Neraka, karena mereka termasuk orang-orang yang 
celaka, sebagauna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi 
wasallam:”Tiap-tiap amal (pekerjaan) ada masa-masa semangat dan 
tiap-tiap masa semangat ada masa lelahnya, maka barangsiapa lelah 
letihnya karena melaksanakan sunnahku, maka ia telah mendapatkan 
petunjuk, dan barangsiapa yang letihnya bukan karena melaksanakan 
sunnahku, maka dia termasuk orang yang binasa.” (HR. Al-Hakim dan 
Al-Baihaqi).
Demikianlah, pada hari mashyar masing-masing manusia akan diminta 
pertanggung jawaban atas segala perbuatan yang telah dikerjakannya 
selama hidupnya di dunia. Sudah siapkan kita menjawab 
pertanyaan-pertanyaan itu? Kalau belum, kapan lagi kita memperisapkan 
diri kalau tidak sekarang?
Segala puji bagi Allah, Penguasa sekalian alam, semoga shalawat dan 
salam tercurah atas Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.
Oleh Al Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar