Mari sejenak menepi dari bisingnya kehidupan dunia. Mari menafakkuri apa yang telah Allah Ta’ala Firmankan di dalam ayat-ayat-Nya. Mari menelaah dan berkomitmen sungguh-sungguh untuk menjalankan apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam guna menjalani kehidupan sehari-hari yang kian rumit ini.
Dan, tak ada salahnya bagi kita untuk merenungi 11 nasihat yang disampaikan oleh sufi agung Imam al-Harits al-Muhasibi sebagaimana ditulis oleh Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam syarah Risalah al-Mustarsyidin.
Insya Allah, kita berhak mendapatkan bahagia dunia dan akhirat jika mengamalkannya.
1. Segala sesuatu memiliki esensi. Esensi manusia adalah akal. Esensi akal adalah taufik. Sehingga, esensi akal adalah kesabaran.
2. Orang-orang pilihan di antara umat ini adalah mereka yang tidak melupakan dunia karena akhirat, dan tidak melupakan akhirat karena dunia.
3. Akhlak yang mulia ialah tahan menanggung derita, hanya sedikit marah, berwajah ceria, dan berkata santun.
4. Barang siapa tidak bersyukur kepada Allah Ta’ala atas nikmat-Nya sama saja mengundang kebinasaan nikmat tersebut.
5. Zuhudnya seseorang sesuai dengan pengetahuannya. Pengetahuan seseorang sesuai dengan akalnya. Dan akal seseorang sesuai dengan kekuatan imannya.
6. Orang zalim akan menyesal, meski dipuji orang. Sedangkan orang yang dizalimi akan selamat meski dicaci orang. Orang yang bersikap qana’ah (merasa cukup dengan karunia Allah Ta’ala) adalah orang kaya, meskipun dia kelaparan. Dan orang yang tidak pernah merasa puas adalah orang miskin, meskipun dia memiliki segalanya.
7. Barang siapa membenahi bathinnya dengan merasa diawasi oleh Allah Ta’ala dan ikhlas , maka Allah Ta’ala akan menghiasi lahirnya dengan sikap kesungguhan berupaya sekuat tenaga dan mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.
8. Seseorang hanya akan menjadi baik jika Allah Ta’ala memperbaikinya berkat perlakuan baiknya kepada orang lain. Dan seseorang hanya akan menjadi rusak jika Allah Ta’ala membiarkannya rusak akibat perlakuan rusaknya terhadap orang lain.
9. Sifat penghambaan adalah Anda tidak merasa memiliki dan menyadari bahwa Anda tidak mampu merugikan atau memberikan manfaat kepada diri Anda sendiri.
10. Ikhlas adalah menyingkirkan segala makhluk dari interaksi dengan Allah Ta’ala, dan jiwa adalah makhluk pertama
11. Barang siapa bersungguh-sungguh mendidik bathinnya, niscaya Allah Ta’ala akan mewariskan interaksinya yang lebih bagus dengan sesama manusia. Barang siapa memperbagus interaksinya dengan sesama manusia serta bersungguh-sungguh mendidik bathinnya, niscaya Allah Ta’ala akan mewariskan hidayah kepadanya sebagaimana Firman-Nya, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. al-‘Ankabut [29]: 69)
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar