Sabtu, 25 Juni 2016

Dialog Rasulullah SAW dengan Iblis

Allah SWT telah memerintahkan seorang Malaikat menemui Iblis supaya dia menghadap Rasulullah SAW untuk memberitahu segala rahasianya, baik yang disukai maupun yang dibencinya. Hikmahnya ialah untuk meninggikan derajat Nabi Muhammad SAW dan juga sebagai peringatan dan perisai kepada umat manusia.

Maka Malaikat itu pun berjumpa Iblis dan berkata, “Hai Iblis! Bahwa Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar memberi perintah untuk menghadap Rasulullah SAW. Hendaklah engkau buka segala rahasiamu dan apapun yang ditanya Rasulullah hendaklah engkau jawab dengan sebenar-benarnya. Jikalau engkau berdusta walau satu perkataan pun, niscaya akan terputus semua anggota badanmu, uratmu, serta disiksa dengan azab yang amat keras.”

Mendengar ucapan Malaikat yang dahsyat itu, Iblis sangat ketakutan. Maka segeralah dia menghadap Rasulullah SAW dengan menyamar sebagai seorang tua yang buta sebelah matanya dan berjanggut putih 10 helai, panjangnya seperti ekor lembu.

Iblis pun memberi salam, sehingga 3 kali tidak juga dijawab oleh Rasulullah SAW. Maka sambut Iblis (alaihi laknat),

“Ya Rasulullah! Mengapa engkau tidak mejawab salamku? Bukankah salam itu sangat mulia di sisi Allah?” Maka jawab Nabi dengan marah, “Hai Aduwullah seteru Allah! Kepadaku engkau menunjukkan kebaikanmu? Janganlah mencoba menipuku sebagaimana kau tipu Nabi Adam a.s sehingga keluar dari syurga, Habil mati teraniaya dibunuh Qabil dengan sebab hasutanmu, Nabi Ayub engkau tiup dengan asap beracun ketika dia sedang sujud sembahyang hingga dia sengsara beberapa lama, kisah Nabi Daud dengan perempuan Urya, Nabi Sulaiman meninggalkan kerajaannya karena engkau menyamar sebagai isterinya dan begitu juga beberapa Anbiya dan pendeta yang telah menanggung sengsara akibat hasutanmu.

Hai Iblis! Sebenarnya salam itu sangat mulia di sisi Allah azza wajalla, cuma salammu saja aku tidak hendak menjawabnya karena diharamkan Allah. Maka aku kenal baik-baik engkaulah Iblis, raja segala iblis, syaitan dan jin yang menyamar diri. Apa kehendakmu datang menemuiku?”

Taklimat Iblis, “Ya Nabi Allah! Janganlah engkau marah. Karena engkau adalah Khatamul Anbiya maka dapat mengenaliku. Kedatanganku adalah diperintah Allah untuk memberitahu segala tipu dayaku terhadap umatmu dari zaman Nabi Adam hingga akhir zaman. Ya Nabi Allah! Setiap apa yang engkau tanya, aku bersedia menerangkan satu persatu dengan sebenarnya, tiadalah aku berani menyembunyikannya.”

Maka Iblis pun bersumpah menyebut nama Allah dan berkata, “Ya Rasulullah! Sekiranya aku berdusta barang sepatah pun niscaya hancur leburlah badanku menjadi abu.”

Apabila mendengar sumpah Iblis itu, Nabi pun tersenyum dan berkata dalam hatinya, inilah satu peluangku untuk menyiasati segala perbuatannya agar didengar oleh sekalian sahabat yang ada di majlis ini dan menjadi perisai kepada seluruh umatku.

Pertanyaan Nabi (1):
“Hai Iblis! Siapakah sebesar-besar musuhmu dan bagaimana aku terhadapmu?”

Jawab Iblis: “Ya Nabi Allah! Engkaulah musuhku yang paling besar di antara segala musuhku di muka bumi ini.” 

Maka Nabi pun memandang muka Iblis, dan Iblis pun menggeletar karena ketakutan. Sambung Iblis, “YaKhatamul Anbiya! Ada pun aku dapat merubah diriku seperti sekalian manusia, binatang dan lain-lain hingga rupa dan suara pun tidak berbeda, kecuali dirimu saja yang tidak dapat aku tiru karena dicegah oleh Allah.

Kiranya aku menyerupai dirimu, maka terbakarlah diriku menjadi abu. Aku cabut iktikad / niat anak Adam supaya menjadi kafir karena engkau berusaha memberi nasihat dan pengajaran supaya mereka kuat untuk memeluk agama Islam, begitu jugalah aku berusaha menarik mereka kepada kafir, murtad atau munafik. Aku akan menarik seluruh umat Islam dari jalan benar menuju jalan yang sesat supaya masuk ke dalam neraka dan kekal di dalamnya bersamaku.”

Pertanyaan Nabi (2):
“Hai Iblis! Bagaimana perbuatanmu kepada makhluk Allah?”

Jawab Iblis: “Adalah satu kemajuan bagi perempuan yang merenggangkan kedua pahanya kepada lelaki yang bukan suaminya, setengahnya hingga mengeluarkan benih yang salah sifatnya. Aku goda semua manusia supaya meninggalkan sholat, terbuai dengan makan minum, berbuat durhaka, aku lalaikan dengan harta benda daripada emas, perak dan permata, rumahnya, tanahnya, ladangnya supaya hasilnya dibelanjakan ke jalan haram. 

Demikian juga ketika pesta yang bercampur antara lelaki dan perempuan. Disana aku lepaskan sebesar-besar godaan supaya hilang peraturan dan minum arak. Apabila terminum arak itu maka hilanglah akal, fikiran dan malunya. Lalu aku ulurkan tali cinta dan terbukalah beberapa pintu maksiat yang besar, datang perasaan hasad dengki hingga kepada pekerjaan zina. Apabila terjadi kasih antara mereka, terpaksalah mereka mencari uang hingga menjadi penipu, peminjam dan pencuri.

Apabila mereka teringat akan salah mereka lalu hendak bertaubat atau berbuat amal ibadah, aku akan rayu mereka supaya mereka menangguhkannya. Bertambah keras aku goda supaya menambahkan maksiat dan mengambil isteri orang. Bila kena goda hatinya, datanglah rasa ria, takabur, megah, sombong dan melengahkan amalnya. Bila pada lidahnya, mereka akan gemar berdusta, mencela dan mengumpat. Demikianlah aku goda mereka setiap saat.”

Pertanyaan Nabi (3): 
“Hai Iblis! Mengapa engkau bersusah payah melakukan pekerjaan yang tidak mendatangkan faedah bahkan menambahkan laknat yang besar serta siksa yang besar di neraka yang paling bawah? Hai yang dikutuk Allah! Siapa yang menjadikanmu? Siapa yang melanjutkan usiamu? Siapa yang menerangkan matamu? Siapa yang memberi pendengaranmu? Siapa yang memberi kekuatan anggota badanmu?”

Jawab Iblis: “Semuanya itu adalah anugerah daripada Allah Yang Maha Besar juga. Tetapi hawa nafsu dan takabur membuatku menjadi jahat sebesar-besarnya. Engkau lebih tahu bahwa Diriku telah beribu-ribu tahun menjadi ketua seluruh Malaikat dan pangkatku telah dinaikkan dari satu langit ke satu langit yang tinggi. Kemudian Aku tinggal di dunia ini beribadat bersama sekalian Malaikat beberapa waktu lamanya.

Tiba-tiba datang firman Allah SWT hendak menjadikan seorang Khalifah di dunia ini, maka akupun membantah. Lalu Allah menciptakan lelaki (Nabi Adam) lalu dititahkan seluruh Malaikat memberi hormat kepada lelaki itu, kecuali aku yang ingkar. Oleh karena itu Allah murka kepadaku dan wajahku yang tampan rupawan dan bercahaya itu bertukar menjadi keji dan kelam. Aku merasa sakit hati. Kemudian Allah menjadikan Adam raja di surga dan dikaruniakan seorang permaisuri (Siti Hawa) yang memerintah seluruh bidadari. Aku bertambah dengki dan dendam kepada mereka.

Akhirnya aku berhasil menipu mereka melalui Siti Hawa yang menyuruh Adam memakan buah Khuldi, lalu keduanya diusir dari surga ke dunia. Keduanya berpisah beberapa tahun dan kemudian dipertemukan Allah (di Padang Arafah), hingga mereka mendapat beberapa orang anak. Kemudian kami hasut anak lelakinya Qabil supaya membunuh saudaranya Habil. Itu pun aku masih tidak puas hati dan berbagai tipu daya aku lakukan hingga Hari Kiamat.

Sebelum Engkau lahir ke dunia, aku beserta bala tentaraku dengan mudah dapat naik ke langit untuk mencuri segala rahasia serta tulisan yang menyuruh manusia beribadah serta balasan pahala dan surga mereka. Kemudian aku turun ke dunia, dan memberitahu manusia yang lain daripada apa yang sebenarnya aku dapatkan, dengan berbagai tipu daya hingga tersesat dengan berbagai kitab bid’ah dan carut-marut.

Tetapi ketika engkau lahir ke dunia ini, maka aku tidak dibenarkan oleh Allah untuk naik ke langit serta mencuri rahasia, karena banyak Malaikat yang menjaga di setiap lapisan pintu langit. Jika aku berkeras juga hendak naik, maka Malaikat akan melontarkan anak panah dari api yang menyala. Sudah banyak bala tentaraku yang terkena lontaran Malaikat itu dan semuanya terbakar menjadi abu. Maka besarlah kesusahanku dan bala tentaraku untuk menjalankan tugas menghasut.”

Pertanyaan Nabi (4):
“Hai Iblis! Apakah yang pertama engkau tipu dari manusia?”

Jawab Iblis: “Pertama sekali aku palingkan iktikad / niatnya, imannya kepada kafir juga ada dari segi perbuatan, perkataan, kelakuan atau hatinya. Jika tidak berhasil juga, aku akan tarik dengan cara mengurangi pahala. Lama-kelamaan mereka akan terjerumus mengikut kemauan jalanku.”

Pertanyaan Nabi (5):
“Hai Iblis! Jika umatku sholat karena Allah, bagaimana keadaanmu?”

Jawab Iblis: “Sebesar-besarnya kesusahanku. Gemetarlah badanku dan lemah tulang sendiku. Maka aku kerahkan berpuluh-puluh iblis datang menggoda seorang manusia, pada setiap anggota badannya.

Setengah-setengahnya datang pada setiap anggota badannya supaya malas sholat, was-was, terlupa bilangan rakaatnya, bimbang pada pekerjaan dunia yang ditinggalkannya, senantiasa hendak cepat habis sholatnya, hilang khusyuknya – matanya senantiasa menjeling ke kiri kanan, telinganya senantiasa mendengar orang bercakap serta bunyi-bunyi yang lain. Setengah Iblis duduk di belakang badan orang yang sholat itu supaya dia tidak kuasa sujud berlama-lama, penat atau duduk tahiyat dan dalam hatinya senantiasa hendak cepat habis sholatnya, itu semua membawa kepada kurangnya pahala. Jika para Iblis itu tidak dapat menggoda manusia itu, maka aku sendiri akan menghukum mereka dengan seberat-berat hukuman.”

Pertanyaan Nabi (6):
“Jika umatku membaca Al-Quran karena Allah, bagaimana perasaanmu?”

Jawab Iblis: “Jika mereka membaca Al-Quran karena Allah, maka rasa terbakarlah tubuhku, putus-putus segala uratku lalu aku lari daripadanya.”

Pertanyaan Nabi (7):
“Jika umatku mengerjakan haji karena Allah, bagaimana perasaanmu?”

Jawab Iblis: “Binasalah diriku, gugurlah daging dan tulangku karena mereka telah mencukupkan rukun Islamnya.”

Pertanyaan Nabi (8):
“Jika umatku berpuasa karena Allah, bagaimana keadaanmu?”

Jawab Iblis: “Ya Rasulullah! Inilah bencana yang paling besar bahayanya kepadaku. Apabila masuk awal bulan Ramadhan, maka memancarlah cahaya Arasy dan Kursi, bahkan seluruh Malaikat menyambut dengan suka cita. Bagi orang yang berpuasa, Allah akan mengampunkan segala dosa yang lalu dan digantikan dengan pahala yang amat besar serta tidak dicatatkan dosanya selama dia berpuasa. Yang menghancurkan hatiku ialah segala isi langit dan bumi, yakni Malaikat, bulan, bintang, burung dan ikan-ikan semuanya siang malam mendoakan ampunan bagi orang yang berpuasa. Satu lagi kemuliaan orang berpuasa ialah dimerdekakan pada setiap masa dari azab neraka. Bahkan semua pintu neraka ditutup manakala semua pintu surga dibuka seluas-luasnya, serta dihembuskan angin dari bawah Arasy yang bernama Angin Syirah yang amat lembut ke dalam surga. Pada hari umatmu mulai berpuasa, dengan perintah Allah datanglah sekalian Malaikat dengan garangnya menangkapku dan tentaraku, jin, syaitan dan ifrit lalu dipasung kaki dan tangan dengan besi panas dan dirantai serta dimasukkan ke bawah bumi yang amat dalam. Di sana pula beberapa azab yang lain telah menunggu kami. Setelah habis umatmu berpuasa barulah aku dilepaskan dengan perintah agar tidak mengganggu umatmu. Umatmu sendiri telah merasa ketenangan berpuasa sebagaimana mereka bekerja dan bersahur seorang diri di tengah malam tanpa rasa takut dibandingkan bulan biasa.”

Pertanyaan Nabi (9):
“Hai Iblis! Bagaimana seluruh sahabatku menurutmu?”

Jawab Iblis: “Seluruh sahabatmu juga adalah sebesar – besar seteruku. Tiada upayaku melawannya dan tiada satu tipu daya yang dapat masuk kepada mereka. Karena engkau sendiri telah berkata: “Seluruh sahabatmu adalah seperti bintang di langit, jika kamu mengikuti mereka, maka kamu akan mendapat petunjuk.”

Sayidina Abu Bakar al-Siddiq sebelum bersamamu, aku tidak dapat mendekatinya, apalagi setelah berdampingan denganmu. Dia begitu percaya atas kebenaranmu hingga dia menjadi wazirul a’zam. Bahkan engkau sendiri telah mengatakan jika ditimbang seluruh isi dunia ini dengan amal kebajikan Abu Bakar, maka akan lebih berat amal kebajikan Abu Bakar. Tambahan pula dia telah menjadi mertuamu karena engkau menikah dengan anaknya, Sayidatina Aisyah yang juga banyak menghafadz Hadits-haditsmu. 

Sayidina Umar Al-Khattab pula tidaklah berani aku pandang wajahnya karena dia sangat keras menjalankan hukum syariat Islam dengan seksama. Jika aku pandang wajahnya, maka gemetarlah segala tulang sendiku karena sangat takut. Hal ini karena imannya sangat kuat apalagi engkau telah mengatakan, “Jikalau adanya Nabi sesudah aku maka Umar boleh menggantikan aku”, karena dia adalah orang harapanmu serta pandai membedakan antara kafir dan Islam hingga digelar ‘Al-Faruq’.

Sayidina Usman Al-Affan lagi, aku tidak bisa bertemu, karena lidahnya senantiasa bergerak membaca Al-Quran. Dia penghulu orang sabar, penghulu orang mati syahid dan menjadi menantumu sebanyak dua kali. Karena taatnya, banyak Malaikat datang melawat dan memberi hormat kepadanya karena Malaikat itu sangat malu kepadanya hingga engkau mengatakan, “Barang siapa menulis Bismillahir rahmanir rahim pada kitab atau kertas-kertas dengan dakwat merah, niscaya mendapat pahala seperti pahala Usman mati syahid.”

Sayidina Ali Abi Talib pun aku sangat takut karena hebatnya dan gagahnya dia di medan perang, tetapi sangat sopan santun, alim orangnya. Jika iblis, syaitan dan jin memandang beliau, maka terbakarlah kedua mata mereka karena dia sangat kuat beribadat serta beliau adalah golongan orang pertama memeluk agama Islam dan tidak pernah menundukkan kepalanya kepada sembarang berhala. Bergelar ‘Ali Karamullahu Wajhahu’ – dimuliakan Allah akan wajahnya dan juga ‘Harimau Allah’ dan engkau sendiri berkata, “Akulah negeri segala ilmu dan Ali itu pintunya.” Tambahan pula dia menjadi menantumu, semakin aku ngeri kepadanya.”

Pertanyaan Nabi (10):
“Bagaimana tipu daya engkau kepada umatku?”

Jawab Iblis: “Umatmu itu ada tiga macam. Yang pertama seperti hujan dari langit yang menghidupkan segala tumbuhan yaitu ulama yang memberi nasihat kepada manusia supaya mengerjakan perintah Allah serta meninggalkan laranganNya seperti kata Jibril a.s, “Ulama itu adalah pelita dunia dan pelita akhirat.”

Yang kedua umat tuan seperti tanah yaitu orang yang sabar, syukur dan ridha dengan karunia Allah. Berbuat amal soleh, tawakal dan kebajikan.

Yang ketiga umatmu seperti Firaun; terlampau tamak dengan harta dunia serta dihilangkan amal akhirat. Maka akupun bersukacita lalu masuk ke dalam badannya, aku putarkan hatinya ke lautan durhaka dan aku hela ke mana saja mengikuti kehendakku. Jadi dia senantiasa bimbang kepada dunia dan tidak hendak menuntut ilmu, tiada masa beramal ibadah, tidak hendak mengeluarkan zakat, miskin dalam beribadah.

Lalu aku goda agar minta kaya dulu, dan apabila diizinkan Allah dia menjadi kaya, maka dilupakan beramal, tidak berzakat seperti Qarun yang tenggelam dengan istana mahligainya. Bila umatmu terkena penyakit tidak sabar dan tamak, dia senantiasa bimbang akan hartanya dan setengahnya asyik hendak merebut harta dunia, bercakap besar sesama Islam, benci dan menghina kepada yang miskin, membelanjakan hartanya untuk jalan maksiat, tempat judi dan perempuan lacur.”

Pertanyaan Nabi (11):
“Siapa yang serupa dengan engkau?”

Jawab Iblis: “Orang yang meringankan syariatmu dan membenci orang belajar agama Islam.”

Pertanyaan Nabi (12):
“Siapa yang mencahayakan muka engkau?”

Jawab Iblis: “Orang yang berdosa, bersumpah bohong, saksi palsu, pengingkar janji.”

Pertanyaan Nabi (13):
“Apakah rahasia engkau kepada umatku?”

Jawab Iblis: “Jika seorang Islam pergi buang air besar serta tidak membaca doa pelindung syaitan, maka aku gosok-gosokkan najisnya sendiri ke badannya tanpa dia sadari.”

Pertanyaan Nabi (14):
“Jika umatku bersatu dengan isterinya, bagaimana hal engkau?”

Jawab Iblis: “Jika umatmu hendak bersetubuh dengan isterinya serta membaca doa pelindung syaitan, maka larilah aku dari mereka. Jika tidak, aku akan bersetubuh dahulu dengan isterinya, dan bercampurlah benihku dengan benih isterinya. Jika menjadi anak maka anak itu akan gemar kepada pekerjaan maksiat, malas pada kebaikan, durhaka. Ini semua karena kealpaan ibu bapaknya sendiri. Begitu juga jika mereka makan tanpa membaca Bismillah, aku yang dahulu makan daripadanya. Walaupun mereka makan, tiadalah merasa kenyang.”

Pertanyaan Nabi (15):
“Dengan jalan apa dapat menolak tipu daya engkau?”

Jawab Iblis: “Jika dia berbuat dosa, maka dia kembali bertaubat kepada Allah, menangis menyesal akan perbuatannya. Apabila marah segeralah mengambil air wudhu’, maka padamlah marahnya.”

Pertanyaan Nabi (16):
“Siapakah orang yang paling engkau lebih sukai?”

Jawab Iblis: Lelaki dan perempuan yang tidak mencukur atau mencabut bulu ketiak atau bulu ari-ari (bulu kemaluan) selama 40 hari. Di situlah aku mengecilkan diri, bersarang, bergantung, berbuai seperti pijat pada bulu itu.”

Pertanyaan Nabi (17):
“Hai Iblis! Siapakah saudara engkau?”

Jawab Iblis: “Orang yang tidur meniarap/telungkup, orang yang matanya terbuka di waktu subuh tetapi menyambung tidur lagi. Lalu aku lenakan dia hingga terbit fajar. Demikian juga pada waktu zuhur, asar, maghrib dan isya’, aku beratkan hatinya untuk sholat.”

Pertanyaan Nabi (18):
“Apakah jalan yang membinasakan diri engkau?”

Jawab Iblis: “Orang yang banyak menyebut nama Allah, bersedekah dengan tidak diketahui orang, banyak bertaubat, banyak tadarus Al-Quran dan sholat tengah malam.”

Pertanyaan Nabi (19):
“Hai Iblis! Apakah yang memecahkan mata engkau?”

Jawab Iblis: “Orang yang duduk di dalam masjid serta beritikaf di dalamnya”

Pertanyaan Nabi (20):
“Apa lagi yang memecahkan mata engkau?”

Jawab Iblis: “Orang yang taat kepada kedua ibu bapaknya, mendengar kata mereka, membantu makan dan pakaian mereka selama mereka hidup, karena engkau telah bersabda, ‘Surga itu di bawah telapak kaki ibu’

**Semoga artikel ini dapat menjadi renungan kita semua agar menjadi lebih baik lagi dalam beramal sholeh dan beribadah kepada Allah SWT…

Shalat Sunnah yang mengharamkan pelakunya dari Api Neraka

Di akhirat kelak, setelah selesai rangkaian hisab, hanya ada dua tempat kembali. Yang pertama adalah surga dan yang kedua adalah neraka. Jika seseorang tidak masuk surga, ia akan masuk neraka. Sebaliknya, diharamkan masuk neraka, berarti ia masuk surga.

Tahukah Anda? ada shalat sunnah yang fadhilahnya membuat pelakunya diharamkan masuk neraka.

Menariknya, shalat sunnah ini jarang dilakukan. Kalaupun ada yang rutin melakukannya, mungkin hanya 1 dari 1000 muslim yang ada. Shalat sunnah ini tidak lain adalah empat rakaat qabliyah (sebelum) Zhuhur dan empat rakaat ba’diyah (setelah) Zhuhur.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرُمَ عَلَى النَّارِ

“Barangsiapa menjaga empat rakaat sebelum Zhuhur dan empat rakaat sesudahnya, maka diharamkan neraka atasnya” (HR. Abu Daud; shahih)

مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللَّهُ تَعَالَى عَلَى النَّارِ

“Barangsiapa menjaga empat rakaat sebelum Zhuhur dan empat rakaat sesudahnya, maka Allah Ta’ala mengharamkannya masuk neraka” (HR. An Nasa’i; shahih)

مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ

“Barangsiapa menjaga empat rakaat sebelum Zhuhur dan empat rakaat sesudahnya, maka Allah mengharamkannya masuk neraka” (HR. Tirmidzi; shahih)

Bahkan dalam riwayat lain, disebutkan lebih ringan dengan kata mengerjakan shalat, bukan menjaganya. Yang artinya, membiasakan, tidak berarti harus setiap hari.

مَنْ صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعًا بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى النَّارِ

“Barangsiapa shalat empat rakaat sebelum Zhuhur dan empat rakaat sesudahnya, maka Allah Azza wa Jalla mengharamkannya masuk neraka” (HR. An Nasa’i dan Ahmad; shahih)

مَنْ رَكَعَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعًا بَعْدَهَا حَرَّمَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَحْمَهُ عَلَى النَّارِ

“Barangsiapa shalat empat rakaat sebelum Zhuhur dan empat rakaat sesudahnya, maka Allah Azza wa Jalla mengharamkannya masuk neraka” (HR. An Nasa’i; shahih)

Mengapa banyak orang yang tidak mengerjakan shalat delapan rakaat ini? Di antaranya, karena tidak semua dari delapan rakaat itu adalah shalat sunnah muakkad.

Seperti jamak diketahui, shalat sunnah rawatib terbagi menjadi muakkad dan ghairu muakkad. Shalat sunnah muakkad yang mengiringi shalat Zhuhur adalah empat rakaat qabliyah dan dua rakaat ba’diyah. Sedangkan sisanya, dua rakaat ba’diyah lagi merupakan ghairu muakkad. Namun ternyata keseluruhan paket delapan rakaat itu merupakan shalat sunnah dengan fadhilah yang luar biasa; mengharamkan pelakunya dari neraka.

Rabu, 22 Juni 2016

Antara Facebook dan Dinding Ratapan Yahudi

1. Tembok Ratapan

Ibu Kota Israel yang luasnya sekitar 700 kilometer ini adalah kota yang berdiri di sekitar pegunungan yang indah. Penuh dengan situs-situs suci bagi umat berbagai agama, sehingga menjadi magnet bagi wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Tembok Barat alias Tembok Ratapan, misalnya. Dinding bait suci di Jerusalem yang dibangun oleh Raja Salomon atau Sulaiman dan Bait Suci itu hancur ketika Israel diserbu tentara Romawi pada 70 Masehi. Bangsa Yahudi percaya tembok ini tidak ikut hancur karena di tempat ini berdiam Shekhinah. Dengan demikian, berdoa di tembok ini sama artinya berdoa kepada Tuhan. Biasanya, peziarah dari berbagai penjuru dunia juga menyelipkan kertas doa di sela-sela batu tembok ratapan.

Tembok ini dulunya dikenal hanya sebagai Tembok Barat, tetapi kini disebut “Tembok Ratapan” karena di situ orang Yahudi berdoa dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan. Selain mengucapkan doa-doa mereka, orang Yahudi juga meletakkan doa mereka yang ditulis pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding itu.

2. Apakah Hubungan Tembok Ratapan dengan Wall Facebook?

Kenapa di Facebook mempunyai Wall (Dinding/Tembok)? Karena pemiliknya, Mark Zuckerberg  adalah orang Yahudi—walau kabar terakhir dia mengproklamirkan diri sebagai atheis, (mungkin) terinspirasi dari salah satu tempat suci Yahudi di Yerusalem yang bernama Tembok Ratapan. Dimana kaum Yahudi melakukan ritual ibadah dengan berdoa dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan. Selain mengucapkan doa-doa mereka, orang Yahudi juga meletakkan doa mereka yang ditulis pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding itu. Itulah (mungkin) inspirasi Facebook Wall, untuk curhat, dan sebagainya.

3. Tembok Ratapan = Wall Facebook?

Tembok ratapan itu kini masih berdiri, dan masih banyak orang datang ke sana untuk berdoa dan meratap, sekaligus menuliskan harapan-harapannya lalu menyelipkannya ke dinding- dinding tembok itu. Nah, kini ada sebuah tembok baru yang dibuat di luar tembok ratapan itu. Jika yang datang ke tembok ratapan sebagian besar adalah orang-orang Yahudi, maka di tembok baru itu, yang datang meratap bukan saja orang-orang Yahudi, tetapi juga orang-orang Muslim dan orang-orang umum. Mereka dengan leluasa meratap, mengeluarkan keluh kesahnya, menuliskan harapan-harapannya, dan menghaturkan doa-doanya. Bahkan, jika Tembok Ratapan di Palestina hanya sedikit pengunjungnya, itu pun tidak setiap hari, maka tembok yang baru ini selalu dipenuhi oleh pengunjung dari segala penjuru dunia tiap harinya. Bahkan ada yang setiap hari tidak pernah meninggalkan tembok baru ini saking khusyuknya ibadah mereka di tempat itu.

Meski begitu, ia tidak pernah sesak, para pengunjungnya bisa dengan leluasa mengunjungi tembok-tembok itu. Bahkan,mereka diberikan kemudahan dengan dibebaskannya mereka membuat privatisasi pada sebagian tembok tertentu. Mereka bisa menuliskan harapannya, menyelipkan keluh kesah dan doa-doa panjangnya di dinding- dinding tembok itu, bahkan kini mereka juga dapat menyelipkan foto-foto diri mereka. Mereka juga dapat berinteraksi dengan pengunjung lain yang juga menjadi peratap di tembok itu. Kadang, mereka saling bertukar komentar atas keluhan, harapan, doa, atau sekadar celoteh kecil yang disisipkan di dinding mereka. Begitu mudah, begitu akrab, dan begitu alami…

Kini, tembok ratapan itu bernama Facebook. Di Facebook, kita mengenal istilah wall/dinding. Di sana kita biasa mencurahkan isi kepala kita, harapan, doa dan sebagainya. Secara konseptual, ini sama dengan konsep tembok ratapannya orang Yahudi. Bedanya, tembok ratapan kita itu adalah tembok maya, sementara tembok ratapan orang Yahudi itu bersifat nyata.

Ya, di sini kita bisa melihat bagaimana orang Yahudi itu mengamalkan ajaran agamanya, bahkan sampai di dunia maya. Bukankah pemilik dan penggagas facebook ini adalah orang Yahudi?

4. Memanfaatkan Facebook untuk Dakwah

Inilah pemanfaatan yang paling baik yaitu facebook dimanfaatkan untuk dakwah. Betapa banyak orang yang senang dikirimi pesan nasehat agama yang dibaca di inbox, note atau melalui link mereka. Banyak yang sadar dan kembali kepada jalan kebenaran karena membaca nasehat-nasehat tersebut. Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain apalagi dalam masalah agama yang dapat mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling memberikan manfaat bagi orang lain.” (Al Jaami’ Ash Shogir, no. 11608)

Dari Abu Mas’ud Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa memberi petunjuk pada orang lain, maka dia mendapat ganjaran sebagaimana ganjaran orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang melalui perantaraanmu maka itu lebih baik bagimu daripada mendapatkan unta merah (harta yang paling berharga orang Arab saat itu).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Setiap saat para facebookers meng update statusnya agar bisa dinikmati dan dikomentari oleh orang lainnya. Lupa atau sengaja hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga, menjadi kebanggaan di statusnya. Dan fenomena demikian menjadi Tanda Besar buat kita umat Islam, hegemoni ‘kesenangan semu’ dan dibungkus dengan ‘persahabatan fatamorgana’ ditampilkan dengan mudahnya celoteh dan status dalam facebook yang melindas semua tata krama tentang malu, tentang menjaga Kehormatan Diri dan keluarga .

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan dengan sindiran keras kepada kita, “Apabila kamu tidak malu maka perbuatlah apa yang kamu mau.” (Bukhari).

Beberapa orang sering dgn mudahnya meng-up date status mereka dgn kata-kata yg tidak jelas, entah apa tujuannya selain untuk numpang beken, cari perhatian dan pengin ada komen- komen dari lainnya.

> Dingin . . .
> B.E.T.E. . . .
> Capek
> Puanass buaget neh !
> Arghhh .. . !!!!
> Gile tuh org !
> Aku masih menanti . . .
> Galau..!!
> etc….

Alangkah lebih baiknya jika kita memanfaatkan facebook untuk hal-hal yang bernilai positif, saling berkirim tausiyah, saling memberi semangat dan motivasi. Mulai sekarang jauhi kata-kata negative dan hal-hal yang tidak bermanfaat di facebook. Jangan jadikan dinding facebook kita sebagai dinding ratapan, tempat untuk mengeluarkan segala keluh kesah, mengeluarkan emosi dan amarah, yang bisa jadi hal itu dapat melukai hati sahabat-sahabat kita. Mulai saat ini mari kita gunakan facebook untuk kebaikan, untuk menambah pundi-pundi pahala kita, saling berbagi motivasi dan nasihat. Karena berbagi itu Indah. 

Sabtu, 18 Juni 2016

Kaum Introvert adalah Calon Pemimpin yang baik

Selama ini kualitas pemimpin kerap disandingkan dengan sifat-sifat kaum ekstrovert: percaya diri, supel, suka perhatian, hobi bicara. Kita sering lupa bahwa banyak orang besar di luar sana yang justru dikenal karena sikapnya yang tenang, berkarisma walau gak banyak bicara, dan rela bekerja di balik layar tanpa menerima tepuk tangan dari atas panggung. Bill Gates, Marissa Mayer, Bung Hatta: mereka bertiga adalah bukti nyata bahwa kamu yang introvert juga bisa menjadi orang yang dihormati dan berpengaruh.

Kualitas khas pemimpin apa lagi yang ada secara alami dalam diri para introvert ini? Simak dalam artikel berikut dan yakinkan teman introvertmu kalau mereka adalah orang dengan potensi besar.

1. Dengan kepekaan alami yang mereka miliki, introvert bisa mendengar serta memahami orang lain dengan brilian

Secara umum orang introvert adalah pendengar yang baik. Bukan karena mereka terlalu pemalu untuk mengekspresikan pendapatnya, namun karena kepekaan mereka pada lingkungan sekitar membuat mereka mudah saja menyimak dan memahami apa yang orang lain katakan. Mereka yang introvert pun lebih memilih untuk menunggu dan mendengar apa yang disampaikan orang lain hingga orang tersebut selesai bicara. Mereka tidak pernah merasa harus terburu-buru menambahkan pendapatnya.

Dengan mendengar, mereka jadi lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh orang lain, termasuk atasan maupun bawahannya. Dan seperti yang kita tahu, seorang pemimpin yang bijaksana harus peka terhadap apa yang dibutuhkan rakyat atau staf-stafnya.

2. Kebiasaan berpikir sebelum bertindak membuat mereka tak sembarangan dalam menghadapi tantangan

Tidak seperti ekstrovert yang easy going dan serba spontan (apalagi kalau lagi di depan orang lain), seorang introvert tidak akan mau buru-buru terjun ke suatu jurang sebelum mengetahui seberapa dalam lubangnya. Dia akan menggunakan sumber daya yang ia punya – entah itu sahabat karib atau mentor – untuk menyusun strategi dengan matang dan menggali informasi dalam-dalam. Alhasil, ketika sudah terjun ke “lubang” tersebut, mereka sudah punya informasi dan strategi yang bisa menjadi “bekal” mereka bertahan di lubang itu selama berhari-hari.

Ini bukan berarti bahwa kerja spontan ala ekstrovert itu buruk. Namun, bukankah masalah-masalah yang pelik memang sepatutnya diselesaikan dengan strategi dan pemikiran yang dalam? Seorang introvert akan terlatih untuk menelisik masalah dengan hati-hati. Bukankah itu suatu kelebihan?

3. Kepribadian mereka yang tenang dan ‘dalam’ adalah amunisi untuk menyelesaikan suatu permasalahan hingga ke akar

Seperti seorang seniman, introvert cenderung memiliki kepribadian yang ‘dalam’. Misalnya, ketika dia baru bertemu kamu, dia tidak akan puas hanya mengobrol basa-basi denganmu. Dia akan berusaha membawa pembicaraan ke topik yang lebih personal karena tak mau hanya mengenalmu secara dangkal.

Kecenderungan untuk menyikapi segala hal dengan lebih dalam ini tak ternilai harganya ketika dibawa ke dalam metode pemecahan masalah. Pemimpin introvert akan berusaha menggali berbagai macam sisi dari suatu permasalahan yang sedang ia hadapi. Mereka tidak akan puas dengan informasi-informasi yang tak lengkap alias setengah-setengah. Mereka akan berusaha menambah pemahaman tentang suatu permasalahan, dan ini pada akhirnya bisa membantu mereka menemukan solusi terbaik dari masalah tersebut.

Pemikiran yang dalam dan thoughtful ini juga memberikan seorang pemimpin introvert kemampuan untuk merasakan kalau ada sesuatu yang tak beres dalam kinerjanya. Mereka pun bisa mengantisipasi atau mengindentifikasi masalah sebelum menyelesaikannya secara sempurna.

4. Terbiasa bekerja sendirian, orang introvert sudah pasti bisa diandalkan

Ketika banyak orang takut mengerjakan apa-apa sendirian, mereka yang introvert justru menikmati bekerja sendiri. Kesendirian akan memberinya kesempatan buat tenang dan lebih fokus. Selain itu, orang introvert sangat menyukai kesendirian karena mereka menyukai introspeksi diri, melihat diri sendiri untuk mencari kekurangan dan memperbaiki diri.

Introvert punya kekuatan dari dalam dirinya untuk melahirkan ide, perspektif baru dan solusi. Waktu yang tenang saat menyendiri sangat penting untuk melahirkan ide baru bagi mareka. Kemampuan unggulan mereka yang introvert adalah level fokus yang tak tertandingi. Saat orang lain mudah terdistraksi oleh video lucu di Youtube atau Facebook, orang introvert bisa lebih tetap fokus pada pekerjaan mereka.

5. Sebagaimana es, kepala mereka akan tetap dingin di tengah suasana yang panas

Introvert punya energi yang menghadirkan ketenangan, bukan meledak-ledak seperti ekstrovert. Dalam percakapan yang memanas, introvert gak memaksakan diri untuk ingin didengar. Mereka tetap berada pada zonanya, tenang dan menyimak.

Lalu bagaimana dengan kepemimpinannya jika dia hanya diam? Diam bukan berarti mereka tidak paham apa-apa. Justru yang dibutuhkan adalah kehadirannya yang menenangkan suasana.

Pemimpin introvert akan sebisa mungkin menjaga kepala dinginnya. Di tengah keadaan paling mereka justru menampilkan tenang, percaya diri dan meyakinkan. Seperti Presiden Obama, orang introvert tetap bicara dengan perlahan dan lembut meskipun suasana semakin panas.

6. Karena keahlian bicara bukan kartu truf mereka, kemampuan menulis para introvert biasanya di atas rata-rata

Menjadi introvert gak menjadikan mereka sebagai orang yang punya skill komunikasi yang buruk sama sekali, lho. Melalui tulisan, seorang introvert akan lebih jelas dan sering menngekspresikan apa yang ada di dalam kepalanya. Di tengah dunia yang makin tergila-gila dengan teknologi, kebiasaanya untuk menulis mungkin terlihat kuno. Namun percayalah, dengan skill menulis yang memadai orang introvert justru bisa berkomunikasi dengan jelas dan langsung pada intinya. Pemimpin introvert cenderung menyukai menulis daripada berbicara. Kenyamanannya untuk menulis seringkali menghasilkan elaborasi sebuah hal dengan lebih jelas.

Tidak Usah Peduli Apa Kata Orang. Soal Komitmen Hubungan, Kamu Sendiri yang Akan Tentukan

7. Mereka secara alami sudah memiliki karakter seorang pemimpin: tidak bisa berdiam diri dan tak pernah cepat puas

Orang introvert tak akan mau jemawa dan cepat puas dengan apa yang telah dia peroleh. Hasrat dan rasa ‘lapar’ untuk berimprovisasi secara berkelanjutan ini bisa menjadi keuntungan bagi bisnis yang mereka jalankan. Kalaupun belum menjadi bos, atasan para introvert pasti senang kalau karyawannya selalu mau memperbaiki diri.

Mereka yang introvert kemungkinan besar dapat mengidentifikasi perihal apa yang harus ditingkatkan kinerjanya. Kesadaran dan fokus tinggi semcam ini akan menjadi kualitas penting dalam perkembangannya menjadi seorang pemimpin. Mereka akan memotivasi dan menantang bawahannya untuk berusaha menyamai apa yang ia lakukan dengan mengevaluasi dirinya sendiri, kolega dan timnya untuk meningkatkan kualitas diri dalam pekerjaan.

Jika kamu seorang introvert yang kebetulan lagi membaca artikel ini, kamu gak boleh jumawa. Gak ada jaminan kalau kamu bakal jadi pemimpin besar tanpa kerja keras, kemamuan belajar dan hasrat untuk jadi lebih baik dari sebelumnya. Pertanyaannya, sudah siapkah kamu mulai mengasah talenta alamimu ini?

Jumat, 17 Juni 2016

Mengendalikan Diri

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt., Dzat Yang Maha Awal dan Maha Akhir, Maha Kuasa dan Maha Adil. Semoga Alloh menjadikan kita golongan manusia yang istiqomah di jalan-Nya dan meraih husnul khotimah. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, musuh paling berat yang harus selalu kita waspadai adalah diri kita sendiri. Kita tak akan celaka kecuali oleh diri kita sendiri. Orang yang menyakiti kita, menghina kita, memfitnah kita, itu tidaklah berbahaya. Yang berbahaya ada jikalau kita yang menyakiti, menghina, memfitnah orang lain.

Kita rendah bukan karena direndahkan oleh orang lain, tapi kita rendah jikalau kita melakuan perbuatan rendah. Kita hina bukan karena dihinakan oleh orang lain, tapi kita hina jikalau kita melakukan perbuatan hina. Na’udzubillahi mindzalik.

Ada satu kisah memukau di dalam perang Khonqad. Saat itu, Amr bin Abd Wad al Amiri salah satu pembesar kaum kafir Quraisy menantang duel kepada pasukan kaum muslimin. Tantangan itu dilayani oleh Ali bin Abi Tholib r.a. Sehingga berlangsunglah sebuah duel yang sengit. Dalam duel itu al Amiri kalah tinggal selangkah saja bagi Ali untuk mengakhirinya.

Namun, dalam keadaan sudah terpojok, al Amiri meludahi Ali. Tiba-tiba, Ali yang sudah siap dengan pedangnya, mengurungkan diri dan meninggalkannya. Saat ditanya oleh para sahabat mengapa ia meninggalkannya, Ali menjawab, “Saat dia meludahiku, aku marah. Sedangkan aku hanya ingin menyudahinya karena Alloh, bukan karena amarahku.”

Maa syaa Alloh. Demikian hebat kemampuan Imam Ali dalam mengendalikan dirinya meski di tengah medan pertempuran sekalipun. Saudaraku, hawa nafsu adalah karunia dari Alloh Swt. Jika kita bisa mengendalikannya dan menggunakannya dengan niat dan cara yang benar, maka akan menjadi amal sholeh bagi kita. Namun, jikalau kita tidak bisa mengendalikannya, maka akan menjerumuskan kita kepada kubangan dosa.

Seperti mata kita ini. Zaman sekarang, objek apapun bisa dengan mudah kita saksikan, termasuk yang tidak hak untuk kita lihat. Jika kita tidak mengendalikan diri, bisa saja kita melihat apa saja, termasuk yang haram untuk dilihat, sesuai keinginan hawa nafsu kita. Namun, semakin kita turuti hawa nafsu kita seperti ini, maka semakin pekatlah hati kita dengan noda-noda dosa, dan semakin tersesatlah dari jalan kebenaran.

Sebaliknya, ketika kita bisa mengendalikan diri, bertemu dengan pemandangan yang haram, segera kita alihkan pandangan kita. Maka semakin terjagalah hati kita. Semakin mudah kita mengikuti jalan yang Alloh ridhoi.

Atau ketika timbul amarah di dalam dada. Orang yang tidak mengendalikan diri, bisa dengan mudahnya melampiaskan amarah sesuai hawa nafsunya. Kata-kata kotor, sumpah serapah, kutukan, makian bahkan hingga tindakan kekerasan, bisa ia lontarkan dan lakukan. Akan tetapi, seringkali yang demikian berakhir dengan penyesalan. Karena amarah yang diperturutkan tiada memberikan apapun selain dari keburukan. Itulah mengapa Rosululloh Saw. mewasiatkan kepada kita,“Jangan tumpahkan amarahmu, niscaya surga engkau dapatkan.” (HR. Tobroni)

Satu tahun sekali kita berjumpa dengan bulan Romadhon, bulan di mana kita disyariatkan untuk menunaikan ibadah shaum. Dan salah satu hikmah dari shaum adalah agar kita semakin kuat mengendalikan hawa nafsu kita sehingga bisa menggapai derajat takwa. Pengendalian diri adalah jalan menuju derajat mulia tersebut.

Tak ada kemuliaan bagi orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan jalan Alloh. Kemuliaan hanyalah bagi orang-orang yang gigih mengendalikan dan memelihara diri agar senantiasa jauh dari perbuatan-perbuatan yang tidak diriodhoi Alloh. Semoga Allah Swt. menggolongkan kita menjadi orang yang sanggup mengendalikan diri. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.[]

Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.

Islam mendapat banyak fitnah karena Kesempurnaannya

Banyaknya fitnah yang menimpa kalangan umat Muslim, tak lepas dari sifat agama Islam yang sempurna. Demikian disampaikan Irena Handono, pendakwah Islam dalam temu akbar tokoh mualaf, Rabu (28/12) di Masjid Pondok Indah.

“Fitnah terjadi karena kesempurnaannya. Mereka iri dan dengki dengan kesempurnaan tersebut,” ujar dia kepada para jamaah masjid yang mengikuti kajian dengan tema ‘Mengapa Kita Harus Memilih Islam’.

“Andaikata Islam agama yang kurang atau jelek tentu tak ada fitnah,” kata mantan biarawati yang telah memeluk Islam sejak tahun 1983 ini.

Fitnah yang diderita oleh umat Muslim membawa dampak yang cukup parah. Secara sederhana, ia membandingkan remaja masjid yang jumlahnya jauh lebih sedikit dengan remaja mal.

Agar terhindar dari fitnah, ia mengimbau kepada umat muslim agar senantiasa mencari ilmu. Jumlah pemeluk Islam yang terus bertambah di Barat tak lepas dari minat baca yang sangat besar dari mereka.

“Islam banyak dihujat, tapi semakin difitnah, justru semakin banyak orang yang tertarik mempelajarinya,” kata dia.

Banyak jawaban tentang segala penasaran tersebut yang bisa didapatkan jawabannya dalam buku-buku Islam. Keadaan muslim di Barat cukup berkebalikan dengan kondisi Muslim di Indonesia. “Banyak umat Islam (Indonesia) yang sudah meninggalkan iqro,” tambah dia.

Iqro yang dimaksud bukanlah buku panduan membaca Alquran yang terdiri dari enam jilid, Iqro yang Irena maksud adalah soal membaca dan mencari ilmu.

Sumber: republika.co.id

Kamis, 16 Juni 2016

Selalu merasa CUKUP

BANYAK kita temui orang-orang yang tidak pernah merasa cukup dalam hidupnya. Bahkan ketika hartanya telah melimpah ruah, ia masih merasa bahwa biaya hidupnya tidaklah cukup. Dan ada pula kita temukan orang-orang yang hidup dalam kesederhanaan namun ia selalu merasa kehidupannya tercukupi. Mengapa ini terjadi? Rasulullah telah menjelaskan dalam sabdanya,

“Sesungguhnya yang berkecukupan adalah orang yang hatinya selalu merasa cukup, dan orang fakir adalah orang yang hatinya selalu rakus.” (HR. Ibnu Hibban)

Ternyata, akar dari segala kecukupan adalah hati. Kita akan merasa hidup kita cukup ketika hati kita merasa cukup dan hidup kita tidak akan pernah berkecukupan ketika hati kita tidak merasa cukup. Dan tidak merasa cukup inilah kita kenal dengan rakus.

Sikap rakus akan membinasakan pemiliknya. Ia akan terus mencari dan mencari apa yang hatinya inginkan bahkan dengan cara yang tidak Allah ridhai. Demi memenuhi hawa nafsunya ini, orang yang memiliki sikap rakus tidak akan pernah merasa puas dalam hatinya.

Menumbuhkan ‘Merasa Cukup’ dalam hati bukanlah hal yang mudah. Kita perlu melatih hati untuk selalu merasa cukup. Dengan hati yang merasa cukup inilah hidup kita akan tenang dan kita tidak pernah khawatir akan kekurangan harta dan semacamnya.

Setan akan terus menerus mengelabui kita bahwa kebutuhan kita tidak pernah tercukupi jika rezeki kita sedikit. Padahal, Allah telah siapkan bagi setiap makhluknya rezeki yang akan mencukpkan dirinya. Tugas kita sebagai makhluk adalah terus berikhtiar dan berdoa memohon kepadanya. Karena merasa cukup itu muncul dari hati dan keimanan kita.

Kenapa kita taat pada Tukang Pangkas Rambut

PERNAHKAH kita nenyadari, betapa patuh dan taatnya kita kepada tukang pangkas rambut? Sadarkah kita bahwa segala aturan dan perintah tukang pangkas rambut tidak pernah kita bantah selama ini?

Ketika tukang pangkas rambut menyuruh kita duduk, kita pun duduk. Ketika ia mengikat leher kita dengan kain, bahkan menyelimuti kita dan menyisakan hanya kepala, kita tak curiga.

Lalu! Kepala kita yang beraneka. Ada kepala ulama, presiden, gubernur, bupati, camat, kepala desa, apalagi kepala rakyat biasa seperti kita, yang katanya terhormat, namun ditangan tukang pangkas rambut “habis main”. Seluruh aneka kepala itu diperlakukan sekehendak tukang pangkas rambut.

Ketika ia geser kepala kita ke kiri, kita pun taat. Ketika ia palingkan kepala kita ke kanan, kita pun patuh. Ketika ia tundukkan kepala kita ke bawah, kita tak pernah bantah. Ketika ia tengadahkan kepala kita ke atas, kita tak curiga. Bahkan, saat ia memegang pisau tajam, kita tak pernah takut. Ia tempelkan pisau itu di leher. Tapi, sambil memejamkan mata, bahkan tertidur lena, semua perlakuan tukang pangkas rambut itu kita nikmati tanpa beban, curiga, dan masalah. Mengapa?

Karena kita berilmu tentang tukang pangkas rambut. Oleh sebab itu, kita berprasangka baik (husnuzzhon) kepadanya. Bahwa tukang pangkas rambut dengan segala aturan dan perlakuannya tidak akan pernah mencelakakan kita. Justru sebaliknya, ia akan mendatangkan kebaikan dan kerapian tampilan rambut kita.

Ikhwani fillah!

Lalu persoalannya, mengapa sikap kita kepada tukang pangkas rambut tidak sama dengan sikap kita kepada Allah Azza wa Jalla? Ketika Allah perintah sholat, justru kebanyakan kita kaum Muslimin meninggalkannya. Ketika Allah suruh menutup aurat, justru kebanyakan Muslimah yang membukanya. Ternyata, ketaatan kita kepada tukang cukur rambut mengalahkan ketaatan kita kepada Allah Subhaana Wa Ta’ala. Na’udzubillah!

Ada Apa Ini?

Karena, kurangnya ilmu kita tentang Allah sehingga tidak melahirkan rasa yakin, takut, dan husnuzzhon kepada Allah. Padahal, semakin tinggi pengetahuan kita akan kebesaran Allah semakin rendahlah rasa diri kita sebagai hamba, dan semakin besar penghambaan kita padaNya.

Sebab itu, berilmulah tentang Allah (Lihat QS Muhammad: 12). Dengan demikian akan memunculkan pada diri kita prasangkaan baik terhadap Allah. Bahwa, segala aturan dan perintah Allah adalah baik untuk kita. Allah tidak dzolim dengan perintah dan laranganNya dalam agama yang mulia ini. Justru dengan setiap ketaatan kepadaNya, akan mendatang keberkahan dalam kehidupan kita. Wallahu A’lam.

www.islampos.com

Selasa, 14 Juni 2016

Keberanian Sejati

Tidak semua orang memiliki keberanian sejati. Tahukah Anda, apakah keberanian sejati itu? Keberanian sejati adalah sikap bersedia dikoreksi bila salah dan siap menerima kebenaran meskipun dari orang yang memiliki kedudukan lebih rendah.

Mempraktikkan apa yang diucapkan butuh pengorbanan yang besar. Bahkan terkadang harus dengan taruhan nyawa. Orang yang berbicara dengan redaksi yang diolah demikian rupa serta disusun dengan rapi dan indah sehingga mampu membuat orang terkesima, biasanya mudah diacungi jempol dan dianggap sebagai orang “hebat”. Walaupun dalam kesempatan lain dia melanggar dan menelan perkataannya sendiri.

Bila penilaian untuk menjadikan seorang sebagai murabbi (pembimbing) cukup dengan perkataan yang membuat umat terkesima, maka sadarilah bahwa Allahsubhanahu wa ta’ala telah mengingatkan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam agar berhati-hati dari orang demikian.

وَإِن تُطِعۡ أَكۡثَرَ مَن فِي ٱلۡأَرۡضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنۡ هُمۡ إِلَّا يَخۡرُصُونَ ١١٦

“Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta.”(al-An’am: 116)

فَأَعۡرِضۡ عَن مَّن تَوَلَّىٰ عَن ذِكۡرِنَا وَلَمۡ يُرِدۡ إِلَّا ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا ٢٩ ذَٰلِكَ مَبۡلَغُهُم مِّنَ ٱلۡعِلۡمِۚ

“Maka berpalinglah (wahai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan kami, dan tidak menginginkan melainkan kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka.” (an-Najm: 29—30)

Engkau jangan merasa aman dan terlalu percaya diri, lebih-lebih angkuh dan sombong. Telah berlalu suri teladan yang buruk yang bisa kita jadikan pelajaran. Sebuah kejadian yang menimpa orang-orang yang memiliki ilmu bagaikan gunung menjulang setinggi langit, ibadah yang kuat, zuhud, qana’ah, dan sifat-sifat mulia lain yang menghiasi bajunya. Namun dia harus menanggalkan kemuliaannya itu di hadapan seorang wanita yang kurang agama dan lemah akalnya. Dialah ‘Imran bin Haththan.[1]

Oleh karena itu, dengarlah bimbingan Allahsubhanahu wa ta’ala kepada Rasulmu sekaligus peringatan dari-Nya,

وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطٗا ٢٨

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap wajah-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (al-Kahfi: 28)

Semoga dengan peringatan ayat-ayat ini engkau terbangun dari tidur lalu bergegas menuju orang-orang yang menginginkan keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Duduk bersama mereka adalah bimbingan dan keselamatan. Keselamatan diri dan agama tidak bisa ditukar oleh apa pun juga.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا

“Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari apa neraka.”(at-Tahrim: 6)



Setan Bersama Orang yang Menyendiri

Serigala akan berani menerkam apabila seekor kambing melepaskan diri dari kelompoknya dan berjalan penuh percaya diri tanpa peduli. Ingatlah, di hadapanmu ada yang lebih tinggi dari dirimu.

Ingatkah engkau ketika Iblis dengan penuh kesabaran merayu bapak dan ibu kita Adam dan Hawa ‘alaihimassalam yang pada akhirnya keduanya harus menelan kepahitan hidup di atas ujian yang tadinya di atas kehidupan yang diliputi rahmat dan nikmat Allah subhanahu wa ta’ala. Engkau tidak akan bisa menyamai Nabi Adam‘alaihissalam. Oleh karena itu, kembalilah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, serta berjalan bersama orang-orang yang mengejar ridha Allah subhanahu wa ta’aladan mencari keselamatan dari-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammengingatkan bahayanya menyendiri dalam bermalam dan berjalan ketika safar,

نَهَى عَنِ الْوِحْدَةِ أَنْ يَبِيْتَ الرَّجُلُ وَحْدَهُ أَوْ يُسَافِرَ وَحْدَهُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammelarang untuk menyendiri: menyendiri ketika bermalam dan menyendiri ketika safar.” ( HR. Ahmad di dalam al-Musnad, 2/91, Ibnu Abi Syaibah di dalam al-Mushannaf, 9/38 no. 6439)[2]

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ فِي الْوِحْدَةِ مَا أَعْلَمُ مَا سَارَ رَاكِبٌ بِلَيْلٍ وَحْدَهُ أبداً

“Seandainya manusia mengetahui bahayanya menyendiri sebagaimana yang aku ketahui, niscaya seseorang tidak akan berkendaraan di malam hari sendirian (selamanya).” (HR. al-Bukhari, at-Tirmidzi, ad-Darimi, Ibnu Majah,Ibnu Hibban, al-Hakim, dan Ahmaddari sahabat Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma)

الرَّاكِبُ شَيْطَانٌ وَالرَّاكِبَيْنِ شَيْطَانَانِ وَالثَّلاَثَةُ رُكَبٌ

“Pengendara seorang diri (adalah) pelaku maksiat, dua pengendara (adalah) dua pelaku maksiat, dan tiga pengendara itulah pengendara yang benar.” (HR.Malik, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan lainnya dari sahabat Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash radhiallahu ‘anhuma)

Al-Imam ath-Thabari rahimahullahmengatakan, “Peringatan ini adalah adab dan bimbingan disebabkan kengerian yang akan dialami seseorang ketika sendirian, dan bukan haram hukumnya. Seseorang yang berjalan di padang sahara seorang diri atau orang yang bermalam seorang diri tidak akan aman dari kengerian, lebih-lebih kalau dia memiliki pemikiran jelek atau memiliki hati yang lemah.

Yang benar adalah, manusia dalam hal ini berbeda-beda keadaannya. Larangan dan peringatan tersebut adalah untuk menutup kemungkinan-kemungkinan di atas. Oleh karena itu, dibenci (makruh) melakukan safar seorang diri dalam rangka menutup pintu-pintu (kejahatan tersebut). Dibencinya dua orang lebih ringan dibandingkan dengan dibencinya menyendiri.” (Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, 1/132)

Demikian hakikat perjalanan di dunia apabila menyendiri, dihantui marabahaya yang tidak kecil, bahkan mengancam keselamatan. Bagaimana halnya dengan perjalanan menuju Allah subhanahu wa ta’ala, sebagai persinggahan akhir dan terakhir?

Haruskah kita melepaskan diri dari jalan orang yang beriman (para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)? Berjalan seorang diri dengan penuh keberanian menantang dan melanggar pagar yang telah dibuat Allah subhanahu wa ta’ala? Bukankah marabahaya yang mengancam (di akhirat) akan lebih besar dan dahsyat dibandingkan dengan bahaya yang mengancam di dunia? Bukankah kobaran api yang menyala dengan bahan bakar manusia dan batu itu lebih mengerikan?



Keberanian Menerima Kebenaran adalah Keberanian yang Sejati

Guru teladan adalah guru yang siap menerima nasihat apabila salah dan siap kembali kepada kebenaran apabila tersesat, tanpa menggugat kebenaran itu dan tanpa meremehkan siapa yang membawanya. Kebenaran adalah modal keselamatan dan kebenaran itu lebih berharga daripada kita. Kebenaranlah yang menjadi akhir dari setiap usahanya. Dari itu dia menjunjung tinggi amanat Allah subhanahu wa ta’alaketika Dia mengatakan,

وَٱلۡعَصۡرِ ١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣

“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.”(al-‘Ashr: 1—3)

Mengangkat nasihat dalam kebenaran menjadi tujuan yang meliputi lubuk hatinya. Kapan saja dia mendengar kebenaran dan di mana menemukannya, dia segera mengambil dan berpegang dengannya.

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ. قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: لِلهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِالْمُؤْمِنِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ

“Agama adalah nasihat.”

Kami mengatakan, “Bagi siapa?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenjawab, “Bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin kaum muslimin dan orang awam mereka.”

Dalam buku Qawa’id wa Fawaid (hlm. 95) disebutkan, “Cukup bagi seseorang berada dalam kemuliaan ketika dia melaksanakan apa yang telah dipikul oleh makhluk Allahsubhanahu wa ta’ala yang mulia dari kalangan para nabi dan rasul. Nasihat adalah sebab yang membuat tinggi derajat para nabi. Barang siapa menginginkan ketinggian dalam penilaian Rabb langit dan bumi, hendaklah dia melaksanakan tugas yang mulia ini.”

Pembimbing teladan adalah orang yang berusaha menjauhkan diri dari sifat,

بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (Sahih, HR. Muslim no. 91, dari sahabat Abdullah bin Mas’udradhiallahu ‘anhu)

Keberanian dan sikap tegas dalam menerima kebenaran adalah keberanian yang terpuji dan sejati. Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan sifat kaum yang beriman dalam firman-Nya,

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤۡمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيۡنَهُمۡ ثُمَّ لَا يَجِدُواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَرَجٗا مِّمَّا قَضَيۡتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسۡلِيمٗا ٦٥

        “Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati terhadap keputusan yang kamu berikan dan mereka menerima sepenuhnya.” (an-Nisa: 65)

وَمَا كَانَ لِمُؤۡمِنٖ وَلَا مُؤۡمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمۡرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلۡخِيَرَةُ مِنۡ أَمۡرِهِمۡۗ وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلٗا مُّبِينٗا ٣٦

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukminah apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu keputusan akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat dalam kesesatan yang nyata.” (al-Ahzab: 36)

إِنَّمَا كَانَ قَوۡلَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذَا دُعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَهُمۡ أَن يَقُولُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٥١

“Sesungguhnya jawaban orang-orang yang beriman bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukumi (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, ‘Kami mendengar dan kami patuh.’ Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (an-Nur: 51)

Asy-Syaikh Abdurahman as-Sa’dirahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, “Tatkala Allah subhanahu wa ta’alamenyebutkan keadaan orang-orang yang menyeleweng dari syariat Allah subhanahu wa ta’ala, kemudian menyebutkan keadaan orang-orang yang beriman yang mendapat pujian ‘apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul mengadili di antaramereka.’ (Apakah keputusan Allahsubhanahu wa ta’ala itu) mencocoki keinginan mereka atau tidak, mereka mengatakan: ‘Kami mendengar hukum Allah subhanahu wa ta’ala dan rasul-Nya dan siap menyambut siapa saja yang menyeru kami kepadanya dan kami akan menaatinya dengan ketaatan yang sempurna tanpa ada perasaan berat pada diri kami’.” (Taisir al-Karimirrahman, hlm. 520)

وَذَكِّرۡ فَإِنَّ ٱلذِّكۡرَىٰ تَنفَعُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٥٥

“Dan tetaplah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (adz-Dzariyat: 55)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya peringatan (nasihat) itu akan bermanfaat bagi hati yang beriman.” (Tafsir Ibnu Katsir, 4/238)

Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa’dirahimahullah mengatakan, “Allah subhanahu wa ta’ala memberitakan bahwa peringatan tersebut akan bermanfaat bagi orang yang beriman karena pada diri mereka ada keimanan, rasa takut, taubat dan mengikuti ridha Allah subhanahu wa ta’ala, yang semua itu mengharuskan peringatan tersebut bermanfaat baginya, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala,

فَذَكِّرۡ إِن نَّفَعَتِ ٱلذِّكۡرَىٰ ٩ سَيَذَّكَّرُ مَن يَخۡشَىٰ ١٠ وَيَتَجَنَّبُهَا ٱلۡأَشۡقَى ١١

‘Oleh sebab itu berilah peringatan karena peringatan itu bermanfaat. Orang-orang yang takut kepada Allah akan mendapat pelajaran, orang-orang yang kafir dan celaka akan menjauhinya.’ (al-A’la: 9—11)

Adapun yang tidak memiliki iman dan tidak ada kesiapan untuk menerima peringatan, maka peringatan kepadanya tidak akan bermanfaat bagaikan tanah tandus yang hujan pun tidak akan bermanfaat baginya sedikit pun. Apabila datang kepada mereka ayat Allah subhanahu wa ta’ala mereka tidak beriman dengannya sampai mereka melihat azab yang pedih.” (Taisir al-Karimirrahman, hlm. 755)

Wallahu a’lam bish-shawab.



Ditulis oleh al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah

[1] Imran bin Haththan dahulunya adalah seorang tokoh Sunni, namun setelah menikah dengan putri pamannya, seorang wanita Khawarij, justru dia menjadi tokoh Khawarij. Bahkan, dia memuji Ibnu Muljim, pembunuh Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib.

[2] Asy-Syaikh al-Albani di dalam Silsilah ash-Shahihah mengatakan bahwa sanadnya sahih dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma. Ada pula penguatnya yang mauqufdari ‘Umar bin al-Khaththab, dikeluarkan oleh Abdurrazzaq di dalam al-Mushannaf).