Saat sekarang, uang menjadi sumber motivasi seseorang melakukan apa pun. Bekerja untuk mendapatkan uang dalam jumlah besar, menggunakan cara-cara takhayul, sampai menikah dengan anak atau orang kaya meskipun memiliki perbedaan umur yang jauh adalah cara-cara yang masih banyak digunakan oleh masyarakat kita saat ini.
Dengan harapan, uang yang dihasilkan bisa mendatangkan kebahagiaan. Dengan mengikuti tren dan gaya hidup yang terus berubah saat ini. Uang menjadi sumber utama mendapatkan semua hal yang diinginkan.
Benarkah dengan memiliki uang dalam jumlah besar, seseorang bisa merasa lebih bahagia?
Jawabannya tergantung. Ya dan tidak. Jika kita mengacu pada teori kebutuhan Abraham Maslow akan sangat mudah untuk menjawabnya.
Menurut Maslow manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan ini memiliki tingkat dan hierarki. Berikut hirarki kebutuhan yang diungkapkan oleh Maslow.
1. Kebutuhan fisiologis
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan akan sosial
4. Kebutuhan akan penghargaan
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Ada 2 hal besar yang paling mencolok dari teori di atas. Pertama, saat satu kebutuhan berhasil dipuaskan, seseorang akan berhenti memenuhi kebutuhan tersebut. Ini adalah kebutuhan dasar yang pertama kali harus dipenuhi. Yaitu kebutuhan fisiologis. Anda akan berhenti makan dan minum ketika Anda telah kenyang dan terpuaskan.
Tapi, ada kebutuhan lain yang harus di penuhi secara terus menerus. Kebutuhan ini memiliki peran dan pengaruh besar terhadap seorang individu. Mulai dari kecepatan belajar, penyesuaian diri, produktivitas kerja, kesehatan secara fisik dan mental dan masih banyak manfaat lain.
Menjawab pertanyaan di atas, apakah dengan memiliki uang dalam jumlah besar bisa membuat seseorang bahagia?
Ya, jika orang tersebut masih fokus memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Seperti makan, minum dan tempat tinggal. Jelas sekali kalau uang bisa membuat mereka bahagia.
Tapi berbeda dengan orang yang telah bisa memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Uang bukan menjadi hal utama untuk merasa bahagia. Ada hal lain selain uang yang bisa membuat mereka bahagia seperti hubungan sosial dan penghargaan.
Kembali ke topik, berbicara tentang kebahagiaan dan uang, berikut beberapa alasan mengapa uang tidak bisa membuat Anda bahagia:
1. Kesenangan Yang Bersifat Sementara
Memang saat membeli barang baru seseorang pasti akan merasa senang dan bahagia. Apalagi jika diimbangi dengan brand yang sudah terkenal. Pasti akan menambah rasa percaya diri mereka saat berhubungan dengan orang lain.
Kebahagiaan itu akan semakin bertambah saat seseorang memberikan pujian “wah handphone kamu keluaran baru ya, berapa harganya? Bagaimana rasanya dibandingkan dengan mereka X? Apa saja kelebihannya?” dan pertanyaan lain seputar handphone misalnya. Pujian ini akan menambah kebahagiaan dan percaya dirinya.
Kebahagiaan di atas tidak ubahnya dengan kesenangan sesaat. Ia sulit dipertahankan dan memudar seiring waktu berjalan. Dibutuhkan pemahaman yang tepat bahwa kebahagiaan tidak bersumber dari barang-barang baru yang dimiliki.
Ada cara dan teknis khusus membuat seseorang bahagia dalam waktu lama. Semua itu bukan tentang uang. Kecuali saat ini Anda masih fokus memenuhi kebutuhan fisiologis Anda.
2. Syarat Untuk Bahagia Yang Salah
Apakah syarat untuk Anda bahagia adalah uang dengan memiliki materi Anda suka? Jika uang menjadi syarat kebahagian Anda, maka semakin sulit untuk Anda merasa bahagia. Anda akan bahagia jika Anda bisa membeli barang tersebut. Jika Anda tidak bisa memilikinya, Anda tidak akan merasa bahagia.
Banyak orang menetapkan syarat yang salah untuk bahagia. Mereka menganggap bahwa uang bisa membuat mereka bahagia. Mereka menetapkan syarat yang sulit untuk mereka bisa bahagia.
Mengapa tidak membuat syarat yang lebih mudah untuk merasa bahagia. Misalnya melewati waktu bersama pasangan Anda. Carilah syarat yang mudah Anda capai. Agar Anda mudah untuk bahagia.
3. Tidak Bijak Jika Uang Menjadi Tujuan Utama Atas Semua Tindakan Yang Dilakukan
Ini yang kurang tepat jika uang menjadi tujuan tertinggi seseorang. Ia bisa melakukan cara apa saja untuk bisa mendapatkan kertas persegi empat tersebut. Menghalalkan segala cara agar kertas bergambarkan orang yang dihormati ini bisa masuk ke kantong mereka. Semua ini semata-mata untuk mereka bisa bahagia.
Jika uang menjadi tujuan seseorang untuk bahagia, ia akan kehilangan nilai penting dalam melakukan pekerjaannya. Ia bisa menggadaikan hal penting yang ia jaga selama ini. Dan yang lebih parah keyakinannya pun dipertaruhkan agar bisa mengumpulkan kertas mahal tersebut.
Apakah ia akan bahagia saat mendapatkan tujuannya?
Tentu ia akan bahagia. Tapi berapa lama kira-kira kebahagiaan itu bisa bertahan?
Tujuan bukanlah tentang uang semata. Anda harus memiliki tujuan selain uang. Tujuan dengan muatan energi yang lebih besar. Dan tentunya ini bisa bertahan dalam waktu lama dan terus bertumbuh seiring waktu berjalan. Tujuan yang memfokuskan kepada kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Seperti keluarga, orangtua, bahkan orang lain di luar sana.
Inilah yang menjelaskan mengapa seseorang tidak termotivasi melakukan pekerjaannya setelah mereka mencapai tujuannya. Pikiran bawah sadarnya berkata “Tujuan sudah tercapai ni, waktunya istirahat. Kan tidak ada tujuan lain yang perlu dicapai”. Semua ini karena tujuan yang tidak ditumbuhkan dan terus di up to date.
4. Semakin Banyak Memiliki, Semakin Banyak Keinginan
Semakin baik kehidupan ekonomi seseorang, tentunya kebutuhan mereka pun semakin meningkat. Mereka dihadapkan dengan kebebasan untuk memilih barang-barang yang memiliki nilai beli yang lebih tinggi. Saat ia tidak bisa mengontrol arus keinginan yang begitu derasnya. Ia akan menjadi manusia yang lebih serakah.
Mereka tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Yang pada akhirnya membuat mereka sulit untuk merasa bahagia.
5. Digunakankah Semua Barang Yang Dibeli?
Dengan barang-barang yang Anda miliki, apakah Anda bisa menggunakan semuanya secara maksimal? Dengan semua tumpukan baju, celana, tas, sepatu, dan barang-barang lain yang tersusun rapi ditempatnya. Jika tidak bisa menggunakan semua barang tersebut, akan lebih bermanfaat jika dibagikan atau disumbangkan kepada orang lain lain yang lebih membutuhkannya.
Ini tentu akan membuat Anda menjadi lebih bahagia. Menjadikannya satu pengalaman berharga dalam hidup karena melihat orang yang dibantu bahagia. Anda juga bisa menjadikan semua barang yang tidak bermanfaat menjadi uang dengan menjualnya ke tempat penjual barang bekas. Kemudian menyumbang ke panti asuhan misalnya.
6. Memiliki Banyak Belum Tentu Baik
Perlu di perhatikan bahwa memiliki banyak belum tentu baik untuk diri Anda sendiri. Justru akan membuat Anda lebih sulit menikmati hal-hal kecil di luar sana. Menikmati terbenamnya matahari diikuti angin sepoi-sepoi, kupu-kupu yang terbang mengelilingi bunga yang sedang mekar dan hal-hal kecil lainnya.
Terkadang kebahagiaan datang dari hal-hal kecil di sekitar kita. Seperti menikmati hangatnya matahari terbit, berjalan di rumput hijau dengan kaki telanjang, menikmati embun pagi yang masih terlihat di taman.
7. Kebahagiaan Tidak Bisa Dibeli Di Toko
Kebahagiaan bukanlah barang yang berwujud. Bisa dilihat, dipegang atau disentuh. Ia hanya bisa dirasakan. Itulah sebabnya tidak ada satupun toko yang menjual kebahagiaan.
Seberapa banyak pun uang Anda, Anda tidak bisa menukar uang dengan kebahagiaan. Anda bisa mendapatkannya dengan cara-cara yang benar. Kabar baiknya, bukan tentang uang dan materi lain. Tapi melalui diri sendiri.
Diri sendirilah yang membuat kita bahagia. Ketenangan pikiran, menyatunya hati dan pikiranlah yang membuat kebagaiaan menjadi lebih bermakna. Pastinya, Anda bisa menikmatinya tanpa memiliki banyak uang. Uang bisa menjamin Anda untuk bertahan hidup tapi tidak untuk bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar