Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt., Dzat Yang Maha Awal dan Maha Akhir, Maha Kuasa dan Maha Adil. Semoga Alloh menjadikan kita golongan manusia yang istiqomah di jalan-Nya dan meraih husnul khotimah. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.
Saudaraku, musuh paling berat yang harus selalu kita waspadai adalah diri kita sendiri. Kita tak akan celaka kecuali oleh diri kita sendiri. Orang yang menyakiti kita, menghina kita, memfitnah kita, itu tidaklah berbahaya. Yang berbahaya ada jikalau kita yang menyakiti, menghina, memfitnah orang lain.
Kita rendah bukan karena direndahkan oleh orang lain, tapi kita rendah jikalau kita melakuan perbuatan rendah. Kita hina bukan karena dihinakan oleh orang lain, tapi kita hina jikalau kita melakukan perbuatan hina. Na’udzubillahi mindzalik.
Ada satu kisah memukau di dalam perang Khonqad. Saat itu, Amr bin Abd Wad al Amiri salah satu pembesar kaum kafir Quraisy menantang duel kepada pasukan kaum muslimin. Tantangan itu dilayani oleh Ali bin Abi Tholib r.a. Sehingga berlangsunglah sebuah duel yang sengit. Dalam duel itu al Amiri kalah tinggal selangkah saja bagi Ali untuk mengakhirinya.
Namun, dalam keadaan sudah terpojok, al Amiri meludahi Ali. Tiba-tiba, Ali yang sudah siap dengan pedangnya, mengurungkan diri dan meninggalkannya. Saat ditanya oleh para sahabat mengapa ia meninggalkannya, Ali menjawab, “Saat dia meludahiku, aku marah. Sedangkan aku hanya ingin menyudahinya karena Alloh, bukan karena amarahku.”
Maa syaa Alloh. Demikian hebat kemampuan Imam Ali dalam mengendalikan dirinya meski di tengah medan pertempuran sekalipun. Saudaraku, hawa nafsu adalah karunia dari Alloh Swt. Jika kita bisa mengendalikannya dan menggunakannya dengan niat dan cara yang benar, maka akan menjadi amal sholeh bagi kita. Namun, jikalau kita tidak bisa mengendalikannya, maka akan menjerumuskan kita kepada kubangan dosa.
Seperti mata kita ini. Zaman sekarang, objek apapun bisa dengan mudah kita saksikan, termasuk yang tidak hak untuk kita lihat. Jika kita tidak mengendalikan diri, bisa saja kita melihat apa saja, termasuk yang haram untuk dilihat, sesuai keinginan hawa nafsu kita. Namun, semakin kita turuti hawa nafsu kita seperti ini, maka semakin pekatlah hati kita dengan noda-noda dosa, dan semakin tersesatlah dari jalan kebenaran.
Sebaliknya, ketika kita bisa mengendalikan diri, bertemu dengan pemandangan yang haram, segera kita alihkan pandangan kita. Maka semakin terjagalah hati kita. Semakin mudah kita mengikuti jalan yang Alloh ridhoi.
Atau ketika timbul amarah di dalam dada. Orang yang tidak mengendalikan diri, bisa dengan mudahnya melampiaskan amarah sesuai hawa nafsunya. Kata-kata kotor, sumpah serapah, kutukan, makian bahkan hingga tindakan kekerasan, bisa ia lontarkan dan lakukan. Akan tetapi, seringkali yang demikian berakhir dengan penyesalan. Karena amarah yang diperturutkan tiada memberikan apapun selain dari keburukan. Itulah mengapa Rosululloh Saw. mewasiatkan kepada kita,“Jangan tumpahkan amarahmu, niscaya surga engkau dapatkan.” (HR. Tobroni)
Satu tahun sekali kita berjumpa dengan bulan Romadhon, bulan di mana kita disyariatkan untuk menunaikan ibadah shaum. Dan salah satu hikmah dari shaum adalah agar kita semakin kuat mengendalikan hawa nafsu kita sehingga bisa menggapai derajat takwa. Pengendalian diri adalah jalan menuju derajat mulia tersebut.
Tak ada kemuliaan bagi orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan jalan Alloh. Kemuliaan hanyalah bagi orang-orang yang gigih mengendalikan dan memelihara diri agar senantiasa jauh dari perbuatan-perbuatan yang tidak diriodhoi Alloh. Semoga Allah Swt. menggolongkan kita menjadi orang yang sanggup mengendalikan diri. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.[]
Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar