Kamis, 31 Desember 2015

Al Qur'an tak lekang dimakan Zaman


Al-QURAN adalah salah satu Kitab Allah, yang diturunkan dalam bahasa Arab kepada Nabi Muhammad SAW, selama dua puluh tiga tahun. Al-Quran yang diterima Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, disampaikan dengan cara mendiktekan kepada para pengikutnya, dan mereka menuliskannya pada bahan yang tersedia.

Tak lama setelah wafatnya Nabi Muhammad, khalifah pertama, Abu Bakar As-Siddiq, memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan naskah dan membuat satu salinan Quran. Ia melakukannya dengan bantuan ratusan Sahabat Nabi yang telah hafal Al-Quran, sehingga menjamin bahwa tidak ada yang ditambahkan atau dihilangkan, dan bahwa urutan ayat-ayat itu sesuai dengan petunjuk Nabi.

Kemudian, khalifah ketiga, Utsman bin Affan, kembali meminta Zayd untuk mengawasi proses penyalinan Al-Quran tersebut. Beberapa salinan standar dibuat dan dikirim ke semua wilayah Muslim, dengan perintah bahwa semua naskah lainnya dibakar. Hal ini untuk memastikan bahwa tidak akan ada bacaan Al-Quran yang lainnya.

Dengan demikian, Al-Quran hari ini tetap persis seperti yang terungkap lebih dari 14 abad yang lalu dan berisi kata-kata yang tepat dari Allah. Ribuan Muslim hafal itu setiap generasi sehingga tidak pernah dilupakan.

Di perpustakaan Muslim dunia terdapat salinan Al-Quran dari abad pertama, yaitu tepat setelah wahyu pertama diturunkan,lalu dibandingkan dengan salinan yang dicetak modern, ini menunjukkan bahwa Quran tidak berubah selama berabad-abad.

Terjemahan dari Al-Quran telah dibuat kedalam banyak bahasa, tetapi tidak ada terjemahan yang dapat menangkap arti penuh dari Quran. Oleh karena itu, untuk benar memahami ajaran Islam, salah satunya harus mengacu dan memahami teks Arab dari Al-Quran. []

Sumber: http://www.onislam.net/english/reading-islam/understanding-islam/belief/revelation/441676-the-most-widely-read-book-in-the-world.html

Rabu, 30 Desember 2015

Jangan tidur di waktu pagi

MENURUT para salaf, tidur yang terlarang adalah tidur ketika selesai shalat shubuh hingga matahari terbit. Karena pada waktu tersebut adalah waktu untuk menuai ghonimah (pahala yang berlimpah). “Mengisi waktu tersebut adalah keutamaan yang sangat besar, menurut orang-orang sholih. Sehingga apabila mereka melakukan perjalanan semalam suntuk, mereka tidak mau tidur di waktu tersebut hingga terbit matahari. Mereka melakukan demikian karena waktu pagi adalah waktu terbukanya pintu rizki dan datangnya barokah (banyak kebaikan).” (Madarijus Salikin, 1/459, Maktabah Syamilah).

Di antara bahaya tidur pagi adalah :

Tidak sesuai dengan petunjuk Al Qur’an dan As Sunnah.Bukan termasuk akhlak dan kebiasaan para salafush sholih (generasi terbaik umat ini), bahkan merupakan perbuatan yang dibenci.Tidak mendapatkan barokah di dalam waktu dan amalannya.Menyebabkan malas dan tidak bersemangat di sisa harinya. Maksud dari hal ini dapat dilihat dari perkataan Ibnul Qayyim. Beliau rahimahullah berkata, “Pagi hari bagi seseorang itu seperti waktu muda dan akhir harinya seperti waktu tuanya.” (Miftah Daris Sa’adah, 2/216). Amalan seseorang di waktu muda berpengaruh terhadap amalannya di waktu tua. Jadi jika seseorang di awal pagi sudah malas-malasan dengan sering tidur, maka di sore harinya dia juga akan malas-malasan pula.Menghambat datangnya rizki. Ibnul Qayyim berkata, “Empat hal yang menghambat datangnya rizki adalah [1] tidur di waktu pagi, [2] sedikit sholat, [3] malas-malasan dan [4] berkhianat.”  (Zaadul Ma’ad, 4/378).Menyebabkan berbagai penyakit badan, di antaranya adalah melemahkan syahwat. (Zaadul Ma’ad, 4/222).


DI ANTARA SEBAB TIDUR DI PAGI HARI

Pertama, Tidak shalat malam

Tidak shalat malam dapat menyebabkan malas di pagi harinya. Cara mengatasi hal ini adalah dengan mengerjakan sholat malam karena dengan melakukan hal tersebut akan terlepaslah ikatan-ikatan setan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, artinya : “Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang dari kalian ketika tidur. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah!”. Jika dia bangun lalu berdzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika dia berwudhu, lepas lagi satu ikatan. Kemudian jika dia mengerjakan sholat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, dia tidak ceria dan menjadi malas.” (HR. Bukhari no. 1142 dan Muslim no. 776)

Dari Abu Wa’il, dari Abdullah, beliau berkata, “Ada yang mengatakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa terdapat seseorang yang tidur malam hingga shubuh (maksudnya tidak bangun malam, pen). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan : “Demikianlah setan telah mengincingi kedua telinganya.” (HR. An Nasa’i no. 1609 dan Ibnu Majah no. 1330. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 640 mengatakan bahwa hadits ini shohih).

Kedua, Sering begadang.

Begadang bisa menyebabkan lelah dan ngantuk di pagi harinya. Cara mengatasinya adalah dengan tidur di awal malam.

Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat Isya’ dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568).

Ketiga, Kebiasaan.

Ini juga adalah sebab orang sering tidur pagi karena kesehariannya memang seperti ini. Selepas shalat shubuh, kebiasaannya adalah menghampiri kasur, mengambil selimut dan bantal, sehingga pulas tidur hingga matahari meninggi lalu beranjak kerja atau kuliah. Orang yang punya kebiasaan seperti ini telah hilang keberkahan dari dirinya di waktu pagi.

Cara mengatasinya dengan bersungguh-sungguh menghilangkan kebiasaan buruk tersebut dan senantiasa dibarengi dengan meminta tolong pada Allah. Allah Ta’ala berfirman, artinya : ”Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di dalam jalan Kami, maka sungguh akan Kami tunjukkan mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al ‘Ankabut : 69).

Minggu, 27 Desember 2015

Menjaga Keikhlasan

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh dan hanya kembali kepada-Nya. Tak ada yang luput sedikitpun dari pengetahuan-Nya, meski sehelai daun kering yang jatuh dari pohonnya di dalam hutan belantara yang belum pernah terjamah manusia. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada sang kekasih Alloh, nabi Muhammad Saw.

Rosululloh Saw. bersabda, “Ingatlah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya baik, dan jika buruk maka seluruhnya buruk. Ingatlah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Sungguh berbahagialah orang-orang yang diberi kenikmatan tidak ingin dipuji dan tidak mencari penghormatan dari orang lain.  Salah satu ciri seseorang yang ikhlas adalah jarang kecewa terhadap makhluk, karena yang diharapkannya hanyalah penilaian dan keridhoan Alloh Swt. Lalu apa ciri seseorang yang banyak kecewa terhadap makhluk? Yaitu ia banyak berharap dan bergantung kepada makhluk.

Orang yang ikhlas adalah orang yang senantiasa hanya menjadikan Alloh Swt. sebagai tujuan dari setiap amal perbuatannya. Ia tidak berharap amalnya dilihat, diketahui atau didengar oleh makhluk. Jikapun terlihat, terdengar dan diketahui oleh makhluk, maka itu tak menggoyahkan hatinya untuk tetap terpaut kepada Alloh semata. Orang yang ikhlas akan tetap bersungguh-sungguh dalam beramal, tidak terpengaruh apakah ia sedang sendirian ataukah sedang berada di keramaian.

Ikhlas itu adalah pekerjaan hati. Kalau ada pertanyaan, bolehkah amal kita diperlihatkan kepada orang lain? Jawabannya ialah tergantung niat, kalau niatnya ingin dipuji tentu itu menjadi riya, dan riya adalah salah satu tanda kemunafikan. Alloh Swt. berfirman,“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Alloh, dan Alloh akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Alloh kecuali sedikit sekali.”(QS. An Nisaa [4] : 142)

Tetapi jikalau amal yang dilakukan secara terang-terangan itu dilandasi niat supaya orang lain mendapatkan hikmah, maka in syaa Allohakan bernilai ibadah di hadapan Alloh Swt.

Seorang sahabat berkata kepada Rosulluloh Saw., “Ya Rasulluloh seorang melakukan amal kebaikan dengan dirahasiakan dan bila diketahui orang dia juga menyukainya atau merasa senang.  Rasulluloh SAW bersabda,“Baginya dua pahala yaitu pahala dirahasiakannya, dan pahala terang-terangan.”(HR. Tirmidzi)

Jadi, beramal dengan terang-terangan itu tidak identik dengan riya. Tidak boleh kita berburuk sangka kepada orang yang menyampaikan ilmu , pengalaman dan amalnya. Tidak perlu kita menilai apa yang ada di dalam hati orang lain. Memperlihatkan amal diperlukan untuk keperluan syiar dan dakwah. Bukankah Rosululloh Saw. pun memperlihatkan banyak amal ibadah supaya menjadi contoh bagi para sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.

Namun, jikalau episode kita adalah beramal secara terang-terangan, maka wajib bagi kita untuk terus memeriksa niat. Karena sungguh, beramal secara terang-terangan amatlah berat cobaannya. Selalu saja syaitan mengambil kesempatan untuk menggelincirkan hati kita sehingga niat kita berbelok.

Saudaraku, marilah kita terus melatih diri kita untuk peka membaca perubahan isi hati ketika beramal. Sehingga kita semakin terlatih untuk menjaga keikhlasan kita, dan terlatih untuk segera mengembalikan hati kepada Alloh manakala hati kita melenceng dari jalur keikhlasan. Setiap amal bergantung kepada niatnya. Semoga kita tergolong hamba-hamba Alloh Swt. yang senantiasa ikhlas. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.[]


Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )

Sabtu, 26 Desember 2015

Penyakit itu bernama 'KEHILANGAN RASA MALU'

BU Rahayu tampak bermuka kencang, istilahnya ngotot di hadapan orang-orang yang bertabayyun kepadanya, “Sumpah! Saya tidak bilang begitu, saya tidak seperti itu! Sumpah, Demi Tuhan!”, meluncurlah kalimat-kalimat lain yang bernada iba dan memohon agar ucapannya dipercaya. Bahkan menjual air mata palsu di hadapan manusia sekitarnya.

Padahal, sosok-sosok di sekitarnya adalah orang-orang yang juga menyayanginya dan mempercayai ‘pihak lawan’ dari bu Rahayu atas kasus di hadapan mereka, sehingga mereka hanya meminta agar kejujuran mengakui perbuatan dilakukan oleh beliau, mengakui kekhilafan secara tenang dan bermaafan pastilah berbuah ketenangan jiwa. Jikalau sampai kini malah retak sebuah hubungan kekeluargaan, Bu Rahayu harus banyak bercermin, ulahnya sendiri yang menyebabkan hal itu terjadi.

Begitu pun sikap Tara, saat merasa aibnya terkuak lebar gara-gara banyak lalai menunaikan tugas yang diemban, juga sikap tak sopan pada orang tua, maka dengan pongah dan sibuk bagaikan jumpa-pers kemana-mana ia membela diri di hadapan rekan-rekan, pacar, dan komunitas pergaulannya.

Begitu sigapnya ia bisa membalikkan fakta dengan memposisikan diri sebagai korban yang dizholimi dalam cerita versinya, padahal secara fakta, “si pihak berlawanan” adalah yang telah dizholimi Tara. Tali-tali kencang persaudaraan yang solid bisa langsung putus tercincang hanya gara-gara sudah kehilangan rasa malu sebagaimana sikap Tara tersebut.

Kenapa lisan, jemari dan perbuatan bisa bertolak-belakang dari kebenaran, padahal Allah ta’ala selalu mengawasi diri kita? Telah hilang rasa malu dari jiwa-jiwa kita ketika bisa membolak-balikkan yang benar menjadi salah, dan yang salah malah dibenarkan. Bahkan ketika sudah tersudut pun, bisa saja tetap mencari celah alasan demi pembenaran. Rasa malu kepada Allah ta’ala sudah terkalahkan, malah malu kepada manusia sekitar. Rasa takut kepadaNya bahkan telah hilang, malah lebih takut pada penjara dunia. Naudzubillahi minzaliik.

Sejalan dengan itu, Pak Bandit pun tak kalah hebohnya, di kantor dengan lincahnya mondar-mandir saja, ke café, kantin, atau browsing yang tidak ada urusan dengan pekerjaan saat itu. Setumpukan tugas diserahkan pada teman lainnya dalam satu team, si X, si Y, dan si Z.

Padahal teman-temannya yang baik hati itu selalu saling toleransi jika membantu pekerjaan kantor lainnya, terutama kalaulah salah satu teman memang punya urusan urgent lain, semisal ada anak atau istri yang sakit sehingga harus mondar-mandir ke rumah sakit, dsb. Namun Pak Bandit dengan cueknya malah ‘mengorbankan’ teman-temannya, tak jelas apa yang dia lakukan sementara yang lain memiliki kesibukan tugas yang luar biasa banyaknya. Kemudian saat laporan tugas kepada pak manajer, Pak Bandit malah mengatakan bahwa semua tugas yang dirampungkan adalah hasil pekerjaannya, lincah nian lidahnya ditambah senyum kebanggaan saat berbicara di ruang rapa.

Apalagi pada saat itu, teman lain satu teamnya sedang tidak ikut rapat dikarenakan telah mengatur jadwal pekerjaan lain yang harus cepat rampung, sungguh komplet sandiwara Pak Bandit, yang naik pangkat malah dirinya, pak manajer memujinya, aduhai… padahal yang memeras keringat dan air mata adalah teman-teman lainnya.

Tersindir dengan makna ayatNya nan indah, “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.”(QS.Al-Baqarah:9).

Peristiwa sedemikian adalah amat sering kita temukan sehari-hari, di negeri manapun, di lokasi kantor atau perumahan, urusan dengan teman atau malah dengan saudara kandung. Bahkan beberapa hari ini, publik terbelalak kaget, langsung mendunia berita ‘heboh’ tentang tertipunya seorang Fulan, yang ternyata istrinya bukanlah wanita, yang disebut-sebut di media bernama Fransiska padahal nama aslinya sangat bagus, adalah Rahmat. Astaghfirrulloh…

Bahkan kemungkinan baru satu kasus itu yang ‘ketahuan’ di Indonesia, sementara pernikahan kaum homo memang sedang populer di negeri-negeri liberal saat ini. Selain malu dengan indahnya nama itu, seharusnya si empunya nama memiliki rasa malu sebagai seorang muslim, terbayang alangkah perih jiwa dan raga ibunda dan ayahnya, ketika mengetahui ananda yang sudah dikandung, dilahirkan, dibesarkan, eeeeh…. malah sim salabim berubah wujud di fotonya sebagai pengubah fitrahnya, bahkan dengan mudahnya tak hanya menipu kaum pria dan lingkungan teman dunia maya, dengan hebatnya menipu lembaga agama, institusi pemerintahan, dan penipuan terhadap sucinya untaian pernikahan! Naudzubillahi minzaliik…

Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al Anshari Al Badri radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya di antara ucapan kenabian yang pertama kali ditemui manusia adalah jika engkau tidak merasa malu, maka berbuatlah semaumu.” (HR.Bukhari, shahih).

Rasa malu yang dimaksudkan adalah malu untuk berbuat yang bukan fitrah diri sebagai seorang insan, bahwa kita di muka bumi ini adalah ‘numpang’, serta meminjam segala apa yang telah diamanahkanNYA, alangkah bodoh dan kurang ajarnya pada Sang Pencipta, jika kita tidak malu berbuat pelanggaran di atas bumi kuasaNya ini. Rasa malu adalah cermin kebaikan, nan membuahkan kesucian jiwa, perkataan yang benar, ketepatan dalam memenuhi janji, serta kemuliaan atau harga diri yang tinggi. Allah ta’ala melimpahkan hidayahNya kepada kita untuk terus mendekap rasa malu dalam diri, malu untuk berbuat tercela, malu untuk melakukan hal yang dimurkaiNya, malu untuk segala penyalah-gunaan amanahNya.

Bahkan dalam redaksi hadits lain Imam Bukhari & Muslim, kita diingatkan bahwa rasa malu adalah salah satu cabang dari iman, dan jika Allah SWT hendak menghancurkan suatu kaum (negeri), maka terlebih dahulu dilepaskannya rasa malu dari kaum itu. Bermakna jika telah kita lihat rasa malu makin pudar dari keseharian sosok kita, keluarga dan lingkungan sekitar, (tarik nafas panjang, tanamkan semangat untuk segera mengubah prilaku ini), sebab jika makin parah dan rasa malu itu kian hilang, hancur leburlah negeri kita. Itu sangat mudah bagiNya, Sang Pemilik Semesta.

Mari kita ingat kembali, Koneksi anak-anak dengan dunia luar, televisi, handphone, internet serta pergaulan yang luas dengan teman-temannya. Efek buruk didapatkan ketika bagaimana cara berbicara, prilaku dan sikap-sikap yang terjadi di sekitarnya. Mungkin saja orang tua telah mengajak dan mencontohkan akhlaq yang baik sejak kecil, namun koneksi-koneksi ini bisa saja memiliki pengaruh yang lebih kuat tatkala perhatian kita pada anak-anak mulai meluntur.

Contohnya saja, tontonan untuk orang dewasa yang sering pula dilihat anak-anak, bicara kasar dan tertawa terbahak-bahak atau cara-cara menggoda lawan jenis sudah dianggap tontonan yang wajar. Bahkan rasa malu sengaja dihilangkan demi sebuah prestasi semu duniawi, anak-anak bisa jadi ‘malu’ karena bukan berbaju baru saat mengunjungi acara temannya, atau karena bukan memegang smart phone tercanggih, atau karena memiliki orang tua bergaji minim yang ‘hanya pekerja biasa’. Padahal seharusnya, rasa malu yang benar adalah ketika baju baru yang dipakai merupakan hasil rampokan, ketika smart phone bahkan mobil mewah yang digunakan adalah hasil membobol uang milik orang lain, atau karena semua yang menempel di badan ternyata hasil merampas harta rakyat sebagaimana para koruptor. Na’udzubillahi minzaliik…

BAGAIMANAKAH dengan kondisi putra-putri, teman-teman kita, di tanah air? Pernahkah kalian rasakan betapa nilai rasa malu telah diinjak-injak? Merinding… tatkala ada pernikahan dihiasi acara muda-mudi bergoyang dan mabuk-mabukan, mengabaikan waktu sholat, bahkan pengantin melahirkan anak di bulan berikutnya… dan hal ini sudah menjadi ‘biasa dimaklumi’ oleh masyarakat modern kini.

Para orang tua berlomba mengikut-sertakan anak-anaknya pada proyek unjuk popularitas, adu-bakat, pagelaran ‘berbunyi memunculkan prestasi’, namun sesungguhnya adalah cara-cara meruntuhkan harga diri, merobek rasa malu dari hati nan suci, supaya kian hancur generasi ummat ini. Polesan dan istilah-istilah beragam dipergunakan untuk membalut ragam program menjadi bernilai daya tarik yang tinggi serta ada kalanya ‘tampak islami’, padahal tetaplah intinya tontonan itu membuat kita lalai dan merugi, meruntuhkan pemahaman aqidah nan lurus, menimbulkan bertumpuknya lebih banyak ‘PR’ untuk kita pertanggung-jawabkan kelak.

Subhanalloh, faghfirlana… Malu kepada Allah SWT adalah dengan rasa malu yang sesungguhnya, malu saat mata kita yang super penting ini malah digunakan untuk melihat hal-hal yang dilarangNya, malu saat tubuh yang bagus ini malah diumbar demi nafsu dunia dengan mengutamakan nominal lembaran mata uang, malu saat telinga malah dipakai untuk mengupingi rahasia-rahasia saudara lain, malu jika lisan malah berbicara keburukan, ghibah, bahkan berani memfitnah saudara.

Malu di saat tidak menjaga amanah dan hidup serba palsu dengan urusan kebohongan disana-sini, malu ketika hidung dan pipi dicium-ciumkan pada sosok non mahram dengan beragam alasan pembelaan diri, malu ketika malah masih mengadakan acara-acara berikhtilat padahal sudah tau akan hukum-hukum syari’at. Malu ketika apa yang diperbuat adalah sandiwara dan rekayasa demi tujuan nafsu dunia, ketika cita-cita yang diimpikan telah menghalalkan segala cara dan melanggar rambu-rambuNya. Termasuk malu jika sulit mengeluarkan air mata tatkala bersujud padaNYA, malu karena sukar menerapkan taubat, malu karena terus-terusan keasyikan bermaksiat. Duhai Ilahi, kuatkanlah diri kami dalam menjaga rasa malu padaMu setiap masa.

Ya Allah, bimbinglah kami selalu, jauhkanlah penyakit itu dari kami, siramilah hati ini dengan cahaya hidayahMu selalu, dengan mendekap rasa malu dalam jiwa ini, malu jika kami menutup usia dalam keadaan berlumur dosa. Robbana dzolamna anfusana, wa illam taghfirlana watarhamna lanakunanna minal khasirin, Ya Alloh, wahai Tuhan kami, kami telah dzalim terhadap diri-diri kami dan apabila Engkau tidak mengampuni kami, niscaya kami akan termasuk orang-orang yang merugi. Allahumma ‘aamiin.

Wallohu ‘alam bisshowab.

@bidadari_azzam, Krakow 2011
*dikutip dari Catatan CintaNya di Krakow-seri 1, sebagian paragraf pernah diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan Poland dalam kajian sisters muslimah Polandia. Pernah tampil dalam website lama, dengan pembaca halaman artikel lebih dari lima ribu readers

*Penulis adalah ananda dari bapak H. Muhammad Holdoun Syamsuri TM Moorsid dan ibunda Hj. Sahla binti H. Majid, kelahiran Palembang 19 Juni 1983, blogger sejak 2007, mantan pelajar berprestasi Indonesia. Ia merupakan supporter setia suami saat bertugas menyelesaikan projek IT SAP di berbagai negara, pembimbing para muallaf dengan aktif sebagai koordinator muslimah di Islamic-Centre Krakow, Poland. Sarjana Ilmu Komunikasi, ibu tiga jagoan, sahabat pendidik dan pengamat TKI, peserta kelas Quran Hadits di Ampang Putra-KL. #PeduliKanker Saat ini aktif pula menjadi sukarelawan pengurusan jenazah muslimah.dll. Buku karyanya antara lain Catatan CintaNya di Krakow, Antologi “Indahnya Persahabatan” (2012), Sajak Mengeja Masa (Kumpulan Puisi)~2013.



Kamis, 24 Desember 2015

Marah, Kasihan, Kecewa, Mengeluh

Kata pakar; kecewa itu karena ada deviasi antara harapan dan capaian.. Saya sudah menghapus beberapa kata dalam hidup saya, antara lain;

1. Marah; 
Bagi saya marah itu temannya setan,. Apapun masalahnya saya akan menghindari kemarahan.. Kalau dalam teori komunikasi,; marah itu adalah salah satu lambang komunikasi yang digunakan oleh pengirim pesan kepada penerima pesan. Namun ada satu hal yang dilupakan oleh pengirim pesan saat itu; apa dampak yang diharapkan dengan marahnya? Biar dibilang hebat? Biar dibilang jagoan? Biar diperhatikan? Biar anggota baik?? Dalam banyak hal ternyata dampak marah tidak sesuai dengan yang kita harapkan.

Misalnya anggota tidak benar kerjanya, kalau kita marahi terus, apa mereka akan jadi baik?? Makin tegang mereka dan makin ngawur kerjanya.. Kalau mereka kerja tidak baik, berarti butuh dilatih, butuh dibina, butuh diarahkan dan butuh perbaikan,, tidak butuh dimarahi..

Menurut saya, marah adalah tekhnik komunikasi paling primitif. 

2. Kasihan;

Kata kasihan jangan pernah terucap dari diri kita. Misalnya lihat pengemis; kemudian berucap "kasihan",, drpd berucap kasihan, lebih baik kita datangi dia dan beri uang. Lihat yunior susah cuma bisa bilang "kasihan" tanpa ada upaya bantuan apapun. Lihat orang kena masalah cuma bilang "kasihan",, mereka tidak butuh dikasihani, mereka butuh tindakan nyata dari kita. Kalau kita belum bisa bantu (empati),, simpan simpati kita untuk tidak menambah kesusahan mereka..

3. Kecewa

Buat apa kecewa? Kecewa tidak akan merubah nasib kita. Kalau ada yang tidak sesuai harapan, ya kita berusaha dan berdoa lagi. Untuk mengurangi kekecewaan, salah satu tekniknya adalah "mengurangi tingkat harapan" kita.  Jangan berharap yang terlalu tinggi daripada kalau tidak tercapai malah kecewa. Kalau dulu cita-cita kita pengen jadi Presiden, atau Gubernur, atau Anggota DPR yang top, atau direktur yang top, atau jabatan yang top,.. Turunkan saja tingkat harapannya,, daripada kecewa.. 
Saat ini harapan saya tinggal satu; selamat dunia akhirat..

4. Mengeluh

Yang mengeluh itu cuma sapi.. Asal katanya "eluh".. Berasal dari kata "eluhan" sapi.. Sapi mengeluh mengeluarkan suara "moooooo.."

Sapi mengeluh karena hidupnya tidak jelas. Kemana-mana hanya cari makan dan menunggu tarikan pengembala. Kalau masih kuat bisa untuk membajak sawah. Yang bisa mengeluarkan susu untuk diperah bagi kepentingan manusia. Besar dikit siap dipotong.. Masa depannya sapi hanya itu..Kita ini bukan sapi, jadi pantang mengeluh. Masalah untuk dianalisa dan diselesaikan. Mengeluhkan masalah tidak akan menyelesaikan masalah.. Jadi bos mengeluh kurang ini dan itu, maka akan bertambah masalahnya.. Lebih baik kita analisa apa masalah yang ada, kita cari solusi yang tepat, kita jalankan cara yang kita pilih.. Insya Allah semua ada jalannya..Lagipula; kalau kita jadi pimpinan pasti tidak suka kepada anggota yang kerjanya hanya mengeluh..

Terima kasih sudah membaca rangkaian tulisan tanpa arah ini..

Salam Hormat 

Krishna Murti

Rabu, 23 Desember 2015

Rezeki tidak mungkin tertukar

Hasad, iri, dengki, jadi sebab kita tak pernah puas dengan rezeki.

Namun sebenarnya itu semua kembali pada diri kurangnya iman pada takdir.

Rezeki adalah bagian dari takdir ilahi sehingga untuk memahaminya harus memahami takdir dengan baik.

Yang jelas Rezeki tak mungkin tertukar, Allah pasti membagi rezeki dengan adil.

Apa yang kita miliki, itulah yang terbaik untuk kita.

Jika kita mendapatkan kendaraan biasa, tetangga punya lebih baik …. Tetap rezeki kita tak tertukar.

Jika kita memiliki rumah sederhana, tetangga memiliki rumah mewah bak istana …. Tetap rezeki kita tak tertukar.

Lalu kaitannya dengan meninggalkan yang haram …

Jika kita menolak orderan natal, ingin cari yang halal dan berkah … Rezeki kita pun tak tertukar. Jangan kira ketika tidak menerima orderan semacam itu, rezeki kita pergi dan tertukar pada orang lain. Justru ketika kita ingin yang halal, Allah terus berkahi dan menambahkan rezeki.

Sahabatku.. rezeki itu tidak perlu dipusingkan. Jatah rezeki kita dari Allah itu sudah pasti dan tidak akan tertukar dengan rezeki orang lain. Justru sebenarnya Rezeki itu yang akan mencari kita.

“Sesungguhnya rizki akan mengejar seorang hamba seperti ajal mengejarnya” (HR. Ibnu Hibban, dihasankan oleh syekh Al Bani)

Kemanapun perginya, rezeki itu akan terus mengejar-ngejar kita.

Bahkan, Kesimpulan ekstrimnya adalah rezeki itu bahkan tidak ada urusannya dengan bekerja atau tidak bekerja…!

Lihatlah tuna wisma atau jutaan pengangguran di negara kita. Buktinya mereka tetap bisa makan. Dan mereka tetap hidup walaupun tidak memiliki pekerjaan. Memang, kita tidak membahas apakah jalan rezekinya dari hutang, mengemis, numpang orang tua, dikasihani orang, diberi makan tetangga dan lain sebagainya.

Yang harus dipahami adalah KITA HARUS YAKIN jika belum ditakdirkan MATI, rezeki untuk kita makan TIDAK AKAN pernah TERPUTUS..!

Nah, jika kita mengimani hal tersebut. Maka kita tidak perlu lagi memakai cara-cara kotor dan dilarang oleh Allah dalam mendapatkan uang dan rezeki.

Kita harus tetap bersabar dengan jalan yang Halal, walaupun kadang-kadang jalan yang halal itu agak susah.

Jika seluruh Pejabat di negeri ini memahami konsep yang benar tentang rezeki, maka mereka tidak perlu ketakutan kekurangan rezeki sampai menempuh jalan menjadi KORUPTOR.

Jika pedagang di PASAR memahami konsep rezeki ini, maka tidak akan ketakutan tidak bisa makan sampai-sampai harus berbuat curang dengan timbangan.

Jika pengusaha memahami hal ini, maka tidak akan ada kasus penipuan klien.

Jika kontraktor memahami konsep rezeki diatas, maka tidak akan ada bahan kecurangan dalam mengerjakan proyeknya.

Jika Para PELAJAR dan MAHASISWA mengimani hal ini dengan baik, maka tidak akan ada yang khawatir dengan masa depan mereka, dan tidak ada lagi mengejar nilai dengan segala cara dan mencontek di kelas.

Dan banyak lagi efek yang akan terjadi jika Keimanan tentang rezeki ini di yakini secara meluas.

Karena sebenarnya Rezeki akan SELALU MENGEJAR-NGEJAR kita. Jadi tidak ada lagi yang harus di KHAWATIRKAN.

Justru…

Perbuatan curang dan tidak jujur itu akan semakin menghimpit kehidupan kita dan menghambat rezeki kita.

Jadi apa lagi yang kita KHAWATIRKAN tentang REZEKI ?

Rezeki selalu mengejar-ngejar kita..

Tidak perlu membuat kita sampai berbuat curang dan MENGHINAKAN DIRI di mata manusia dan Allah.

Jika masih kurang… Kita bisa minta Apapun kepada Allah…!

Lalu, apakah kita bisa duduk santai menunggu rezeki? Apakah kita tidak perlu lagi bekerja, mengerahkan upaya untuk menjemput rezeki? TIDAK!!! Bekerja adalah kewajiban. Wajib bagi setiap muslim.

Perintah bekerja telah Allah wajibkan semenjak nabi yang pertama, Adam Alaihi Salam sampai nabi yang terakhir, Muhammmad SAW . Perintah ini tetap berlaku kepada semua orang tanpa membeda-bedakan pangkat, status dan jabatan seseorang.

Allah memang telah berjanji akan memberikan rizki kepada semua makhluq-Nya. Akan tetapi janji ini tidak dengan “cek kosong”, seseorang akan mendapatkan rizki kalau ia mau berusaha, berjalan dan bertebaran di penjuru-penjuru bumi. Karena Allah menciptakan bumi dan seisinya untuk kemakmuran manusia. Siapa yang mau berusaha dan bekerja ialah yang akan mendapat rizki dan rahmat dari Allah.

Rasulullah SAW bersabda,

“Pekerjaan terbaik adalah usahanya seseorang dengan tangannya sendiri dan semua jual-beli itu baik.” (HR. Ahmad, Baihaqi dll)

“Sebaik-baik pekerjaan ialah usahanya seseorang pekerja apabila ia berbuat sebaik-baiknya (propesional).” (HR. Ahmad)

“Sesungguhnya apabila seseorang diantara kamu semua itu mengambil tambangnya kemudian mencari kayu bakar dan diletakkan diatas punggungnya, hal itu adalah lebih baik dari pada ia mendatangi seseorang yang telah dikarunai oleh Allah dari keutamaan-Nya, kemudian meminta-minta dari kawannya, adakalanya diberi dan ada kalanya ditolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).

“Sesungguhnya Allah itu telah menjadikan rizkiku terletak dibawah tombakku.” (HR. Ahmad)

“ Burung berangkat pagi hari dengan perut kosong dan kembali sore hari dengan perut penuh makanan.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

“Tidak seorang Rasul pun diutus Allah kecuali ia bekerja sebagai penggembala domba. Para sahabat bertanya, “bagaimana dengan dirimu, wahai Rasulullah ? Beliau menjawab, “ Ya, saya dulu menggembala domba di lapangan untuk penduduk Makkah.” (HR. Bukhari).

Dengan teramat jelas dan gamblang betapa Allah dan Rasul-Nya memerintahkan seseorang untuk bekerja. Bekerja adalah sebuah ibadah yang disejajarkan dengan amalan fisabilillah, bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga tapi ia sebagai manesfesto penghambaan dan ketaatan seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya.

Rasulullah sebagai seorang tauladan selalu memberikan motivasi kepada semua sahabatnya untuk selalu giat dan tekun dalam bekerja, simak saja penuturan beliau berikut ini :

“Pedagang yang lurus dan jujur kelak akan tinggal bersama para nabi, siddiqin, dan syuhada’,” (HR. Tirmidzi dan Al Hakim). Nasihat ini beliau peruntukkan untuk sahabatnya yang mempunyai pekerjaan sebgai pedagang (wirausahawan). Sedangkan untuk mereka yang bekerja sebagai petani dan tukang kebun, beliau bersabda :

“Setiap muslim yang menanam satu tanaman atau menyemai satu semaian lalu (buahnya) dimakan oleh manusia atau binatang, maka ia itu dianggap telah bersedekah.” (HR. Bukhari)

Rezeki tak mungkin tertukar, Allah pasti membagi rezeki dengan adil.

Harus terus yakin dan percaya … Moga rezeki kita penuh berkah.

ESQ : Sukses,.... lahir karena rasa syukur

KELUARGA Nabi Daud bekerja sebagai ungkapan rasa syukur akan nikmat Allah bila. Inilah arti bekerja yang sebenarnya. Konsep ESQ (Emotional Spiritual Quotient) juga memperlihatkan kepada kita bahwa kerja yang sukses lahir dari hati yang patuh, bulat, kuat, serta bersyukur.

ESQ adalah konsep kecerdasan yang menggabungkan tiga kecerdasan: IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient).

IQ (Intelligence Quotient) adalah kemampuan mengingat, menghafal, dan menghitung (nomerik) yang diperkenalkan oleh Alfred Binnet adalah tahun 1905.

EQ (Emotional Quotient) ditemukan oleh Daniel Goleman yang menyakini bahwa kecerdasan emosi adalah bentuk kemampuan seseorang memahami diri sendiri, orang lain, lingkungan, serta kemampuan mengambil keputusan tepat, dengan cara tepat, dan dalam waktu yang tepat pula. EQ diyakini menjadi kunci keberhasilan seseorang. Kenyataannya kemudian, IQ dan EQ saja belum cukup. Ternyata banyak orang sukses merasa “kering”, stres, dan merasa kurang dihargai. Intinya, ia kehilangan makna atau menderita “patologi spiritual”.

Tahun 1990an lahirlah kesadaran untuk mempertimbangkan perlunya aspek spiritual (SQ).

Akhirnya, agar manusia mampu mengelola kehidupannya ia diyakini butuh tiga kecerdasan sekaligus: IQ,EQ, dan SQ. Fungsi IQ menyangkut ‘Apa yang saya pikirkan’ untuk mengelola kekayaan fisik atau materi.

Fungsi EQ terkait dengan ‘Apa yang saya rasakan’ untuk mengelola kekayaan sosial.

Fungsi SQ berkenaan dengan ‘Siapa saya’ untuk mengelola kekayaan spiritual. Dapat disimpulkan bahwa pencapaian kualitas manusia yang ideal dan proporsional adalah cerdas secara intelektual, emosional, serta spiritual. Ketiganya harus lahir sekaligus tidak terpisahkan-pisah.

Untuk membangun kecerdasan tersebut secara sistematis dan integral. The ESQ Way 165 punya jalannya. Langkah pertama dalam membangun rasa kesadaran ketuhanan, yaitu kesadaran merasa melihat dan dilihat Tuhan-dari sinilah SQ terbentuk. Ketika sifat-sifat ketuhanan dijadikan nilai tertinggi, maka terciptalah satu nilai universal yang berisi kejujuran, kasih sayang, disiplin, kedamaian, kebersamaan, dan keadilan yang bersumber dari asmaul husna.

LANGKAH kedua, bangun prinsip-prinsip mental untuk membantuk kecerdasan emosional (EQ) berdasarkan rukun iman. Langkah ketiga adalah mengaplikasikan nilai-nilai spritual (SQ) dan mentalitas (EQ) ke dalam dimensi fisik (IQ); atau langkah nyata agar apa yang bersifat spiritual dapat dilakukan dengan konkret. Kesemua langkah tersebut dibangun berdasarkan nilai-nilai rukun Islam.

Jadi, The ESQ Way 165 terinspirasi oleh ihsan-iman-Islam yang mampu menjawab pertanyaan besar bagaimana menjaga keseimbangan SQ-EQ-IQ lewat penggabungan sufisme-filosofi-sains secara ilmiah, elaboratif, dan sarat sentuhan spiritual transendental.

Ada dua poin penting lima langkah menuju kesuksesan kecerdasan rukun Islam. Pertama padastrategic Collaboration, merealisasikan potensi suara hati yang bersumber pada asmaul husna dengan memberi secara tulus kepada lingkungan sekitar.

Kedua adalah total action yaitu mentransformasikan seluruh potensi diri dan suara hati yang bersumber pada Asmaul Husna menjadi tindakan dalam setiap gerak kehidupan.

Kedua hal ini bisa dicapai melalui serangkaian pelatihan. Training ESQ Character Building akan menjadikan seorang pribadi memiliki karakter kuat dan tangguh. Training ESQ Self Control lanjut meningkatkan kemampuan pengendalian diri untuk mengalahkan semua kelemahan.

Selanjutnya pada Training ESQ Strategic Collaborationpeserta diajak untuk menemukan potensi diri yang tidak ternilai yaitu kolaborasi dan menciptakan tim kerja solid.

Yang berakhir, Training ESQ Total Action akan meningkatkan kemampuan dalam mengeksekusi dan wujudkan menjadi kenyataan. [dry/islampos] HABIS

Referensi: Tangan-tangan yang Dicium Rasul/Syahyuti/Pustaka Hira/2011



Nasihat Rasulullah untuk para suami

Mempunyai suami yang setia tentu menjadi dambaan bagi setiap istri. Kesetiaan merupakan wujud kasih sayang yang nyata dari suami kepada istri dalam membina rumah tangga. Bak mutiara, tindakan setia ini memang berharga sangat mahal, bahkan tidak bisa diganti dengan uang.

Akan tetapi, setiap hubungan tidak pernah lepas dari cobaan, termasuk urusan ketidaksetiaan dari suami karena tergoda wanita lain. Godaan dalam bentuk ini bisa muncul dari mana saja sehingga melemahkan keimanan. Tidak jarang hubungan rumah tangga yang sudah bertahun-tahun harus kandas ditengah jalan . 

Rasulullah SAW sebagai tauladan Umat Islam ternyata telah memberikan nasehat kepada para suami yang tergoda wanita selain istrinya. Apa sajakah isi dari nasehat Rasulullah tersebut? Berikut ini informasi selengkapnya. 

Ada sebuah kisah dari Rasulullah yang bisa dijadikan contoh bagi seorang suami, betapa kesetiaan itu sangat penting dalam sebuah rumah tangga. 

Kala itu, dikisahkan Rasulullah masih ke Masjid Nabawi dalam keadaan rambut basah setelah mandi jinabat. Kemudia Rasulullah mengatakan kepada para sahabat untuk mendatangi istri mereka jika mereka tergoda dengan wanita lain. 

"Jika engkau melihat seorang wanita, lalu ia memikat hatimu, maka segeralah datangi istrimu. Sesungguhnya, istrimu memiliki seluruh hal seperti yang dimiliki oleh wanita itu." (HR. Tirmidzi)

Inilah nasehat yang diberikan Rasulullah SAW agar selalu mengingat istri. Istri merupakan seorang yang halal dan telah mengikatkan janji kepada suami. Oleh sebab itu, ketika seorang suami mulai tergoda pada wanita lain hendaklah ia segera mendatangi istrinya. 

Menjadi seorang suami, maka ada kewajiban menjadi pemimpin. Sudah sepantasnya seorang suami itu memberikan contoh dan tauladan kepada istri dan keluarganya dengan selalu setia kepada istrinya dimanapun ia berada. 

Maka, sungguh merugilah bila seorang suami tergoda kepada wanita lain. Hal tersebut dikarenakan semua yang dilihat dan dipikirkan olehnya dari wanita yang memikat hatinya itu ternyata sudah dimiliki oleh istrinya secara sah. Sungguh miris apabila seorang suami masih memikirkan wanita lain.

Mungkin banyak suami yang berpikir bahwa wanita yang membuatnya tergoda itu memiliki segalanya dan lebih menarik. Padahal, itu semua hanya perasaan saja dan hanya tipu daya dari setan yang senantiasa menggoda hamba Allah yang lemah. 

Demikianlah ulasan mengenai nasehat Rasulullah untuk suami yang tergoda dengan wanita lain. Jika mulai tergoda dengan wanita lain, maka cobalah untuk mengingat kembali nasehat Rasulullah tersebut. Jangan nodai mahligai rumah tangga dengan menyukai wanita lain. Semoga bermanfaat.

9 tanda keberadaan Allah

Meskipun sebagian orang percaya dengan keberadaan Allah, tapi tidak ada yang pernah bisa menunjukan bagaimana wujud-Nya. Berbagai doktrin agama, mengisi otak manusia dengan kepercayaan mengenai Sang Maha Pencipta.

Ada beberapa hal yang dapat membuktikan bahwa Allah itu ada. Di antaranya seperti berikut ini:

1. Big Bang
Para ilmuwan menerangkan konsep terciptanya alam semesta dengan istilah fenomena big bang. Sebuah ledakan dahsyat atau dentuman besar yang menyebabkan pembentukan alam berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta. Bahkan kejadian ini tercantum di dalam penjelasan surat AL-Anbiya ayat 30.

2. Bumi
Bumi sebagai planet yang dihuni manusia memiliki komposisi ideal untuk tempat tinggal. Secara alamiah, bumi di desain secara cerdas sebagai lingkungan agar segala jenis mahluk hidup dapat bertahan.

3. Air
Di belahan dunia manapun, tidak ada kehidupan yang dapat bertahan tanpa kehadiran air. Berpikir tentang bagaimana cara air dapat mengalir ke seluruh dunia, menunjukan tentang adanya kekuatan yang mengatur hal itu.

4. Otak
Manusia diberkahi kompleksitas otak untuk menalar sesuatu, sehingga mengahasilkan kecerdasan yang luar biasa. Perkembangan kemajuan otak manusia, mengalami kemajuan secara bertahap. Nah ini merupakan bahwa otak juga berevolusi, tanpa manusia sadari dengan sendirinya.

5. DNA
Setiap sel dalam tubuh mahluk hidup dikendalikan oleh semcam kode pemrograman yang disebut dengan DNA. Sistem yang sangat komplek itu dapat menciptakan kode-kode secara otomatis. Berbeda dengan kode yang terdapat di dalam komputer, yang membutuhkan bantuan seorang programer.

6. Kitab Suci
Para ilmuwan yang berpikir sangat modern, tetap percaya dengan isi kitab suci. Hal ini membuktikan kebenaran kandungan ayat-ayat kitab suci banyak yang sudah menjadi kenyataan. Seperti misalnya tentang kejadian yang menimpa kaum nabi Nuh, yang telah dijelaskan dalam Alquran.

7. Evolusi
Setiap mahluk hidup pasti mengalami evolusi dengan cara yang sangat acak. Sebuah proses perubahan pada seluruh bentuk kehidupan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

8. The Unexplained
Paranormal, dukun, setan dan malaikat adalah beberapa contoh kekuatan supranatural yang tidak mampu dijelaskan secara ilmiah. Hal tersebut seringkali terjadi di luar batas rasional manusia di dunia nyata.

9. Kesadaran
Kesadaran merupakan pertanyaan besar bagi para ilmuwan yang masih terus penasaran tentang teori hasil pemikiran manusia. Dari mana datangnya, dan bagaimana terjadinya kesadaran itu mampu menguasai pikiran manusia.

Mengapa Allah menggunakan kata KAMI dalam Firman-Nya di Al Qur'an

Dalam Alquran terjemahan kerap kali ditemukan kata "kami" untuk merepresentasikan firman Allah. Contohnya, "Kami Maha Berkehendak".

Sementara itu, seperti diketahui bahwa kata "kami" merujuk pada makna jamak. Apakah ini berarti kami (Allah) itu jamak?

"Katakanlah, Dia (Allah) itu Satu." Ya, Allah SWT itu satu, tidak jamak.

Allah SWT tentu saja bukanlah manusia, bukan juga makhluk hidup dengan seperangkat kelamin. Bukan laki-laki, bukan pula perempuan.

Dalam gramatikal bahasa Arab, memang ada 14 dhamir (kata ganti orang). Dari huwa (kata ganti orang ketiga, tunggal dan laki-laki) hingga nahnu.

Sementara dalam Alquran, pemakaian kata ganti orang ini kerap kali digunakan untuk lafaz Allah SWT. Kitab suci umat Islam ini membahasakan "Allah" dengan kata ganti "huwa (Dia)". Yang mana, seperti dijelaskan sebelumnya, makna aslinya adalah dia laki-laki (1 orang). Namun semua tahu bahwa Allah SWT bukan laki-laki atau perempuan.

Jika Alquran memakai kata ganti Allah dengan lafaz “huwa”, bukan “hiya” (untuk perempuan), lantas bukan berarti Allah itu laki-laki.

Pemakaian “huwa” adalah corak keistimewaan bahasa Arab yang tak ada seorang pun meragukannya.

Hal ini sama pula dengan penggunaan "nahnu(kami)". Jika dilihat dari penggunaan asal katanya, nahnu merupakan kata ganti orang pertama jamak, baik laki-laki atau perempuan. Namun ini bukan berarti Allah itu berjumlah banyak (jamak).

Tak semua “nahnu” selalu berarti pelakunya banyak. Secara umum, “nahnu” memang menunjukkan jumlah jamak, namun orang yang belum paham bahasa arab akan kecele dengan ungkapan ini. Kata “kami” tak selalu menunjukkan kuantiti banyak, namun menunjukkan pula kebesaran sosok yang menggunakannya.

Untuk contoh, presiden dari tanah arab mengatakan, “Kami sampaikan salam..”, apa ini bermakna jumlah presiden negara itu ada dua atau tiga orang? Jawabnya tentu tidak. Kenapa? Lema “kami” yang dipakainya menunjukkan kebesaran negaranya, bukan menampilkan jumlah presiden.

Dengan demikian, yang menyebut Allah itu ada banyak (jamak) hanya gara-gara ada kata “kami” di Al-Qur’an, bisa diukur kemampuan otaknya. Wallahua’lam. (Sumber:BersamaDakwah)

Minggu, 20 Desember 2015

Masuk Islam Setelah Meragukan Natal Yesus

Masuk Islam Setelah Meragukan Natal Yesus

Ketika hidayah Ilahi datang tak ada kekuatan apapun yang mampu membendung. Potensi akal, kajian ilmiah dan perenungan yang mendalam, menyampaikannya pada hidayah Ilahi. Mantan guru Sekolah Minggu di gereja ini pun berikrar masuk Islam dan memilih jalan tauhid wal jihad. 

Dahsyatnya ujian dan musibah datang silih berganti, justru menambah kokohnya iman sang muallaf. Allahu Akbar!!!

Tiga puluh tiga tahun silam, Febiana Kusuma Ariesta dilahirkan dalam keluarga besar Kristen fanatik. Kakek dan neneknya adalah aktivis gereja. Bahkan ibunya seorang misionaris yang aktif menginjili hingga ke Nusakambangan.

Dari keluarga aktivis di gereja itulah Febi mengenal Kristen hingga terdidik untuk menjadi aktivis gereja. Semasa kecil, ia beribadah di GPIB Cinere, ketika remaja ia pindah ke Gereja Alfa Omega di Semarang. Pada masa remaja, saat SMA Febi menjadi guru Sekolah Minggu di gereja.

“Opung saya, laki-laki dan perempuan itu semua aktif di gereja. Dari merekalah saya mengenal Kristen dan aktif di gereja. Sejak saat itu saya mulai aktif di kegiatan gereja, saat natal itu ada drama dan paduan suara,” ujarnya

Saat mengikuti drama Natal itulah imannya sedikit demi sedikit mulai goyah. Akal dan hati nuraninya tidak bisa menerima peringatan hari ulang tahun kelahiran Tuhan. Penelitiannya berlanjut ketika ia membaca kisah Natal dalam Alkitab (Bibel).

…Saat mengikuti drama Natal imannya mulai goyah. Akal dan hati nuraninya tak bisa menerima peringatan hari ulang tahun kelahiran Tuhan…

Dalam Injil Lukas pasal 2 diceritakan bahwa pada saat kelahiran Yesus, para penggembala ternak berada di padang Yudea.

“Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam” (Lukas 2:8).

Menurut ilmu meteorologi dan geofisika, keadaan cuaca di Timur Tengah pada tanggal 25 Desember dan sekitarnya, di wilayah Yudea daerah kelahiran Yesus, adalah musim salju yang sangat dingin. Mustahil para penggembala membawa ternaknya ke padang pada malam hari di musim salju yang sangat dingin?

Febi menyimpulkan bahwa Yesus tidak mungkin lahir tanggal 25 Desember karena tidak sesuai dengan situasi kelahiran Yesus yang tercatat dalam Bibel.

“Jadi buat saya ini tidak masuk akal. Sejak saat itu kehidupan saya mulai tidak tenang dan mulai mencari-cari keyakinan yang benar,” jelasnya.

Dalam kegalauan iman, Febi berusaha lebih aktif ke gereja untuk mencari jawaban. Tapi yang ia dapatkan bukan ketenangan, malah merasakan banyak keganjilan.

…Dalam kegalauan iman, semakin aktif ke gereja untuk mencari jawaban, yang ia dapatkan bukan ketenangan, malah merasakan banyak keganjilan…

Sebelum dibabtis Febi mengikuti Katekisasi gereja untuk pendalaman iman. Saat belajar itu Febi makin menemukan banyak pertanyaan dan keraguan yang belum terjawab.

Salah satu doktrin Kristen yang terasa ganjil di benaknya adalah inkarnasi Tuhan menjadi manusia Yesus untuk ditangkap, diolok-olok, disiksa, dicambuk, disesah, diludahi dan disalib hingga tewas mengenaskan di tiang salib (Markus 10:34).

“Ini tidak masuk akal, kok ada Tuhan yang menjelma jadi manusia lalu disiksa dan disalib. Kalau Tuhan itu Maha Pengampun dan penuh Kasih, kenapa tidak dia ampuni saja dosa manusia tanpa prosedur sadis seperti itu?” ujarnya.

Suatu hari Febi diajak keluarganya ke Yogyakarta untuk berziarah rohani di Gua Maria Lourdes. Di situ saya disuruh membaca Doa Bapa Kami: “Bapa kami yang di surga, dipermuliakanlah kiranya nama-Mu.  Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu, seperti di surga, demikian juga di atas bumi.  Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.  Dan ampunilah kiranya kepada kami segala kesalahan kami, seperti kami ini sudah mengampuni orang yang berkesalahan kepada kami.  Dan janganlah membawa kami kepada pencobaan, melainkan lepaskanlah kami daripada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.”

Setelah merenungi Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus di Taman Getsemani dalam Injil Matius 6:9-13 ini, Febi makin ragu terhadap doktrin Trinitas.

“Saya kemudian berpikir, sebenarnya Yesus itu siapa? Kok Yesus mengajarkan berdoa kepada Bapak yang ada di surga, Tuhan itu ada berapa?” kenangnya.

Semakin mendalami Bibel, Febi semakin meragukan doktrin ketuhanan Yesus. Injil Matius 4:1-11 menceritakan bahwa Yesus dibawa Roh ke padang gurun untuk dicobai iblis. Febi semakin meragukan doktrin ketuhanan Yesus. Jika Yesus adalah Tuhan atau penjelmaan Tuhan, mengapa dia bisa dicobai iblis yang jahat? Ini bertentangan dengan Surat Yakobus 1:13, bahwa Tuhan tidak dapat dicobai oleh yang jahat.

…Kalau Yesus itu Tuhan, kok bisa dia dicobai oleh iblis yang Dia ciptakan sendiri. Keyakinan saya bertambah bahwa agama Kristen ini tidak benar…

“Bibel mengisahkan Yesus yang penjelmaan Tuhan itu dicobai iblis. Kalau dia Tuhan kok bisa dia dicobai oleh iblis yang Dia ciptakan sendiri. Itu yang membuat keyakinan saya bertambah bahwa agama Kristen ini tidak benar,” simpulnya.

MENGENAL ISLAM DARI PEMBANTU

Dalam kegalauan, Allah punya rencana lain, menuntun Febi kepada Islam melalui pembantu rumahnya. Suatu hari Febi melihat pembantunya wudhu dan menunaikan shalat dengan mengenakan mukena putih.

“Kamu ngapain?” tanya Febi. “Sedang shalat dan berdoa,” jawab sang pembantu.

“Lalu untuk apa kamu wudhu dulu sebelum shalat?” lanjut Febi. “Karena untuk menghadap Allah Yang Maha Suci kita harus bersih dan suci,” jelasnya.

Rupanya dialog singkat itu sangat berkesan di hati Febi. Penjelasan sang pembantu itu bisa diterima logikanya. “Kalau mau bertemu orang penting seperti bos saja harus rapih dan bersih, masa mau menghadap Tuhan kita tidak bersih?” pikirnya.

Sejak itulah Febi mulai membanding-bandingkan Islam dengan Kristen. Beberapa keunggulan Islam dalam benak Febi waktu itu adalah persamaan semua orang di rumah ibadah. Di masjid tidak ada perbedaan shaf antara orang kaya dan orang miskin. Tidak masalah bila konglomerat maupun pejabat shalat di belakang orang miskin. Sementara hal yang sama tidak pernah terjadi di gereja.

Keistimewaan Islam lainnya, Al-Qur’an biasa dibaca sampai khatam dari surat Al-Fatihah yang pertama sampai ayat terakhir surat An-Nas. Sementara dalam kekristenan tidak ada tradisi membaca secara tuntas dari kitab Kejadian pasal satu sampai kitab Wahyu yang terakhir. “Kalau orang Islam baca Al-Qur’an itu dari awal sampai khatam tapi kalau di Kristen itu bacanya hanya sepenggal-sepenggal,” terangnya.

…Keraguannya terhadap doktrin ketuhanan Yesus mulai terjawab. Dalam sebuah ayat Injil Yesus berterus terang bahwa dirinya adalah nabi utusan Allah…

Umat Islam melaksanakan shalat Jum’at karena ada perintahnya dalam Al-Qur’an. Tapi umat Kristen beribadah pada hari Minggu, padahal dalam 10 Firman Bibel ada perintah menguduskan hari Sabat (Sabtu). “Sepuluh Titah Allah itu kan hal yang harus ditaati, salah satunya adalah diperintahkan agar menguduskan hari Sabat. Tapi kenapa orang Kristen itu ke gerejanya hari Minggu?” paparnya.

Dalam pengembaraan iman itu, keraguan Febi terhadap doktrin ketuhanan Yesus mulai terjawab. Sebuah ayat Injil menjadi kelegaan imannya, di mana Yesus berterus terang bahwa dirinya adalah nabi utusan Allah.

Dalam Injil Yohanes 12:49 Yesus berkata: “Sebab aku berkata-kata bukan dari diriku sendiri, tetapi Bapa yang mengutus aku, Dialah yang memerintahkan aku untuk mengatakan apa yang harus aku katakan dan aku sampaikan.”

“Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa Yesus itu adalah utusan Allah,” ujarnya.

Setamat SMA Febi melanjutkan pendidikan ke Universitas Indonesia (FISIP UI). Di awal kuliah, ia tak bisa mememdam kerinduannya untuk memeluk agama yang benar. Pada tahun 1997 ia pun memutuskan untuk hijrah menjadi pemeluk Islam. Secara formalitas, ia mengikrarkan dua kalimat syahadat di sebuah masjid di daerah Pondok Kopi, Jakarta Timur pada tahun 1998.

Setelah masuk Islam, Febi sangat menikmati hidup baru dan ibadahnya, meski masih tinggal satu atap dengan kedua orang tua yang beda akidah. Suatu hari, tanpa sengaja Febi shalat di kamarnya tanpa mengunci pintu. Qadarullah, ketika sedang khusyuk shalat ayahnya masuk kamar. Febi pun disidang oleh keluarga.

…Kalau kamu masuk Islam silakan keluar dari sini. Buat papa tidak masalah kehilangan anak satu, buat papa agama itu prinsip…

“Kalau kamu masuk Islam silakan keluar dari sini. Buat papa tidak masalah kehilangan anak satu, buat papa agama itu prinsip,” ancam sang ayah.

Tak gentar dengan ancaman ayahnya, Febi pun angkat kaki dari rumah tanpa membawa perbekalan apapun. Tak ada bekal pakaian, perhiasan maupun uang yang dibawanya, karena semua ditahan ayahnya. Febi meninggalkan rumah hanya dengan sehelai pakaian yang melekat di badan. Febi memilih pergi kepada kerabat jauh yang beragama Islam.

DIJEBAK MASUK KRISTEN DAN DIPAKSA MAKAN BABI

Setahun kemudian, tepatnya 1999 Febi menikah dengan pria yang diharapkan bisa membimbing dan menjaganya dalam berislam secara kaffah. Celakanya, Febi salah memilih suami yang diidam-idamkan. Sang suami ber-KTP Islam yang menjadi pendamping hidupnya ternyata seorang pemuja kemusyrikan. Amaliah ibadahnya adalah menyembah Nyai Roro Kidul dan hal-hal beraroma mistis lainnya.

Aktivitas kemusyrikan ini pun memicu perceraian Febi dengan suaminya. Febi bercerai dengan suaminya setelah dikaruniai seorang anak: Aufa Jhose Zaqi Nugraha. Untuk menafkahi dan membiayai sekolah anaknya, Febi bekerja sebagai pembantu rumah tangga selama 1,5 tahun di Pekanbaru, lalu menjadi pembantu Restoran di Bogor.

Suatu hari di tahun 2010, Febi mendapat panggilan dari ibunya di Semarang, katanya sedang ada masalah dan minta Febi pulang untuk ikut membantu menyelesaikan masalah. Tanpa pikir panjang, Febi pun meluncur bersama Zaqi ke Semarang memenuhi panggilan ibunya.

…Febi dikelilingi oleh pendeta dan anggota Komsel. Sambil berkomat kamit doa dalam nama Yesus, sang pendeta memegang kepalanya…

Sesampai di rumah, ternyata Febi dijebak untuk dipaksa masuk Kristen lagi. Di sana ia disambut oleh pendeta dan para aktivis Kristen yang tergabung dalam Komunitas Sel (Komsel) gereja. Disaksikan Zaqi, Febi dikelilingi oleh pendeta dan anggota Komsel. Sambil berkomat kamit doa dalam nama Yesus, sang pendeta memegang kepala Febi, sementara jemaat lainnya memegang badannya supaya tidak berontak.

Sang pendeta meneriakkan nama Yesus untuk mengusir roh jahat yang dianggap bersarang dalam diri Febi. Sejurus kemudian ia membisikkan ke telinga Febi dengan setengah memaksa agar mau mengucapkan kalimat untuk menerima Yesus sebagai tuhan dan juruselamat penebus dosa.

Febi yang sudah tidak berdaya melawan tak bisa berbuat banyak. Tapi Allah memberikan karomah sehingga mulutnya terkunci rapat tak bisa berkata sepatah kata pun.

“Itu yang membuat saya heran. Saya yakin itu adalah kuasa Allah. Mulut saya tidak bisa terbuka. Demi Allah waktu itu mulut saya seperti terkunci. Saya waktu itu hanya bisa nangis,” kenangnya.

Seluruh jemaat yang hadir pun tak kehabisan akal. Mereka memaksa Febi makan daging babi sebagai simbol bahwa ia menentang ajaran Islam yang mengharamkan babi. Pada hari itu tak ada menu makanan apapun selain babi.

…Mereka memaksa Febi makan daging babi sebagai simbol bahwa ia menentang ajaran Islam yang mengharamkan babi…

Gagal memaksa Febi, Zaqi pun menjadi sasaran kristenisasi oleh neneknya. Ia diajak berdoa bersama dengan cara menirukan doa neneknya yang misionaris itu. Tapi dengan tegas Zaqi menolaknya. “Oma silakan doa sama Yesus, tapi Zaqi mau berdoa sama Allah saja,” ujarnya polos.

Akhirnya keberanian Febi pun tersulut hingga lahirlah pertengkaran hebat antara Febi dan ibunya. “Mama, saya sayang sama mama tetapi saya lebih sayang sama Allah!” ujar Febi.

Tak mau kalah, karena malu di hadapan jemaat Komsel gereja, sang ibu pun berteriak menghardiknya. “Pergi kau dari sini, kau tidak sayang sama mama dan kau bukan anak mama lagi!” bentaknya.

Usai insiden itu, Febi pindah ke Bogor, menikah dengan seorang ikhwan aktivis Islam. Tinggal di rumah petak yang sangat minimalis, Febi merajut rumah tangga bahagia meski serba kekurangan. Berbagai ujian dan musibah datang silih berganti, namun Febi tetap tegar di jalan tauhid dan jihad.

Betapapun berat ujian yang menimpanya, Febi tak bergeming dari Islam. Tak ada penyesalan apapun hijrah kepada tauhid. “Allah itu Maha Besar. Apa yang menurut manusia tidak bisa terjadi menurut Allah segala hal bisa saja terjadi. Islam itu indah buat saya sekalipun ujiannya berat,” tutupnya.

Jumat, 18 Desember 2015

Membuat Orang Lain Bahagia

Coba bayangkan jika kita bisa

mengangkat kesulitan orang yang kesusahan …
mengenyangkan yang lapar …
melepaskan orang yang terlilit utang …
membuat orang lain bahagia,
keutamaannya, itu lebih baik dari melakukan ibadah i’tikaf di Masjid Nabawi sebulan penuh.
Sungguh ini adalah amalan yang mulia.

Keutamaan orang yang beri kebahagiaan pada orang lain dan mengangkat kesulitan dari orang lain disebutkan dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ

“Allah senantiasa menolong hamba selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699).

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ

“Siapa yang biasa membantu hajat saudaranya, maka Allah akan senantiasa menolongnya dalam hajatnya.” (HR. Bukhari no. 6951 dan Muslim no. 2580).

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 13280, 12: 453. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al Jaami’ no. 176).

Lihatlah saudaraku, bagaimana sampai membahagiakan orang lain dan melepaskan kesulitan mereka lebih baik dari i’tikaf di Masjid Nabawi sebulan lamanya.

Al Hasan Al Bashri pernah mengutus sebagian muridnya untuk membantu orang lain yang sedang dalam kesulitan. Beliau mengatakan pada murid-muridnya tersebut, “Hampirilah Tsabit Al Banani, bawa dia bersama kalian.” Ketika Tsabit didatangi, ia berkata, “Maaf, aku sedang i’tikaf.” Murid-muridnya lantas kembali mendatangi Al Hasan Al Bashri, lantas mereka mengabarinya. Kemudian Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Wahai A’masy, tahukah engkau bahwa bila engkau berjalan menolong saudaramu yang butuh pertolongan itu lebih baik daripada haji setelah haji?”

Lalu mereka pun kembali pada Tsabit dan berkata seperti itu. Tsabit pun meninggalkan i’tikaf dan mengikuti murid-murid Al Hasan Al Bashri untuk memberikan pertolongan pada orang lain.[1]

Rajinlah membuat orang lain bahagia dan bantulah kesusahan mereka. Hanya Allah yang memberi taufik.

[1] Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 294.

Kamis, 17 Desember 2015

Filosofi Ikan

“Loe tau kalo seekor ikan itu busuk dari bagian tubuh mananya dulu?” Jawab: “Ya, benar dan insang berada di bagian kepala.” 

Ternyata ini adalah sebuah analogi kepemimpinan. Sebuah organisasi atau perusahaan atau bagaimana pun Anda menyebutnya, apabila mengalami sebuah kekacauan, demonstrasi, pemberontakan, mogok, buruh demo, meningkatnya jumlah karyawan resign, anak buah ‘nilep’ uang, bawahan berbohong, dan masih banyak lagi, bisa jadi, dan mostly, disebabkan oleh kepalanya terlebih dahulu. 

Sama seperti ikan. Sebuah ikan akan diketahui kalau busuk dari kepalanya. Dan itulah asal muasal kebusukan itu. Mulai dari kepala lalu jatuh ke hati.

Kata "kebusukan" (asal dari kata "busuk"), seringkali berhubungan dengan soal buah-buahan, ikan, daging, dan lain sejenisnya. Namun di sisi lain, kita pun sudah sangat akrab dengan istilah "kutu busuk". Bahkan perilaku seseorang yang dinilai tidak terpuji, ujung-ujung nya akan berakhir dengan kata kebusukan. 

Betul, kata kebusukan ini cenderung berkonotasi negatif. Kita tentu tidak akan merasa bangga kalau di lemari kita tersimpan mangga busuk. Kita juga akan merasa tidak nyaman bila di lemari es tersimpan ikan busuk. Dan tentu saja kita pun tidak akan pernah memesan daging busuk bila para pramusaji menyuguhkan menu makanan di sebuah restoran. 

Pendek kata, kata busuk atau kebusukan, bukanlah sebuah kondisi yang kita inginkan dan patut dibanggakan. Malah kalau mungkin kita harus selalu terhindar dari suasana hidup yang penuh dengan kata-kata tersebut. Hal ini penting kita hayati, karena sangatlah tidak baik, jika dalam melakoni hidup ini, ternyata kita berusaha untuk menutupi sebuah kebusukan. Banyak yang berpendapat, sepandai-pandai nya orang menutupi kebusukan, akhirnya pasti akan terungkap juga.

Ada sebuah pertanyaan yang menarik untuk jadi bahan perenungan kita bersama : mengapa kalau proses pembusukan ikan dimulai dari kepala nya ? Lalu ada juga sebuah ungkapan yang menyatakan : "tidak ada anak buah yang salah, pemimpinlah yang harus bertanggungjawab". 

Kedua pernyataan diatas memberi kesan bahwa yang nama nya "pemimpin" memang memiliki tanggungjawab yang berbeda dengan yang dipimpinnya. Tugas dan tanggungjawab seorang suami sebagai pemimpin rumah tangga, tentu akan berbeda dengan sang istri atau menantunya. 

Beda pula dengan tugas dan tanggungjawab sang supir atau pembantu rumah tangganya. Itulah sebabnya mengapa yang namanya "standing posision" pemimpin cenderung memiliki tempat dan kedudukan tersendiri dalam sebuah proses kehidupan di dunia ini. 

Mengingat betapa pentingnya keberadaan pemimpin dalam sebuah kehidupan, baik itu di skala rumah tangga hingga skala bangsa, Nabi Muhammad SAW, telah memberi teladan soal kepemimpinan ini. 

Seorang pemimpin itu harus sidiq, amanah, tablig dan fathonah (=jujur, dapat dipercaya, transparansi dan profesional). Hanya, bila kita berkenan untuk berbicara jujur, maka menjadi seorang pemimpin yang benar-benar mampu mewujudkan keteladanan Rosulullah diatas, bukanlah hal yang cukup mudah untuk diwujudkan.

Dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat sekarang ini, memang ada fenomena-fenomena yang menarik untuk kita cermati, termasuk banyaknya "kebusukan-kebusukan" yang terungkap yang selama dilakukan oleh para pemimpin. Mulai dari terbongkarnya sebuah perselingkuhan yang dilakukan oleh pemimpin rumah tangga. Terbongkarnya pemangkiran membayar pajak oleh sekelompok pemimpin perusahaan. Terungkapnya kelemahan dan ketidakmampuan sebuah organisasi olah raga karena ketidakpiawaian pimpinan organisasi olah raga tersebut dalam mengembangkan manajemen kepemimpinannya. Terbongkarnya mafia hukum, mafia kasus, mafia proyek, dan lain sebagainya. Dan macam-macam perilaku lain yang sangat tidak terpuji dan kini mulai terbongkar satu demi satu.

Kebusukan memang tidak mungkin akan terus tertutupi, walau dengan teknologi secanggih apa pun. Dengan semakin seriusnya Pemerintah mengungkap perilaku-perilaku yang menyimpang dan jauh dari norma-norma kehidupan yang baik, kita berharap agar yang namanya kebusukan sedikit demi sedikit akan terselesaikan. Ini penting kita catat, karena betapa wangi nya aura kehidupan jika negeri dan bangsa ini bebas dari "bau busuk", yang kini masih tercium dalam kehidupan sehari-hari. 

REVOLUSI MENTAL Jawabannya....!!!

Kombinasi Madu dan Kayu Manis, penyembuh berbagai penyakit


Kini para ilmuan telah menemukan manfaat yang luar biasa dari madu yang dicampur dengan kayu manis. Campuran tersebut dapat menyembuhkan berbagai penyakit ganas. Sebagaimana dilansir dari Slickmen, ada 19 penyakit ganas yang bisa disembuhkan dengan campuran madu dan kayu manis, berikut ini daftar penyakit tersebut.

1. Sehatkan hati dan jantung
Buatlah pasta dari madu dan bubuk kayu manis, oleskan pada roti bukan jelly dan selai dan makan secara teratur untuk sarapan. Hal ini bisa mengurangi kolesterol dalam arteri dan menyelamatkan pasien dari serangan jantung.

Juga, mereka yang sudah memiliki serangan, ketika mereka melakukan proses ini setiap hari, mereka bisa terjaga dari serangan berikutnya. Kebiasaan ini juga bisa mengurangi sesak napas dan memperkuat detak jantung.

Di Amerika dan Kanada, berbagai panti jompo telah diberlakukan pda pasien, dan mereka telah sukses membuktikan dan menemukan bahwa madu dan kayu manis bisa membantu memperbaiki arteri dan vena saat mereka kehilangan fungsinya ketika dimakan usia.

2. Radang sendi
Pasien arthritis atau radang sendi dapat meminum 2 sendok madu madu dan 1 sendok kecil kayu manis dengan satu cangkir air panas setiap pagi dan malam hari. Ketika diminum secara teratur bahkan arthritis kronis dapat disembuhkan.

Dalam penelitian terbaru yang dilakukan di University Kopenhagen yang melibatkan 200 pasien, ditemukan bahwa ketika para dokter merawat pasien mereka dengan campuran satu sendok makan madu dan setengah sendok teh kayu manis bubuk sebelum sarapan, mereka menemukan bahwa dalam seminggu ada 73 pasien yang benar-benar sembuh dan dalam waktu satu bulan, hampir semua pasien yang tidak bisa berjalan atau bergerak karena arthritis sekarang mulai berjalan tanpa rasa sakit.

3. Infeksi kandung kemih
Ambil dua sendok bubuk kayu manis dan satu sendok teh madu dalam segelas air hangat dan meminumnya. Hal ini akan membantu menghancurkan kuman dalam kandung kemih.

4. Kolesterol
Dua sendok makan madu dan tiga sendok teh bubuk kayu manis dicampur dalam 16 ons air teh yang diberikan kepada pasien kolesterol ditemukan untuk mengurangi tingkat kolesterol dalam darah sebesar 10 persen dalam waktu dua jam.

Seperti yang disebutkan untuk pasien rematik, ketika diambil tiga kali sehari, maka kolesterol kronis akan sembuh. Menurut informasi yang diterima dalam kata Journal, madu murni yang diambil dengan makanan sehari-hari menyembuhkan keluhan kolesterol.

5. Masuk angin, batuk, dan sinusitis
Mereka yang menderita masuk angin berat harus meminum satu sendok makan madu dengan 1/4 sendok teh bubuk kayu manis dengan dicampur air hangat setiap hari selama tiga hari. Proses ini akan menyembuhkan batuk yang paling kronis, dingin, dan, membersihkan sinus.

6. Sakit perut
Madu yang dicampur dengan bubuk kayu manis dapat menyembuhkan sakit perut dan juga membersihkan bisul dari akarnya.

7. Meningkatkan imunitas tubuh
Penggunaan sehari-hari madu dan bubuk kayu manis memperkuat sistem kekebalan tubuh dan melindungi tubuh dari serangan bakteri dan virus. Para ilmuwan telah menemukan bahwa madu memiliki berbagai vitamin dan zat besi dalam jumlah besar.

Konstan menggunakan madu memperkuat sel-sel darah putih (di mana DNA terkandung di dalamnya) untuk melawan berbagai bakteri dan virus penyebab penyakit.

8. Gangguan pencernaan
Bubuk kayu manis yang dicampurkan dengan dua sendok makan madu yang dikonsumsi sebelum makanan dapat mengurangi keasaman dari makanan yang dimakan dan membantu proses pencernaan makanan lebih mudah.

9. Flu dan pilek
Seorang ilmuwan di Spanyol telah membuktikan bahwa madu berisi ‘bahan’ alami yang membunuh kuman influenza dan menyelamatkan pasien dari penyakit flu.

10. Umur panjang dan awet muda
Teh yang dibuat dengan madu dan bubuk kayu manis, jika diminum secara teratur, akan meringankan terserang penyakit akibat usia tua dan membuat awet muda. Caranya dengan mencampurkan empat sendok madu, satu sendok bubuk kayu manis, dan tiga gelas air teh yang direbus.

Minum 1/4 cangkir, tiga sampai empat kali sehari. Hal ini juga mampu membuat kulit usia tua menjadi lebih segar dan lembut.

11. Serak atau radang tenggorokan
Ketika tenggorokan memiliki gatal atau yang serak, mengambil satu sendok makan madu dan minum sampai habis bisa membantu memulihkan suara. Ulangi selama tiga jam setiap harinya, sampai tenggorokan merasa lebih baik.

12. Jerawat
Tiga sendok makan madu dan satu sendok bubuk kayu manis pasta yang dioleskan pada jerawat sebelum tidur dan mencucinya keesokan harinya dengan air hangat akan membantu menghilangkan jerawat. Ketika dilakukan setiap hari selama dua minggu, itu akan membantu menghapus semua jerawat dari akar.

13. Infeksi kulit
Menerapkan madu dan bubuk kayu manis di bagian kulit yang sama pada bagian yang terkena infeksi akan membantu menyembuhkan eksim, kurap dan segala jenis infeksi kulit.

14. Berat badan turun
Mengkonsumsi madu dan kayu manis bubuk yang dicampur air hangat setiap hari di pagi hari satu setengah jam sebelum sarapan dan pada saat perut kosong, dan pada malam hari sebelum tidur dapat mengurangi berat bahkan orang untuk yang paling gemuk.

Meminum campuran ini secara teratur juga akan mencegah kemungkinan lemak menumpuk dalam tubuh meskipun orang tersebut makan makanan yang tinggi kalori.

15. Kanker
Penelitian terbaru di Jepang dan Australia telah mengungkapkan bahwa kanker perut dan tulang telah disembuhkan dengan sukses menggunakan terapi madu dengan kayu manis.

Pasien yang menderita jenis kanker ini setiap harinya harus mengkonsumsi satu sendok makan madu dengan satu sendok teh bubuk kayu manis tiga kali sehari selama satu bulan.

16. Kelelahan
Studi terbaru menunjukkan bahwa kandungan madu sangat bermanfaat untuk tubuh. Warga yang mengkonsumsi madu dan bubuk kayu manis akan terhindar dari rasa lelah yang berlebihan.

Dr Milton, yang telah melakukan penelitian, mengatakan bahwa setengah sendok makan madu yang dicampur dalam segelas air dan ditaburi bubuk kayu manis akan membantu vitalitas tubuh meningkat.

17. Bau mulut
Orang dari Amerika Selatan, berkumur dengan satu sendok teh madu dan bubuk kayu manis dicampur dalam air panas, ini adalah hal pertama di pagi hari yang mereka lakukan. Hal ini membuat napas mereka tetap segar sepanjang hari.

18. Menyembuhkan gangguan pendengaran
Mengkonsumsi madu dicampur bubuk kayu manis akan membantu meringankan gangguan pendengaran, bahkan bisa menyembuhkannya.

19. Menghilangkan gas dalam perut
Penelitian yang dilakukan di India dan Jepang, mengungkapkan bahwa ketika mengkonsumsi madu dicampurkan dengan bubuk kayu manis akan membuat perut terasa lega dan tidak terasa ada gas berlebihan dalam perut.

Sabtu, 12 Desember 2015

Nilai-nilai yang terkandung dalam Outbond

Nilai-nilai Yang Di Observasi Dalam Pelatihan Outbound Training

1. CONSIDERATION TO OTHER ; Melihat orang lain sama pentingnya sebagaimana kita sendiri, memberi semangat dan menolong sesama,memikirkan kebahagiaan orang lain.

2. LEADERSHIP ; Bertanggung jawab dalam sebuah kelompok,mengorganisir orang lain.

3. COMMUNICATION;  Berbicara dan mendengarkan orang lain,memberikan ide dan opini, memahami instruksi, bergabung dalam diskusi kelompok.

4. REACTING TO CHALLENGE ;  Suka dengan tantangan baru, Mengatasi tantangan baru, mendapatkan kepuasan dengan menyelesaikan tugas yang sulit, lebih suka ‘melakukan ‘ daripada  “memikirkan”.

5. TEAMWORK ; Berbagi ide, mengemukakan pendapat, keterbukaan

6. PERSONAL QUALITIES; Mudah menyesuaikan diri,mengerjakan yang terbaik, rapi dan tepat waktu

7. TOLERANCE  OF  OTHER ; Tidak terus menerus  memaksakan kemauan sendiri, mau menerima kritik,tidak terus menerus bersaing,mendengarkan orang lain walaupun tidak sependapat.

8. DECISION MAKING ; Mudah mengambil keputusan, teguh pada keputusan yang diambil, mencari  saran yang baik sebelum mengambil keputusan.

9. ENJOYMENT ; meluangkan waktu untuk bersenang- senang, meluangkan waktu untuk bersantai, meluangkan waktu untuk teman- teman.

Piagam Madinah, Konsep Hak Asasi Manusia dalam Islam

Piagam Madinah (Bahasa Arab: صحیفة المدینه, shahifatul madinah) juga dikenal dengan sebutan Konstitusi Madinah, ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di Yathrib (kemudian bernama Madinah) pada tahun 622 Masehi.

Dokumen tersebut disusun sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan pertentangan sengit antara Bani ‘Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu dokumen tersebut menetapkan sejumlah hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas penyembah berhala di Madinah; sehingga membuat mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab disebut ummah.

Piagam Madinah terdiri dari 47 pasal yang terdiri dari hal Mukaddimah,dilanjutkan oleh hal-hal seputar Pembentukan umat, Persatuan seagama, Persatuan segenap warga negara, Golongan minoritas, Tugas Warga Negara, Perlindungan Negara, Pimpinan Negara, Politik Perdamaian dan penutup.

Disinilah kita bisa melihat peran dan fungsi Muhammad sebagai seorang negarawan sekaligus seorang pemimpin negara yang besar dan berkualitas sepanjang sejarah peradaban manusia, disamping posisi beliau selaku seorang Nabi dan Rasul secara keagamaan. 

Berikut isinya, lengkap dengan teks asli berbahasa Arab :

صحيفة المدينة
(Piagam Madinah)بسم الله الرحمن الرحيمهذا كتاب من محمد النبي صلىالله عليه وسلم بين المؤمنين والمسلمين من قريش ويثرب ومن تبعهم فلحق بهم وجاهد معهم.

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

Ini adalah piagam dari Muhammad Rasulullah SAW, di kalangan mukminin dan muslimin (yang berasal dari) Quraisy  dan Yatsrib (Madinah), dan yang mengikuti mereka, menggabungkan diri dan berjuang bersama mereka.

١. انهم امة واحدة من دون الناس.

Pasal 1

Sesungguhnya mereka satu umat, lain dari (komuitas) manusia lain.

٢. المهاجرون من قر يش على ربعتهم يتعاقلون بينهم اخذالدية واعطائها وهم يفدون عانيهم بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 2

Kaum muhajirin dari Quraisy sesuai keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka dan mereka membayar tebusan tawanan dengan cara baik dan adil di antara mukminin.

٣. وبنوعوف على ربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 3

Banu Auf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

٤. وبنوساعدة علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 4

Banu Sa’idah sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

٥. وبنو الحرث على ربعتهم يتعاقلون الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 5

Banu Al-Hars sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

٦. وبنوجشم علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 6

Banu Jusyam sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

٧. وبنو النجار علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 7

Banu An-Najjar sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

٨. وبنو عمرو بن عوف علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 8

Banu ‘Amr bin ‘Awf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

٩. وبنو النبيت علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 9

Banu Al-Nabit sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

١٠. وبنو الاوس علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 10

Banu Al-‘Aws sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

١١. وان المؤمنين لايتركون مفرجا بينهم ان يعطوه بالمعروف فى فداء اوعقل.

Pasal 11

Sesungguhnya mukminin tidak boleh membiarkan orang yang berat menanggung utang diantara mereka tetapi membantunya dengan baik dalam poembayaran tebusan atau diat.

١٢. ولا يحالـف مؤمن مولى مؤمن دونه.

Pasal 12

Seorang mukmin tidak diperbolehkan membuat persekutuan dengan sekutu mukmin lainnya tanpa persetujuan dari padanya.

١٣. وان المؤمنين المتقين على من بغى منهم او ابتغى د سيعة ظلم اة اثم اوعدوان او فساد بين المؤمنين وان ايديهم عليه جميعا ولو كان ولد احدهم.

Pasal 13

Orang-orang mukmin yang taqwa harus menentang orangyang diantara mereka mencari atau menuntut sesuatu secara zalim , jahat, melakukan permusuhan atau kerusakan di kalangan mukminin. Kekuatan mereka bersatu dalam menentangnya, sekalipun ia anak dari salah seorang di antara mereka.

١٤. ولا يقتل مؤمن مؤمنا فى كافر ولا ينصر كافرا على مؤمن.

Pasal 14

Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang beriman lainnya lantaran membunuh orang kafir. Tidak boleh pula orang beriman membantu orang kafir untuk (membunuh)  orang beriman.

١٥. وان ذمة الله واحدة يحيد عليهم اد ناهم وان المؤمنين يعضهم موالي بعض دون الناس.

Pasal 15

Jaminan Allah satu. Jaminan (perlindungan) diberikan oleh mereka yang dekat. Sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak bergantung kepada golongan lain.

١٦. وانه من تبعنا من يهود فان له النصر والاسوة غير مظلومين ولا متناصر عليهم.

Pasal 16

Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan ditentang olehnya.

١٧. وان سلم المؤمنين واحدة لا يسالم مؤمن دون مؤمن في قتال في سبيل الله الا على سواء وعدل بينهم.

Pasal 17

Perdamaian mukminin adalah satu. Seorang mukmin tidak boleh membuat perdamaian tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu peperangan di jalan Allah, kecuali atas dasar kesamaan dan keadilan di antara mereka.

١٨. وان كل غازية غزت معنا يعقب بعضها بعضا.

Pasal 18

Setiap pasukan yang berperang bersama kita harus bahu membahu satu sama lain.

١٩. وان المؤمنين يبئ بعضهم على بعض بـمانال دماءهم فىسبيل الله وان المؤمنين والمتقين على احسن هدى واقومه.

Pasal 19

Orang-orang mukmin itu membalas pembunuh mukmin lainnya dalam peperangan di jalan Allah. Orang-orang beriman dan bertakwa berada pada petunjuk yang terbaik dan lurus.

٢٠. وانه لايجير مشرك مالا لقر يش ولانفسا ولايحول دونه على مؤمن.

Pasal 20

Orang musyrik (Yatsrib) dilarang melindungi harta dan jiwa orang (musyrik) Quraisy, dan tidak boleh bercampur tangan melawan orang beriman.

٢١. وانه من اعتبط مؤمنا قتلا عن بينة فانه قودبه الا ان يرضى ولي المقتول وان المؤمنين عليه كافة ولايحل لهم الاقيام عليه.

Pasal 21

Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup bukti atas perbuatannya, harus dihukum bunuh, kecuali wali terbunuh rela (menerima diat). Segenap orang beriman harus bersatu dalam menghukumnya.

٢٢. وانه لا يحل لمؤمن أقر بما فى هذه الصحيفة وآمن بالله واليوم الآخر ان ينصر محدثا ولا يـؤوية وانه من نصره او آواه فان عليه لعنة الله وغضبه يوم القيامة ولايـؤخذ منه صرف ولاعدل.

Pasal 22

Tidak dibenarkan orang mukmin yang mengakui piagam ini, percaya pada Allah dan Hari Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi tempat kediaman kepadanya. Siapa yang memberi bantuan dan menyediakan tempat tinggal bagi pelanggar itu, akan mendapat kutukan dari Allah pada hari kiamat, dan tidak diterima dari padanya penyesalan dan tebusan.

٢٣. وانكم مهما اختلفتم فيه من شيئ فان مرده الى الله عزوجل والى محمد صلى الله عليه وسلم

Pasal 23

Apabila kamu berselisih tentang sesuatu, penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah Azza Wa Jalla dan (keputusan) Muhammad SAW.

٢٤. وان اليهود ينفقون مع المؤمنين ماد اموا محاربين

Pasal 24

Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan.

٢٥. وان يهود بني عوف امة مع المؤمنين لليهود دينهم وللمسلمين دينهم مواليهم وانفسهم الا من ظلم واثم فانه لا يـوتخ الا نفسه واهل بيته.

Pasal 25

Kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan merusak diri dan keluarga.

٢٦. وان ليهود بنى النجار مثل ماليهود بنى عوف

Pasal 26

Kaum Yahudi Banu Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

٢٧. وان ليهود بنى الحرث مثل ماليهود بنى عوف

Pasal 27

Kaum Yahudi Banu Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

٢٨. وان ليهود بنى ساعدة مثل ماليهود بنى عوف

Pasal 28

Kaum Yahudi Banu Sa’idah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

٢٩. وان ليهود بنى جشم مثل ماليهود بنى عوف

Pasal 29

Kaum Yahudi Banu Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

٣٠. وان ليهود بنى الاوس مثل ماليهود بنى عوف

Pasal 30

Kaum Yahudi Banu Al-‘Aws diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

٣١. وان ليهود بنى ثعلبة مثل ماليهود بنى عوف الامن ظلم واثم فانه لا يوتخ الانفسه واهل بيته.

Pasal 31

Kaum Yahudi Banu Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

٣٢. وان جفنه بطن ثعلبه كأ نفسهم

Pasal 32

Kaum Yahudi Banu Jafnah dari Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

٣٣. وان لبنى الشطيبة مثل ماليهود بنى عوف وان البر دون الاثم

Pasal 33

Kaum Yahudi Banu Syutaibah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

٣٤. وان موالي ثعلبه كأنفسهم

Pasal 34

Sekutu-sekutu Sa’labah diperlakukan sama seperti mereka (Banu Sa’labah).

٣٥. وان بطانة يهود كأنفسهم

Pasal 35

Kerabat Yahudi (di luar kota Madinah) sama seperti mereka (Yahudi).

٣٦. وانه لا يخرج احدمنهم الا باذن محمد صلىالله عليه وسلم وانه لا ينحجرعلى ثار جرح وانه من فتك فبنفسه فتك واهل بيته الا من ظلم وان الله على ابرهذا.

Pasal 36

Tidak seorang pun dibenarkan (untuk berperang), kecuali seizin Muhammad SAW. Ia tidak boleh dihalangi  (menuntut pembalasan) luka (yang dibuat orang lain). Siapa berbuat jahat (membunuh), maka balasan kejahatan itu akan menimpa diri dan keluarganya, kecuali ia teraniaya. Sesunggunya Allah sangat membenarkan ketentuan ini.

٣٧. وان على اليهود نفقتهم وعلى المسلمين نفقتهم وان بينهم النصرعلى من حارب اهل هذه الصحيفة وان بينهم النصح والنصيحة والبر دون الاثم وانه لم يأثم امرؤ بـحليفه وان النصر للمظلوم.

Pasal 37

Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya dan bagi mauk muslimin ada kewajiban biaya. Mereka (Yahudi dan muslimin) bantu membantu dalam menghadapi musuh piagam ini. Mereka saling memberi saran dan nasehat. Memenuhi janji lawan dari khianat. Seseorang tidak menanggung hukuman akibat (kesalahan) sekutunya. Pembelaan diberikan kepada pihak yang teraniaya.

٣٨. وان اليهود ينفقون مع المؤمنين مادا موا محاربين.

Pasal 38

Kaum Yahudi memikul bersama mukiminin selama dalam peperangan.

٣٩. وان يثرب حرام جوفهالاهل هذه الصحيفة.

Pasal 39

Sesungguhnya Yatsrib itu tanahnya haram (suci) bagi warga piagam ini.

٤٠. وان الجار كالنفس غير مضار ولااثم.

Pasal 40

Orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin, sepanjang tidak bertindak merugikan dan tidak khianat.

٤١. وانه لا تجارحرمة الا باذن اهلها

Pasal 41

Tidak boleh jaminan diberikan kecuali seizin ahlinya.

٤٢. وانه ما كان بين اهل هذه الصحيفة من حدث واشتجار يخاف فساده فان مرده الى الله عزوجل والى محمد صلىالله عليه وسلم وان الله على اتقى ما فى هذه الصحيفة وابره.

Pasal 42

Bila terjadi suatu persitiwa atau perselisihan di antara pendukung piagam ini, yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya, diserahkan penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah Azza Wa Jalla, dan (keputusan) Muhammad SAW. Sesungguhnya Allah paling memelihara dan memandang baik isi piagam ini.

٤٣. وانه لاتجار قريش ولا من نصرها

Pasal 43

Sungguh tidak ada perlindungan bagi Quraisy (Mekkah) dan juga bagi pendukung mereka.

٤٤. وان بينهم النصر على من دهم يثرب.

Pasal 44

Mereka (pendukung piagam) bahu membahu dalam menghadapi penyerang kota Yatsrib.

٤٥. واذا دعوا الى صلح يصالحونه (ويلبسونه) فانهم يصالحونه ويلبسونه وانهم اذا دعوا الى مثل ذلك فانه لهم علىالمؤمنين الا من حارب فى الدين على كل اناس حصتهم من جابنهم الذى قبلهم.

Pasal 45

Apabila mereka (pendukung piagam) diajak berdamai dan mereka (pihak lawan) memenuhi perdamaian serta melaksankan perdamaian itu, maka perdamaian itu harus dipatuhi. Jika mereka diajak berdamai seperti itu, kaum mukminin wajib memenuhi ajakan dan melaksanakan perdamaian itu, kecuali terhadap orang yang menyerang agama. Setiap orang wajib melaksanakan (kewajiban) masing-masing sesuai tugasnya.

٤٦. وان يهود الاوس مواليهم وانفسهم على مثل مالاهل هذه الصحيفة مع البر الحسن من اهل هذه الصحيفة وان البر دون الاثم.

Pasal 46

Kaum Yahudi Al-‘Aws, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan kewajiban seperti kelompok lain pendukung piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan penuh dari semua pendukung piagam ini. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu berbeda dari kejahatan (pengkhianatan). Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya. Sesungguhnya Allah palingmembenarkan dan memandang baik isi piagam ini.

٤٧. ولا يكسب كاسب الاعلى نفسه وان الله على اصدق فى هذه الصحيفة وابره وانه لا يحول هذا الكتاب دون ظالم وآثم. وانه من خرج آمن ومن قعد آمن بالمدينة الا من ظلم واثم وان الله جار لمن بر واتقى ومحمد رسول الله صلى الله عليه وسلم

Pasal 47

Sesungguhnya piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat. Orang yang keluar (bepergian) aman, dan orang berada di Madinah aman, kecuali orang yang zalim dan khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat baik dan takwa. Dan Muhammad Rasulullah SAW

مقتطف من كتاب سيرة النبي ص.م. الجزء الـثانى ص 119-133 لابن هشام (أبى محمد عبد المـلك) المتوفى سنة 214 هـ.

Dikutip dari kitab Siratun-Nabiy saw., juz II, halaman 119-133, karya Ibnu Hisyam (Abu Muhammad Abdul malik) wafat tahun 214 H.

[1] “Muhammad”, Encyclopedia of Islam Online

[2] Watt. Muhammad at Medina and R. B. Serjeant “The Constitution of Medina.” Islamic Quarterly 8 (1964) p.4.