Bangunlah di pagi hari dengan memuji nama Allah Ta’ala yang telah menghidupkan kembali setelah kematian dalam tidur yang sementara. Lalu, bergegaslah menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu; yang di dalamnya ada aktivitas menghirup air ke dalam hidung, kemudian mengeluarkannya kembali. Di dalam hidung itulah, biasanya setan bersembunyi.
Rapikan badan, hiasi dengan pakaian terbaik dan wewangian yang dimiliki. Setelahnya, menghadaplah kepada Allah Ta’ala dalam dua rokaat pembuka yang pendek sebagaimana disunnahkan oleh Rasulullah.
Tambahlah dengan dua, empat atau enam rokaat lagi, sesuai kemampuan terbaik yang kamu miliki. Rukuklah, sujudlah, berdoalah; dengan takut jika tak dikabulkan dan khawatir jika pinta itu ditolak.
Akhiri tahajjud itu dengan satu, tiga, atau lima rokaat sebagai penutup malam. Itulah sunnah witir yang Nabi pun tak pernah luput dari mendirikannya. Setelah itu, tunggulah Subuh dengan perbanyak memohon ampun kepada Allah Ta’ala. Itulah istighfar di waktu sahur yang pelaksanaannya dianjurkan langsung oleh Allah Ta’ala di dalam al-Qur’an.
Sahabtku, saat adzan Subuh mengalun syahdu mendayu, bergegaslah mendatanginya dengan semangat membaja. Iringi langkahmu dengan doa-doa yang disunnahkan. Kemudian, sampaikan pinta agar diri senantiasa dikuat dan istiqamahkan dalam taat kepada Allah Ta’ala.
Subuh, adalah pembeda. Hanya orang terpilih yang kuat mendawamkanya di awal waktu, berjamaah di masjid. Apalagi jika terazamkan agar tidak tertinggal takbir pertama imam. Allahu Akbar walilahil hamd.
Maka setelah subuh, bisa dioptimalkan untuk dzikir pagi, membaca, menghafal, atau menadabburi kalam-kalam Allah Ta’ala. Amat diutamakan jika bisa menjalanlannya hingga terbit kemudian melakukan shalat sunnah Syuruq.
Kemudian tatkala matahari mulai meninggi, saat hangatnya mulai terasa, jika pun di tengah-tengah kerja, sempatkanlah beberapa rakaat Dhuha sebagai salah satu bentuk syukur atas banyak nikmat yang telah Dia berikan.
Lantas dalam sehari itu, azzamkan untuk melakukan sunnah-sunnah nan mulia guna mengiringi dan menyempurnakan ibadah wajib yang seringkali dikerjakan apa adanya.
“Dan tidaklah seorang hamba mendekat kepada-Ku dengan ibadah sunnah sampai Aku mencintainya,” demikian Firman Allah dalam hadits qudsi.
Jika Allah telah mencintai seorang hamba, “Maka Aku yang menjadi pendengarannya saat dia mendengar, Akulah yang melihat saat dia melihat, menjadi tangannya saat dia memukul, dan menjadi kakinya saat dia berjalan.”
Jika sudah mencapai taraf ini, lanjut hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari ini, “Apabila dia meminta kepadaKu, pasti Kuberi; jika dia meminta perlindungan kepadaKu, pasti Aku lindungi; dan jika dia berdoa kepadaKu, pasti Aku kabulkan.”
Demikianlah, semoga Allah Ta’ala memberikan kekuatan agar kita istiqamah dalam taat. Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar