Senin, 25 Maret 2019

ANATOMI AL QUR'AN

ANATOMI AL-QUR’AN

Oleh: Julianda Boangmanalu

Meminjam istilah ilmu kedokteran, Al-Qur’an bisa dibedah layaknya sebuah anatomi untuk melihat dan berusaha memahami isi kandungannya. Terutama yang berkaitan dengan penciptaam alam semesta dan makhluk di dalamnya, termasuk manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.

Setiap muslim disyariatkan untuk selalu membaca, mempelajari, dan memahami isi kandungan Al-Qur’an, tanpa memandang latar belakang seorang muslim itu sendiri. Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menerangkan hal ini, seperti Surah Al Ankabut (surah ke-29) ayat 45 (selanjutnya, penyebutan surat Al-Qur’an dituliskan hanya nomor surat dan nomor ayat, seperti: QS.29:45). Dalam surat tersebut berbunyi yang artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an)….”

Ayat lain dengan makna perintah memahami Al-Qur’an, yaitu: QS.2:121, QS.3:101 dan 113, QS.4:20 dan 82, QS.7:204, QS.8:2 dan 31, QS.12:111, QS.16:98, QS.17:45,46, dan 107, QS.18:27, QS.19:58 dan 73, QS.20:123, QS.22:72, QS.25:73, QS.27:91-92, QS.31:7, QS.35:29, QS.37:3 dan 73, QS.47:24, QS.82:21, dan QS.96:1 dan 3.

Baik muslim maupun non-muslim sepakat bahwa Al-Qur’an adalah literatur berbahasa Arab bernilai tinggi. Al-Qur’an juga telah menduduki posisi sebagai sastra Arab terbaik di muka bumi. Al-Qur’an diyakini oleh seluruh umat Islam sebagai kitab suci yang harus dipegang teguh. Kebenarannya berlaku sepanjang zaman, dan didalamnya terdapat aturan serta petunjuk yang berasal dari Allah swt.

Al-Qur’an juga diyakini dan diakui oleh umat Islam sebagai satu-satunya Kitab Suci yang belum dan tidak akan pernah mengalami perubahan sejak diturunkan. Al-Qur’an adalah inti sari dari semua pengetahuan. Tetapi, pengetahuan ini terkandung di dalam Al-Qur’an sebagai benih dan prinsip. Al-Qur’an memuat prinsip dari segala pengetahuan, termasuk kosmologi dan pengetahuan tentang alam semesta.

Al-Qur’an bukan hanya sumber pengetahuan metafisis dan religius, melainkan juga sumber dari segala pengetahuan. Al-Qur’an menerangkan seluruh kehidupan dialam semesta, termasuk penciptaan manusia mulai didalam kandungan, lahir, masa perkembangannya sampai pada kematiannya termasuk etika dan tingkah laku baik dalam hubungannya kepada sesama manusia dan hubungannya dengan Allah swt sang pencipta.

Dunia Islam yang diterangi oleh cahaya Al-Qur’an pernah mencapai masa keemasan di bidang sains, tekhnologi, dan filsafat tepatnya dibawah Dinasti Abbasyiah yang berkuasa sekitar abad ke-8 sampai ke-15.

Perkembangan tersebut melahirkan berbagai bidang ilmu dan munculnya ratusan bahkan ribuan sarjana-sarjana Muslim, seperti al-Kindī (801-873 M), al-Farabī (870-950 M), al-Rāzī (864930 M atau 251-313 H), Ibn Tufail (1105-1185 M), Ibn Bajjah (1085-1138 M), dan sejumlah pakar pada bidangknya masing-masing, seperti Ibn Rushd (11261198 M), Ibn al-Haytham (965-1040 M atau 354-430 H), dan Jabir ibn Hayyan (721-815 M) serta pakar etika muslim, Ibn Maskawaih (932-1030 M atau 330 - 421 H).

Dewasa ini, sains dalam dunia Islam mengalami kemunduran dan sains saat ini identik dengan barat. Dalam ilmu pengetahuan dan sains saat ini lebih didominasi oleh barat yang betul-betul menggeluti dan mengembangkan berbagai macam ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Kejayaan umat Islam sekarang tinggal kenangan karena negeri-negeri muslim umumnya masih terbelakang dan miskin.

Selain itu, menurut Agus Purwanto, Fisikawan Teoretik, Pencinta dan Pengkaji Al-Qur’an, kondisi saat ini, umat dan ulama banyak menghabiskan waktu, pikiran, tenaga, dan dana untuk membahas persoalan fiqih, dan sering berseteru serta bertengkar karenanya.

Mereka lalai atas fenomena terbitnya matahari, beredarnya bulan, dan kelap-kelipnya bintang. Mereka abaikan gerak awan di langit, kilat yang menyambar, listrik yang membakar, malam yang gelap gulita, dan mutiara yang gemerlap. Mereka juga tak tertarik pada aneka tumbuhan disekitarnya, binatang ternak maupun binatang buas yang bertebaran di muka bumi, dan aneka fenomena serta keajaiban alam lainnya.

Seiring dengan itu, menurut Syaikh Jauhari Thanthawi, guru besar Universitas Kairo, dalam tafsirnya Al-Jawair, sebagaimana dikutip oleh Purwanto, Syaikh Thanthawi menulis bahwa di dalam Kitab Suci Al-Qur’an terdapat lebih dari 750 ayat kauniyah, ayat tentang alam semesta, dan hanya sekitar 150 ayat fiqih.

Anehnya, para ulama telah menulis ribuan kitab fiqih, tetapi nyaris tidak memerhatikan serta menulis kitab tentang alam raya dan isinya. Pada prinsipnya, semua ciptaan Allah yang dipahami sebagai ayat-ayat Allah, menurut Al-Qur’an menjadi objek ilmu.

Maka Allah menciptakan langit dan Bumi dan apa yang ada diantara keduanya (sebagai ayat-ayat-Nya) dengan hak (QS.46:3). Allah swt akan menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya yang terlihat di cakrawala (al-afaq) dan dalam diri manusia sendiri (fi anfusihim) (QS.41:53) sebagai objek Ilmu atau perenungan manusia.

Kita juga dihimbau untuk memperhatikan langit, bagaimana ia tinggikan (QS.88:17), diciptakan dan ditinggikan tanpa tiang (QS.31-10 dan QS. 13:2).

Banyak ayat dalam Al-Qur’an, Allah mengajak manusia untuk berfikir dan melihat tanda-tanda kebesaran-Nya mengenai fenomena alam dan diri sendiri (QS.41:53), tanda-tanda keagungan Allah hanya bagi orang yang berfikir (QS.39:42).

Al-Qur’an mengkisahkan bagaimana penciptaan alam semesta terjadi, dimana pada awalnya seluruh alam semesta berbentuk satu massa yang besar (Nebula Primer) yang kemudian terjadi “Big Bang” (Ledakan Pemisah Skunder) yang mengakibatkan pembentukan galaksi. Kemudian, terbentuk dan terbagi dalam bentuk bintang, planet, matahari, bulan, dan lain sebagainya (QS.21:3), bagi para ahli astrofisika dikenal dengan Teori Big Bang. Al-Qur’an menerangkan bahwa sebelum pembentukan galaksi, pada awalnya berbentuk gas/asap (QS.41:11), bumi bulat seperti telur burung unta (geo-spherical) (QS.31:29, QS.39:5, QS.79:30). Cahaya rembulan adalah pantulan sinar matahari (QS.25:61, QS.71:15-16), matahari berputar pada sumbunya (QS.21:33).

Tentang bagaimana unta diciptakan, langit ditinggikan, bumi ditegakkan, bumi dihamparkan (QS. 88:17-20), dan bagaimana manusia diciptakan (QS. 51:21). Al-Qur’an sudah menerangkan tentang perumpamaan dunia (QS. 10:24), tentang fenommena alam (QS.2:164 dan QS.13:3), hujan dan tanaman (QS.16:11), fenoma lebah (QS.16:69), fenomena tidur (QS.39:42), alam ditundukkan bagi manusia (QS.16:12 dan QS.45:13), orbit matahari dan bulan (QS.10:15), buah beraneka rasa (QS.13:4), buah kurma dan anggur (QS.16:67), tentang kilat dan hujan (QS.30:24).

Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan (QS.51:49 dan QS.36:36), bukan cuma manusia dan hewan saja yang berpasang-pasangan, buah-buahan juga berpasang-pasangan (QS.13:3). Al-Qur’an menganjurkan kita untuk menggunakan akal kita untuk mengamati, berfikir dan merenungi (QS. 24:61).

Beberapa gaya Al-Qur’an untuk mengajak kita mengamati, memikirkan dan merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah swt adalah dengan pertanyaan retoris: afala ta’qilun (tidakkah kamu menggunakan akal) (QS.2:44 dan QS.12:109), afala ya’qilun (tidakkah kamu menggunakan akal) (QS.36:68), afala tatafakkarun (tidakkah kamu berfikir) (QS.6:50), awalam yanzhuru (tidakkah kamu perhatikan) (QS.7:185), afalam yanzhuru (tidakkah kamu perhatikan) (QS.50:6), hal yanzhuruna (tidakkah kamu amati) (QS.2:250, QS.6:158, dan QS.16:33), afala yanzhuruna (tidakkah kamu cermati) (QS.88:17).

Disyariatkan bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan membawa kebenaran, membenarkan kitab-kitab terdahulu. Syari'at bagi setiap umat berbeda-beda sesuai kondisi zaman dan keadaan pada waktu itu, dan semua syari'at itu merujuk kepada keadilan yang memang layak diterapkan pada zaman itu (QS.5:48). Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia dan tidak ada keraguan baginya (QS.2:2).

Bahkan Al-Qur’an menantang manusia yang masih meragukannya, untuk membuat surah yang paling tidak mirip dengan keindahan, kefasihan, kedalaman makna dengan surah-surah yang ada di dalam Al-Qur’an (QS.2:23-24).

Tapi, ternyata tantangan itu sampai detik ini tidak pernah terpenuhi karena tidak ada manusia yang mampu menandinginya. Dalam Al-Qur’an diatur mengenai seluk beluk penciptaan manusia, dari sebelum lahir sampai wafat. Sebelum terlahir (QS.96:1-2, QS.86:5-7, QS.32:8, QS.76:2, QS.53:45-46, QS.75:37-39), diterangkan bagaimana manusia dalam kandungan supaya nyaman (janin yang terlindungi) (QS.39:6 dan QS.23:12-14), tentram dan terlahir sebagai anak yang saleh (QS.7:189).

Ketika sudah lahir, diterangkan bagaimana memohon agar Air Susu Ibu (ASI) dilancarkan, diatur mengenai pembagian tugas ibu dan ayah agar berjalan dengan baik, diatur tentang ibu menyusui hingga dua tahun, ayahnya kemudian menyiapkan perlengkapan-perlengkapannya (QS.2:233).

Dari usia dua tahun sampai menjelang baligh mulai belajar, pendidikan pertama apa yang diberikan supaya dekat dengan Allah taat kepada kedua orang tuanya, baik akhlaknya dan gemar ibadahnya ada di (QS.31:13-31).

Pada saat mulai belajar, supaya cepat memahami pelajarannya, apa yang harus dia berikan dan dia lakukan ada dalam (QS.9:122). Diatur bagaimana menghadiri majelis yang meningkatkan iman dan taqwanya, bukan sekedar tambah ilmunya tapi imannya menguat (QS.58:11).

Kemudian tata cara pergaulan, mencari teman yang baik dan bagaimana meningkatkan taqwa (QS.49:13). Sampai ia temukan pasangannya dan mulai muncul sifat cintanya, cara melamar terbaik, cari mahar terbaik (QS.4:4).

Terjadi pernikahan (QS.30:21), membagi tugas dalam rumah tangga (QS.4:34). Laki-laki mulai mencari nafkah (QS.2:168), agar rizkinya cepat mendatangi anda (QS.2:172). Agar dibukakan pintu keberkahan langit dan bumi (QS.7:96).

Tantangan dalam hidup, ada yang iri, dengki, ingin menyingkirkan, laksanakan amalan bangun malam lalu shalat dan mohon kebaikan kepada Allah (QS.17:79-81). Istri yang merawat anak-anak tentu tidak mudah tidak segampang laki-laki yang bekerja di luar rumah, kadang ada anak yang sulit diatur, maka merawatnya sesuai dengan (QS.17:23-27).

Bila sakit, Allah akan menyembuhkannya (QS.26:80). Bagi yang mengalami sakit kronis dan mustahil ada obatnya, seperti yang dialami Nabi Ayub, Allah berjanji akan menyembuhkannya (QS.21:83-84).

Bagi yang mengalami kesulitan bagai dalam kegelapan, lakukan amalan seperti Nabi Yunus, maka akan dibebaskan dari kegelapan (QS.21:87-88).

Bagi rumah tangga yang tidak punya keturunan tidak usah mengeluh karena ada yang lebih lama tidak punya keturunan seperti Nabi Zakaria sampai tua dan akhirnya doanya dikabulkan dan mempunyai anak (QS.19:2-15), berdoa agar mendapat keturunan yang baik (QS.3:38-39).

Tentang belajar bersabar dan mengatasi masalah (QS.2:214), cara mengatasinya (QS.3:142), apa jenis masalahnya (QS.2:155), bila mengalami musibah dan cara mengatasinya (QS.2:156-157).

Ketika sudah sukses dan cara mensyukurinya (QS.14:7) Tentang cara berbakti kepada orang tua (QS.46:15), ketika sudah tua renta dan pikun (QS.22:5), ketika berada diujung fase kehidupan dan menjelang maut (QS.3:185), dibawa malaikat maut (QS.32:11), ketika tiba ajal (QS.7:34). Kalau ingin dipanggil dengan tenang maka perbanyak amal saleh (QS.89:27-30). Bagi yang disiksa oleh malaikat (QS.8:50), bila ingin mendapat kenikmatan dalam kubur (QS.3:169-171), bagi yang banyak dosa akan ditampakkan neraka dari pagi sampai petang (QS.40:46-47). Tentang datangnya hari kiamat (QS.75:1-40). Melihat Allah tanpa hijab (QS.75:22-23), masuk surga tanpa hisab (QS.2:25), juga adanya masuk neraka tanpa hisab (QS.18:100-101).

Bagi yang masuk surga, surga ada 4 tingkatan. Tingkatan pertama bertetangga dengan para nabi, orang soleh, para syuhada, orang jujur (QS.4:69). Di taman surga dan bisa melihat Allah dan dilayani dengan penuh keindahan (QS.51:15-23). Tentang surga seluas langit dan bumi (QS.3:133-134), serendah-rendahnya surga yang dapatkan (QS.2:25), masing-masing surga yang paling rendah sampai yang paling tinggi yaitu surga firdaus (QS.23:1-9).

Ada yang masuk neraka, maka neraka yang paling ringan ada di (QS.4:56). Begitu manusia dicelupkan maka hancur tubuhnya lepas dengan kulitnya. Yang paling duluan masuk negara jahannam adalah orang munafik lalu orang kafir (QS.4:140).

Tentang Shalat dan zakat (QS.2:43,45, dan 153), dikerjakan lima waktu (QS.11:114) lalu ditegaskan dalam (QS.17:78). Waktu shalat (QS.4:103) menjaga waktu shalat (QS.2:238).

Mengerjakan fungsi mata untuk laki-laki (QS.24:30) dan untuk perempuan (QS.24:31). Mulut dilarang berbicara yang kotor (QS.49:11-12). Menggunakan fungsi tangan dan kaki (QS.25:63). Tentang larangan berlaku sombong (QS.31:18).

Dengan demikian, sudah saatnya kita kembali memperbanyak amalan untuk meningkatkan keimanan kita serta kembali kepada mempelajari dan memahami kembali makna ayat dalam Al-Qur’an.

Padahal, Allah berjanji mengangkat derajat orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat (QS.58:11). Karena kalau tidak, Allah swt mengingatkan bahwa hati manusia akan keras bagai batu (QS.5:13). Sehingga manusia tidak akan bisa menggunakan akal/hatinya untuk memikirkan kebenaran ayat-ayat Allah, menggunakan telinganya untuk mendengar ayat-ayat Allah, dan menggunakan matanya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah (QS.7:179).

Sehingga manusia menutup mata dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah (QS.18:101). Allah juga menyebutkan bahwa hati manusia akan berpenyakit (QS.2:10, QS.5:52, dan QS.22:53), hati mengeras (QS.2:74, QS.6:43, dan QS.39:22), dan terkunci rapat (QS.4:155, QS.47:24, QS.2:7, QS.40:35, QS.10:74, QS.7:101, QS.9:93, QS.6:46, QS.7:179, QS.9:87, dan QS.17:46), telinga tersumbat (QS.6:25, QS.17:46, QS.18:57, QS.31:7, QS.41:5, dan QS.41:44).

Ancaman bagi orang kafir, sama saja apakah mereka diberi peringatan atau tidak (QS.2:6 dan QS.36:10), bahkan sama saja apakah Rasulullah saw memohon ampun bagi mereka atau tidak (QS.63:6).

Mari buka hati, mata, dan telinga kita (QS.40:35). Karena orang yang terkunci hatinya adalah orang yang tidak mau menggunakan akalnya/hatinya untuk memahami ayat-ayat Allah, matanya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan telinganya untuk mendengarkan ayat-ayat Allah. Mereka serupa, bahkan lebih rendah, daripada binatang (QS.7:179). Mereka itu ibarat tuli, bisu, dan buta karena tidak mau menggunakan akalnya (QS.2:171 dan QS.8:22). Allah menjelaskan bahwa bukan mata fisik itu yang buta tetapi mata hati yang ada dalam dada (QS.22.46).

Wallahu a’lam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar