Tar...ter...tor,
 rentetan petasan berjatuhan satu persatu dengan suara yang memekakkan 
telinga dan rasa kaget pada sebagian orang. Kadang tetap dibakar 
sekalipun waktu dini hari tatkala sebagian orang sedang tidur. Demi 
sebuah tradisi, kemungkaran justru menjadi budaya yang dilestarikan.
Sebagian
 yang lain bahkan juga membakar petasan dalam berbagai macam 
perayaan-perayaan keagamaan atau budaya setempat, baik dalam acara 
sunatan dan perkawinan. Dan tidak banyak dari mereka yang mengetahui 
dari mana asal muasal budaya itu. Siapakah gerangan yang menghidupkan 
budaya ini?
Bila
 kita menengok ke belakang, membakar petasan atau mercon dari dongeng 
Cina. Alkisah pada masa purba hiduplah seorang raksasa bernama Ko Nin. 
Siapa pun melihatnya akan terserang bahaya. Dan raksasa itu hanya takut 
pada tiga perkara: mercon, barongsay, dan api. Untuk mengusir raksasa 
itu, Raja Unthe memerintahkan membakar bambu sehingga menimbulkan suara 
ledakan. Yang kemudian diganti dengan mercon. Begitu pun pada hari raya,
 perkawinan dan saat menguburkan mayat, mercon dibakar di persimpangan 
jalan dan tempat-tempat yang diyakini sebagai persembunyian makhluk 
halus jahat atau hantu-hantu. [A.D. Elmarzdedeq, Parasit Aqidah: Selintas Perkembangan dan Sisa-sisa Agama Kultur, hal. 31-32, Yayasan Ibnu Rumman, Bandung.
kaget
 dan kemudian geli rasanya bila kita tengok dongeng itu. Namun, adakah 
rasa kaget dan geli itu dapat mengantarkan kita kepada hidayah Allah? 
Sedikit pun tidak ada ulama yang berselisih paham tentang boleh tidaknya
 kita membakar mercon. Bahkan, semua orang awam yang mau menggunakan 
sedikit akalnya saja akan segera paham bahwa hal itu merupakan tindakan 
mubazir dan menyakiti tetangga. Bolehkan seseorang membelanjakan 
hartanya dengan semena-mena hanya lantaran hartanya iu dalam 
kekuasaannya, sekalipun jumlahnya sedikit? Bagaimanakah hak Anda sebagai
 tetangga ingin dipenuhi, sementara di tengah malam buta Anda membakar 
mercon. Bahkan, mungkin di antara tetangga Anda memiliki bayi, atau 
sedang sakit, atau mungkin ada beberapa di antara mereka yang tua 
berpenyakit jantung? Atau sekiranya bukan karena alasan itu semua, 
dengan kata lain tetangga Anda orang-orang muda yang sehat semuanya, dan
 Anda membakarnya di tengah lapangan pada siang hari, apakah hal itu 
dapat menjadi dalil bolehnya Anda membakar mercon?
Ketahuilah
 bahwanya membakar mercon suatu pemborosan dalam hal harta. Dan tidak 
seseorang melakukannya, melainkan ia telah berteman dengan setan-setan. 
Bersikap waspadalah dengan harta yang Allah amanahkan kepada Anda, dan 
laranglah sanak keluarga Anda melakukan hal yang demikian. Pemborosan 
merupakan perkara tercela. Yang memang secara sunnatullah kita dapati 
mayoritas orang yang memiliki harta, kedudukan, dan kekuasaan sangat 
bemar menghambur-hamburkan apa yang mereka miliki bukan untuk ketaatan 
kepada Allah. Adapun celaan terhadap mereka tertuang dalam firman Nya,
"Dan
 berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada 
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu 
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya 
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah
 sangat ingkar kepada Rabbmu." (Al Isra': 26-27)
Adakah
 di antara kita yang mau dipersaudarakan dengan setan-setan hanya 
lantaran mengikuti tradisi buruk dengan membakar mercon? Sekalipun harta
 untuk membeli mercon itu sedikit, tetap saja itu mewujudkan bentuk 
pengingkaran Anda terhadap harta yang telah diamanahkan Allah. Bukankah 
setiap manusia itu lemah? Adakah di antara kita yang lahir dalam keadaan
 kaya dan berkedudukan? Bukankah semua kita tatkala bayi tidak berdaya 
dan hanya menangis sebagai isyarat kita membutuhkan pertolongan? Dan hal
 itu berlangsung terus dengan suplai yang tidak henti-hentinya dari 
Allah hingga seseorang mencapai kedewasaan, sampai pada kedudukan dan 
hartanya saat ini. Semua itu tidak kita peroleh semata hanya karena 
kemampuan kita.
Disebutkan
 di dalam Jami' At Tirmidzi, dari hadits Atha' bin Abi Rabah, dari Ibnu 
Umar dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, 
لاَ
 تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ 
عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيْمَا فَعَلَ، وَعَنْ 
مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ 
فِيْمَا أَبْلاَهُ.
"Kedua
 kaki seorang hamba tidak akan melangkah pada hari Kiamat sehingga ia 
ditanya tentang umurnya, untuk apa ia habiskan; dan tentang hartanya, 
dari mana ia dapatkan, dan untuk apa ia belanjakan; dan tentang masa 
mudanya, untuk apa ia lewatkan." (Hadits hasan shahih diriwayatkan At 
Tirmidzi)
Adakah
 suatu pertanyaan yang paling ditakuti makhluk dijagat raya ini selain 
pertanyaan yang datangnya dari Pencipta jagat ini. Bilakah ada dari 
harta kita yang dibelanjakan untuk membakar mercon itu ditanya? Adakah 
di antara kalian dapat bersilat lidah dengan argumen-argumen kalian 
ketika di dunia? Ketika kaki dan tangan Anda yang jujur diberi hak Allah
 Azza wa jalla untuk mengatakan segala apa yang pernah Anda lakukan?
Bukankah
 tatkala Anda membakar mercon masih terlalu banyak sanak keluarga Anda, 
atau tetangga Anda yang yatim dan janda, atau pembantu Anda, atau umat 
ini yang miskin papa terjerat arus kehidupan hingga melalaikan shalat 
dan bahkan murtad lantara diiming-imingi makanan, kesehatan, dan 
pendidikan oleh misionaris. Ternyata uang yang Anda belanjakan untuk 
membeli mercon itu sangat dibutuhkan oleh umat ini. Adakah Anda peduli?
Sungguh
 indah apa yang pernah dituturkan oleh Dr. Mustafa As Siba'i, "Jika 
dibuka salah satu kancah kebaikan yang membutuhkan harta dan bantuannya,
 maka mukanya tampak muram dan cemberut, kemudian dia mengaku dirinya 
orang miskin, hidupnya melarat, usahanya seret, terus merugi, dan serba 
sulit keadaannya. Mereka inilah orang-orang yang buruk dan menjadi 
bencana bagi umat. Egoisnya merupakan sarana yang dapat membunuh umat 
dan memperburuk keadaannya. Sementara pada saat yang sama dia sangat 
royal ketika menyelenggarakan walimah dan acara-acara perjamuan makan." 
[Dr. Abdullah bin Ibrahim Ath Thariqi, Stop Boros, hal. 64, Darul Falah, cet. I, Juli 2003]
Hanya
 memubazirkan harta sajakan mudharat yang ditimbulkan dari membakar 
mercon? Tidak. Sungguh membakar mercon itu akan menjadi senjata makan 
tuan. Bukankah kita makhluk sosial yang memiliki ketergantungan sesama 
kita? Bukankah suara yang tar...ter...tor itu dapat merusak hubungan 
sosial kita dengan para tetangga? Anda telah menginjak-injak hak mereka 
dan menebar kebencian. Tunggulah bagaimana kebencian itu tumbuh menjadi 
kedengkian.
Singkatnya,
 jangan Anda menyakiti tetangga jika hak Anda ingin dihormati dan 
ditunaikan oleh mereka. Bagaimana bila mereka yang membakar mercon atau 
mengundang orkes dengan sound system yang hingar-bingar dalam pesta 
pernikahan atau lainnya? Apakah ada jaminan Anda dapat bersabar? Apalagi
 jika saat itu Anda sedang sakit gigi? Atau bayi Anda yang rewel baru 
tertidur? Sedang mertua Anda yang mengidap penyakit jantung baru pulang 
dari rawat inap di rumah sakit? Jangan anggap semua ini terlalu 
mengada-ada. Yakinilah tatkala kerabat Anda membakar mercon, mereka dan 
Anda tidak tahu sejauh mana keberadaan keluarga para tetangga Anda. 
Bahkan, uang yang Anda bakar untuk membeli mercon itu bukan hanya 
mengganggu ketenangan mereka karena boleh jadi di antara tetangga Anda 
sejak pagi belum sesuap nasi pun yang masuk ke lambungnya; dan ketimbang
 untuk membeli mercon, mereka mempunyai hak atas harta yang Anda 
hambur-hamburkan itu:
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian." (Adz-Dzaariyat: 19)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar