Sabtu, 31 Januari 2015

Bershalawat Nabi, Berikut Lima Keutamaannya

Salah satu refleksi dari kecintaan seseorang kepada Baginda Nabi Muhammad SAW adalah membaca shalawat untuknya. Hal ini dipertegas dalam Alquran surah al-Ahzab [33] ayat 56.

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Bershalawat artinya, jika datang dari Allah berarti pemberian rahmat, dari malaikat berarti memintakan ampunan, dan jika dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat.

Membaca shalawat, selain sebagai perintah secara langsung dari Allah SWT—yang Dia dan para malaikat mencontohkannya—juga memiliki banyak keutamaan yang akan didapat oleh orang-orang yang mengamalkannya.

Pertama, dikabulkan doanya. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu membaca shalawat, hendaklah dimulai dengan mengagungkan Allah Azza wa Jalla dan memuji-Nya. Setelah itu, bacalah shalawat kepada Nabi. Dan setelah itu, barulah berdoa dengan doa yang dikehendaki.” (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).

Dalam hadis yang lain, “Setiap doa akan terhalang (untuk dikabulkan) hingga dibacakan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya.” (HR Thabrani).

Kedua, dijanjikan pahala berlipat. Rasuullah SAW bersabda, “Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali.” (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).

Ketiga, diangkat derajatnya. Pada suatu pagi Rasulullah tampak bahagia seperti terlihat dari kecerahan wajahnya. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, pagi ini Engkau tampak bahagia seperti terlihat dari kecerahan wajahmu.” Beliau bersabda, “Memang benar. Semalam aku ditemui oleh seorang utusan Tuhanku Yang Mahaagung. Dia berkata, ‘Barang siapa di antara umatmu yang bershalawat kepadamu sekali, maka Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan, menghapuskan dari dirinya sepuluh keburukan, meninggikannya sebanyak sepuluh derajat, dan mengembalikan kepadanya sepuluh derajat pula’.” (HR Ahmad).

Keempat, dikumpulkan di surga bersama Nabi. Rasulullah SAW bersabda, “Manusia yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat ialah yang paling banyak membaca shalawat kepadaku.” (HR Tirmidzi).

Kelima, mendapatkan syafaat Nabi. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali. Lalu, mintalah kepada Allah wasilah untukku karena wasilah adalah sebuat tempat di surga yang tidak akan dikaruniakan, melainkan kepada salah satu hamba Allah. Dan, aku berharap bahwa akulah hamba tersebut. Barang siapa memohon untukku wasilah, maka ia akan meraih syafaat.” (HR Muslim).

Semoga Allah meringankan lisan kita untuk selalu membaca shalawat kepada Nabi SAW dan meraih keutamaannya. Amin!

Mengapa tidak boleh tidur terlalu malam ?

Diantara kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah, beliau tidak suka begadang. Jika tidak ada urusan penting –baik tentang dakwah ataupun jihad- maka beliau menyegerakan tidur setelah shalat Isya’ kemudian bangun di pertengahan malam atau sepertiga malam untuk shalat tahajjud atau qiyamullail.

Selain memudahkan tahajjud, ternyata kebiasaan tidak tidur terlalu malam juga memiliki banyak manfaat medis yang baru diketahui di zaman modern ini. Sebaliknya, orang yang tidur terlalu malam terancam bahaya kesehatan sebagai berikut:

1. Sistem Imun Melemah

Tidur terlalu malam ternyata berpengaruh rusaknya sel-sel darah putih. Akibatnya kekebalan tubuh menjadi melemah dan rentan terhadap serangan berbagai penyakit.

2. Diabetes

Tidur terlalu malam juga merusak hormon di tubuh. Akibatnya tubuh tidak toleran terhadap glukosa karena jumlah insulin menurun. Orang yang tidur terlalu malam menjadi lebih rentan terhadap penyakit Diabetes.

3. Sakit Kepala Hingga Kerusakan Otak

Tidur terlalu malam membuat tubuh tidak bisa beristirahat dengan baik. Meskipun waktu tidurnya sama, katakanlah lima jam, orang yang tidur sebelum tengah malam dan bangun sepertiga malam terakhir akan merasakan kondisi fisik yang lebih fit. Sebaliknya, tidur larut malam membuat istirahat tidak efektif. Ketika bangun kepala terasa berat, itulah tanda gegar otak kecil sedang menyerang. Jika dibiasakan, terus menerus dalam waktu berkepanjangan, kerusakan otak bisa mengancam.

4. Kanker Hati

Dintara penyakit berbahaya akibat tidur terlalu malam adalah kanker hati. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam situs resmi UGM Fakultas Kedokteran Bagian Radiologi. Bahwa penelitian para dokter di National Taiwan Hospital menemukan bahwa tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang merupakan penyebab utama kerusakan hati.

Subhanallah… demikianlah hikmah medis dari salah satu kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Aisyah radhiyallahu ‘anha menjelaskan kebiasaan beliau ini:

مَا نَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَلَا سَهِرَ بَعْدَهَا

Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah tidur sebelum waktu isya’ dan tidak pernah begadang setelahnya. (HR. Ahmad; shahih)

Ibnu Qayyim Al Jauziyah menjelaskan dalam Zadul Ma’ad: “Termasuk kebiasaan beliau adalah tidur di awal malam dan bangun di bagian akhirnya. Terkadang beliau begadang di awal malam untuk mengurusi berbagai kepentingan orang-orang miskin.”

Semoga kita dimudahkan untuk meneladani beliau, dan mendapatkan banyak manfaat dan hikmah berkat meneladani beliau.

**********

Untuk menjadi sehat cukup dengan mengatur gaya hidup dan pola makan sehari-hari. Olahraga, pola makan dan tidur teratur akan membuat kondisi tubuh melakukan penyerapan zat-zat makanan dan pembuangan zat-zat yang tidak berguna/racun (detoxin) sesuai jadwalnya.

Detoxin atau Detoxifikasi (Detox) adalah proses pembuangan zat-zat yang tidak berguna (racun) di dalam tubuh kita. Detox alami terjadi pada waktu kita tidur dimalam hari, berikut ini adalah jadwal detox yang dilakukan tubuh kita.

Jadwal detox badan:

Malam hari pk 21.00 – 23.00 : adalah pembuangan zat-zat tidak berguna/beracun(de-toxin) dibagian system antibody (kelenjar getah bening). Selama durasi waktu ini seharusnya dilalui dengan suasana tenang atau mendengarkan musik (lebih baik lagi bila sudah tidur) . Bila saat itu seorang ibu rumah tangga masih dalam kondisi yang tidak santai seperti misalnya mencuci piring atau mengawasi anak belajar, hal ini dapat berdampak negative untuk kesehatan.

Malam hari pk 23.00 – dini hari 01.00 : saat proses de-toxin dibagian hati, harus berlangsung dalam kondisi tidur pulas.

Dini hari 01.00 – 03.00 : proses de-toxin dibagian empedu, juga berlangsung dalam kondisi tidur pulas.

Dini hari 03.00 – 05.00 : de-toxin dibagian paru-paru, sebab itu akan terjadi batuk yang hebat bagi penderita batuk selam durasi waktu ini. Karena proses pembersihan (de-toxin) telah mencapai saluran pernapasan, maka tidak perlu minum obat batuk agar supaya tidak merintangi proses pembuangan kotoran.. Bagi perokok pembersihan berlangsung dengan tidak sempurna.

Pagi pk 05.00 – 07.00 : de-toxin di bagian usus besar, harus buang air besar.

Pagi pk 07.00 – 09.00 : waktu penyerapan gizi makanan bagi usus kecil, harus makan pagi. Bagi orang yang sakit sebaiknya makan lebih pagi yaitu sebelum pk 06.30… Makan pagi sebelum pk 07..30 sangat baik bagi mereka yang ingin menjaga kesehatannya. Bagi mereka yang tidak makan pagi harap mengubah kebiasaannya ini, bahkan masih lebih baik terlambat makan pagi hingga pk 9-10 daripada tidak makan sama sekali.

Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang akan mengacaukan proses pembuangan zat-zat yang tidak berguna. Selain itu, dari tengah malam hingga pukul 4 dini hari adalah waktu bagi sumsum tulang belakang untuk memproduksi darah. Sebab itulah, Tidurlah Nyenyak dan Jangan Begadang.

12 Golongan Orang yang Didoakan MALAIKAT

Kalau ingin didoakan para malaikat, lakukanlah amal sholeh berikut ini.

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.

Imam Ibnu Hibban meriwayatkan, dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya.
Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2. Orang yang duduk menunggu shalat.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra.,

bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)

3.Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat.

Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

4. Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf).

Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)

6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

7. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit). Sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)

9.Orang-orang yang berinfak.

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

10. Orang yang makan sahur.

Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur"
(hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

11. Orang yang menjenguk orang sakit.

Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")

12. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain"

(dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Arti Bacaan Tasbih, Tahmid, Takbir, Tahlil, Istighfar dan Keutamaannya (Dzikir Agama Islam)


Di bawah ini adalah pengertian / arti dari bacaan-bacaan zikir tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), takbir (Allahuakbar), tahlil (Laa ilaha Illallah), istighfar (Astaghfirullah hal adzim), dan lain sebagainya dalam ajaran agama Islam. Bacaan-bacaan di bawah ini ringan untuk dilakukan, akan tetapi berat timbangan amal yang kita dapatkan.

– Tasbih : “Subhanallah”, artinya “Maha Suci Allah”.

– Tahmid : “Alhamdulillah”, artinya “Segala Puji Bagi Allah”.

– Takbir : “Allahuakbar”, artinya “Maha Besar Allah” .

– Tahlil : “Laa ilaha Illallah”, artinya “Tiada Tuhan Selain Allah”.

– Istighfar : “Astaghfirullah hal adzim”, artinya “Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung”.

– Istighfar Jamak : “Nastaghfirullah hal adzim”, artinya “Kami mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung”.

– Bacaan “Audzubillah himinasyaitonirrajim”, artinya “Aku berlindung kepada Allah dari syaithan yang terkutuk”.

– Bacaan “Naudzubillah himinasyaitonirrajim”, artinya “Kami berlindung kepada Allah dari syaithan yang terkutuk”.

Keutamaan membaca Dzikir

– Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu mendapatkan seribu kebaikan setiap hari? Salah seorang di antara yang duduk bertanya: Bagaimana mungkin di antara kita bisa memperoleh seribu kebaikan (dalam sehari)? Rasulullah SAW bersabda: Hendaklah dia membaca seratus tasbih (Subhanallah), maka ditulis seribu kebaikan baginya atau dihapuskan darinya seribu keburukan.

– Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa bertasbih (Subhanallah) sebanyak tiga puluh tiga kali, bertahmid (Alhamdulillah) tiga puluh tiga kali, dan bertakbir (Allahuakbar) tiga puluh tiga kali, kemudian mengucapkan: Laa ilaaha illa Allah wahdahu laa syarikalah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ’ala kulli sya’in qadir, setiap selesai shalat. Maka akan diampuni dosanya meski sebanyak buih di lautan.”(HR Imam Ahmad, Darimi, Malik)

– Tasbih berarti mensucikan Allah dari sifat-sifat makhluk-Nya. Sementara tahmid yaitu memuji Allah, Tuhan semesta alam. Dan takbir adalah mengagungkan kebesaran Allah SWT. Allah berfirman dalam al-Quran: ”Hai orang-orang yang beriman! berzikirlah (mengingat) kepada Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (al-Ahzaab: 41-42).

– Sabda Rasulullah kepada Fatimah dan Ali: ”Maukah kalian berdua Aku ajarkan perkara yang lebih baik dari yang kalian minta? Jika kalian telah berada di tempat tidur bacalah takbir 33 kali, tasbih 33 kali dan tahmid 33 kali. Itu semua lebih baik buat kalian dari pada seorang pembantu.” (HR Bukhori).

– Rasulullah SAW bersabda, “Maukah Aku sampaikan kepada kalian amalan yang dapat melampaui derajat orang kaya dan tidak ada yang mengalahkan derajat kalian sehingga menjadi yang terbaik di antara kalian dan mereka, kecuali mengerjakan amalan berikut, yaitu membaca tasbih, tahmid, dan takbir setiap selesai shalat sebanyak 33 kali.”(HR Bukhori)

– Sabda Nabi SAW: “Setiap kalimat tasbih adalah sedekah, takbir adalah sedekah, tahmid adalah sedekah dan tahlil adalah sedekah.” (HR Muslim)

– Rasulullah SAW bersabda : Ucapan yang paling Allah sukai itu adalah empat : Subhanallah, al-Hamdulillah, Laa Ilaaha Illa Allah, Allahu Akbar. Tidak ada bahaya darimanapun kamu mulai. (HR. Muslim)

– Tidak ada aktivitas yang akan menentramkan hati dan melembutkan jiwa selain senantiasa ingat dan berdzikir kepada Allah. Tak ada aktivitas yang melegakan jiwa dan menyejukkan nurani selain dzikir kepada Allah. Karena itulah Allah menyeru kepada kita agar kita senantiasa berdzikir pada-Nya. “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.(Al-Baqarah : 152).

– Dzikir kepada Allah adalah surga Allah di dunia. Dia indah dan penuh pesona, menakjubkan dan menentramkan. Di dalamnya ada bunga-bunga wangi yang bisa dihirup jiwa. Maka barang siapa yang tidak pernah menginjakkan kakinya di surga Allah (di dunia), maka dia tidak akan pernah menginjakkan kakinya di surga Allah (di akhirat). Dzikir adalah penolong yang melenyapkan kelelahan dan keletihan jiwa dan kehampaan nurani. Dzikir adalah jalan pintas untuk meraih kebahagiaan dan merengkuh kemenangan. Dzikir adalah balsem yang senantiasa memberikan kehangatan rohani dan sekaligus memberikan kesembuhan jiwa.

– Dzikir adalah penerang, dzikir adalah penenang, dzikir adalah penyadar dan senjata ampuh pemusnah kesuntukan pikiran, pelenyap tumpukan duka lara. Orang yang berdzikir kepada Allah akan senantiasa bersinar jiwanya, bercahaya tingkah lakunya.

–  Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.(Al-A’raaf : 205). Dzikir itu makanan jiwa yang harus menjadi konsumsi rutin keseharian kita. Tanpanya jiwa kita akan melemah, semangat kita akan mengendur, cita-cita kita hanya menjadi tujuan pendek dan rendah. Ada kelezatan dalam dzikir yang tidak dimiliki oleh amal-amalnya lainnya. Cicipi dan rasakanlah.

– Dzikir adalah penawar racun orang berdosa, sahabat setia orang yang terputus, harta simpanan orang-orang yang bertawakkal, makanan orang-orang yang penuh yakin, hiasan orang-orang yang menyambungkan diri kepada Allah, prinsip orang-orang yang memiliki ma’rifat, hamparan orang-orang yang mendekat dan minuman segar orang-orang yang mencinta.

– Dzikir adalah energi hidup seorang muslim dan turbin yang menggerakkan jiwa mereka. Ibnu Taimiyah pernah mengatakan kepada muridnya, Ibnul Qayyim tentang dzikir ini : Ini adalah makananku, jika aku tidak makan maka habislah kekuatanku. Hasan Al-Bashri memberikan nasehat kepada kita : Carilah kenikmatan itu dalam tiga perkara : Dalam shalat, dalam dzikir, dalam membaca Al-Quran.

– Dzikir akan membuka kelapangan dada kita. Dalam dzikir terdapat makna-makan sabar dan tawakkal, terkandung makna ridha dan menyerah. Hanya dengan mengingat Allah jiwa kita menjadi jernih dan pikiran kita akan menjadi bersih. Dengan dzikir kepada Allah langkah ke depan menjadi pasti. “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”. (Ar-Ra’d : 28)

– Kegelisahan yang melanda banyak orang di dunia tidak lebih karena mereka telah melalaikan dzikir. Menyedikitkan tasbih, meminilisir tahmid dan mengerdilkan takbir dalam jejak rekam kehidupan mereka. Orang menjadi rakus karena dia tidak tamak untuk berdzikir. Seseorang menjadi berlumur dosa karena dia lupa bertasbih, dia menjadi angkuh karena kalimat tauhid yang dibacanya tidak lagi menggedor kesadaran dirinya bahwa dia hanyalah seorang hamba

– Kejahatan para penguasa muncul karena mereka jarang bertasbih, pemelintiran agama hadir di kalangan ulama karena tasbih mereka mungkin mulai tak jujur. Tahmid mereka mulai mengendur. Kecurangan pemimpin bisa saja karena malam mereka tidak pernah berdenyut dengan tasbih dan tahmid, fajar mereka tidak pernah hidup dengan kalimat tauhid. Maka jadilah mata hati mereka semakin legam, jiwa mereka semakin gosong, pandangan nurani mereka menjadi pendek. Padahal ada waktu untuk merayu Allah di saat fajar akan menjelang, di saat manusia-manusia yang tidak bersemangat, beristirahat dan tidur lenyap menikmati malam. Saat itu ucapan cinta kepada Sang Maha Pencinta harus diungkap. Karena cinta kita akan menarik cinta-Nya, rayuan kita akan membangkitkan cinta-Nya. Hidup ini harus kita maknai melalui tasbih, tahlil dan tahmid serta takbir kita yang tiada henti. Sampai mati.

Dari hadist diatas dapat kita ambil hikmah. Betapa banyak sekali keutamaan berdzikir membaca tasbih, tahmid dan takbir. Dengan cara banyak berdzikir, akan timbul rasa takut kepada Allah dan buahnya itu kita bisa menjalankan semua perintah dan larangan Allah. Maka, kita senantiasa mendawamkan amalan dari Rasulullah ini dan kita berharap, dapat mencapai keberkahan hidup dan senantiasa menjadi hamba yang tidak merugi

BACA DZIKIR INI AGAR DIDATANGI SERIBU KEBAIKAN DALAM SEHARI



Mari tenangkan diri sejenak. Lekaslah mengambil air wudhu untuk sucikan diri. Kemudian, dalam hening dan tunduk yang mulai melingkupi, mari tetap tundukkan diri, pikir dan jiwa kepada Allah Yang Mahakuasa. Mari insyafi semua khilaf dan dosa yang sudah pasti tak terbilang jumlahnya.

Tak ada manusia yang sempurna. Semua kita diciptakan dengan sifat keluh kesah, salah dan khilaf. Karenanya, kita butuh Allah Ta’ala. Kita membutuhkan-Nya dalam tiap jenak kehidupan; dalam berbaring, duduk dan berdiri. Sebab tanpa-Nya, apalah artinya diri yang amat lemah nan tak berdaya ini.

Kita butuhkan Allah Ta’ala, karenanya, kita harus senantiasa mengingat-Nya; sepanjang hari, selama nafas dikandung raga. Mengingat Allah Ta’ala, bagi manusia, seperti air bagi ikan. Sebab itu, siapa yang mengaku manusia, atau terlihat seperti manusia, namun tak ada sedikit pun dzikir dalam dirinya, maka ia tak ubahnya benda mati; ada dan tiadanya sama saja.

Dzikir adalah satu di antara bukti cinta. Orang beriman yang mencintai Allah Ta’ala, maka ia banyak mengingat-Nya dengan nama-nama-Nya yang Agung. Allah, Allah, Allah. Itulah kata nan mulia yang senantiasa ada di dalam benak dan batinnya.

Maka sampailah kepada kita satu riwayat yang amat mulia. Satu riwayat yang nilainya seribu kebaikan. Bukan, bukan seribu kebaikan dalam seribu hari; melainkan seribu kebaikan dalam satu hari.

Ketika itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bertanya kepada sahabat-sahabatnya, “Apakah di antara kalian tidak ada yang mampu mendapatkan seribu kebaikan dalam sehari?” demikianlah tanya lugas Sang Nabi. Tanya lugas yang maknanya akan senantiasa diamalkan hingga Hari Kiamat.

Sebab tak mengerti, para sahabat pun bertanya kepada kekasihnya itu, “Wahai Rasulullah,” tutur para sahabat, “bagaimana kami mendapatkan kebaikan sebanyak itu dalam sehari?”

Itulah metode pengajaran Sang Nabi. Beliau biasa menggunakan dialog dengan sahabat-sahabatnya. Bukan untuk menunjukkan kepandaian, tetapi untuk menjalin interaksi yang akrab dengan sahabat-sahabatnya yang mulia.

“Bertasbihlah seratus kali dalam sehari,” jawab Rasulullah menerangkan. Sebab, dengan membaca seratus tasbih, “akan mendatangkan seribu kebaikan,” atau, pungkas Rasulullah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim ini, “menghapuskan seribu kesalahan yang dilakukan.”

Kamis, 29 Januari 2015

MAHAR-MAHAR UNIK DI ZAMAN RASULULLAH

Terkadang, seorang pria tidak berani menikah karena alasan mahar. Padahal, selain di satu sisi Islam sangat memuliakan wanita dengan mewajibkan seorang suami memberikan mahar kepada istrinya, di sisi yang lain Islam tidak memberatkan pria dengan mahar yang tidak terjangkau.

Berikut ini contoh-contoh mahar di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bukan hanya tidak memberatkan pengantin, tetapi juga unik.

SEPASANG SANDAL
Di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ada pernikahan yang maharnya sepasang sandal. Hal itu terjadi pada seorang pengantin muslimah dari Bani Fazarah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri yang bertanya kepada perempuan tersebut apakah ia ridha dengan mahar yang akan diberikan calon suaminya berupa sepasang sandal. Ia pun menjawab bahwa dirinya ridha. Masya Allah… unik dan luar biasa.

Ibnu Majah, Tirmidzi dan Ahmad meriwayatkan hadits ketika Rasulullah bertanya kepada wanita tersebut.

عَنْ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ بَنِى فَزَارَةَ تَزَوَّجَتْ عَلَى نَعْلَيْنِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَرَضِيتِ مِنْ نَفْسِكِ وَمَالِكِ بِنَعْلَيْنِ . قَالَتْ نَعَمْ. قَالَ فَأَجَازَهُ
Dari Amir bin Rabi’ah bahwasanya ada perempuan dari Bani Faza’ah dinikahkan dengan mahar sepasang sandal. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya, “Apakah engkau meridhakan dirimu dan apa yang kau miliki dengan sepasang sandal?” perempuan tersebut menjawab, “ya” Rasulullah pun membolehkannya. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad; shahih))

CINCIN BESI
Rasulullah sangat mempermudah sahabatnya untuk menikah. Maharnya pun disesuaikan dengan kemampuan calon suami, asal istri ridha menerimanya. Selain ada pernikahan yang maharnya sepasang sandal, ada pula pernikahan di zaman Rasulullah yang maharnya ‘hanya’ sebuah cincin besi.

Rasulullah menegaskan bolehnya mahar dengan cincin besi bagi sahabatnya yang tidak memiliki harta

أَعْطِهَا وَلَوْ خَاتَمًا مِنْ حَدِيدٍ
“Berikanlah kepadanya (mahar) meskipun hanya sebuah cincin besi” (HR. Bukhari – Muslim)

BAJU BESI
Islam sangat memudahkan mahar dalam pernikahan. Selain bisa dibayar tunai, Rasulullah juga memperbolehkan mahar dibayar kemudian.

Jika mahar sepasang sandal dan cincin besi tersebut terjadi pada pernikahan orang lain dan dibayar tunai, mahar baju besi diberikan Ali radhiyallahu ‘anhu kepada Fatimah radhiyallahu ‘anha, putri Rasulullah, beberapa waktu setelah akad nikah.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ لَمَّا تَزَوَّجَ عَلِىٌّ رضى الله عنه فَاطِمَةَ رضى الله عنها قَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَعْطِهَا شَيْئًا . قَالَ مَا عِنْدِى. قَالَ فَأَيْنَ دِرْعُكَ الْحُطَمِيَّةُ
Dari Ibnu Abbas bahwasanya ketika Ali radhiyallahu ‘anhu menikahi Fatimah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya, “Berikanlah ia (mahar) sesuatu”. Ali menjawab, “Aku tidak memiliki apa pun” Lalu Rasulullah bersabda, “Berikanlah baju besimu” (HR. An Nasa’i)

MEMBACAKAN AL QUR’AN
Ada pula sahabat yang tidak memiliki apa pun. Bahkan cincin besi pun ia tidak punya. Maka Rasulullah pun bertanya apakah ia hafal ayat-ayat Al Qur’an. Kemudian beliau menyuruh sahabatnya itu untuk membacakan beberapa ayat Al Qur’an yang dihafalkannya sebagai mahar.

مَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ . قَالَ كَذَا وَكَذَا . قَالَ فَقَدْ زَوَّجْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ
“Apakah engkau hafal ayat-ayat dari Al Qur’an?” Laki-laki itu menjawab, “Saya hafal surat ini dan surat ini”. Lalu Rasulullah bersabda, “Aku akan menikahkan kalian berdua dengan mahar ayat Al Qur’an yang ada padamu” (HR. Bukhari dan Muslim)

MENGAJARKAN AL QUR’AN
Jika mahar membaca hafalan Qur’an sering pula dilakukan oleh aktifis dakwah di zaman sekarang, pada zaman Rasulullah ada juga pernikahan yang maharnya adalah mengajari Al Qur’an. Dalam riwayat Abu Hurairah, jumlahnya 20 ayat. Ya, mengajarkan Al Qur’an 20 ayat.

عَلَّمَهَا مِنَ الْقُرْآنِ . وَفِيْ رِوَايَةِ أَبِيْ هُرَيْرَةَ إِنَّهُ قَدَّرَ ذَلِكَ بِعِشْرِيْنَ آيَةً
“Ajarkanlah kepadanya ayat-ayat Al Qur’an” Dalam riwayat Abu Hurairah disebutkan “Jumlah itu ada dua puluh ayat”

MASUK ISLAM
Yang paling unik dari semua mahar tersebut adalah maharnya Abu Thalhah kepada Ummu Sulaim. Apa itu? Maharnya adalah masuk Islam.

Ceritanya, Abu Thalhah yang saat itu duda melamar Ummu Sulaim yang saat itu janda karena suaminya meninggal. Abu Thalhah orangnya tampan, kaya dan memiliki kedudukan terhormat. Sayangnya, ia masih musyrik.


Maka menjawab lamaran Abu Thalhah, Ummu Sulaim menjawab, “Engkau adalah laki-laki yang lamarannya tidak layak ditolak. Tetapi sayangnya engkau masih kafir sedangkan aku adalah wanita muslimah” Maka kemudian Abu Thalhah masuk Islam dan itu sebagai mahar pernikahan keduanya.

Negara Tanpa Polisi ??

Negara adalah sebuah wujud nyata dari sebuah komitmen dari masyarakat untuk eksis sebagai sebuah wujud kesatuan, rakyat dengan wilayahnya dan pemerintahan di depan rakyatnya, dan wilayah lain serta negara lain. Eksistensi sebuah negara terbangun dari kebersamaan rakyat dan pemerintah, dalam menjaga dan mewujudkan kehidupan masyarakat negaranya yang adil, makmur dan sejahtera. Tanpa kebersamaan tersebut maka sebagai wujud negara bisa dikatakan sudah tidak bernegara. Hal ini bisa berarti bahwa terjadi perpecahan di dalam wujud negara, bisa dari pegawai pemerintah, pegawai oknum pemerintah, rakyat ataupun negara lain dalam satu wujud negara atau dari bagian wujud negara.
Perubahan sebuah negara selain disebabkan oleh hilang dan atau bertambahnya wilayah juga bisa disebabkan oleh kekecewaan dari rakyat. Dan hal ini berbeda dengan kekecewaan pemerintah. Kekecewaan pemerintah lebih pada sebuah kebijakan sebagai wakil dari seluruh rakyat dalam sebuah negara, jadi perkataan pemerintah adalah perkataan rakyatnya. Namun disaat perkataan pemerintah sudah tidak sebagai perkataan rakyat maka yang kecewa bukan pemerintah melainkan rakyat. Dan sebaliknya disaat itu pemerintah juga merasakan kecewa karena rakyatnya tidak mau mengakuinya sebagai wakil rakyat atau penyalur lidah rakyat (mengambil istilah di orla). Salah satu cara pemerintah agar tetap menjadi penyalur lidah rakyat adalah menggunakan pegawai pemerintah berupa polisi (terkusus polisi anti huru hara) untuk meredam aksi dan kekecewaan rakyat. Rakyat yang kecewa dan marah di balas dengan kemarahan pegawai pemerintah yang digunakan oleh pemerintah dengan kemarahan pula. Dan korban berjatuhan baik dipihak rakyat maupun dipihak pegawai. Perpecahan negara seperti ini disebut dengan konflik internal negara, yang bisa terjadi antara rakyat dengan rakyat atau rakyat dengan pemerintah. Namun sebagai sebuah negara masih utuh yaitu ada kesatuan wilayah, rakyat, dan pemerintah dan tidak bisa dibilang negara terpecah. Negara akan menjadi terpecah disaat kekecewaan itu kemudian menjadi pemberontakan, artinya rakyat yang kecewa melakukan aksi kekecewaannya itu dengan tidak mengakui pemerintahan dan mendeklarasikan pemerintahan sendiri. Sehingga ada negara di dalam negara.
Dalam kehidupan bernegara di Indonesia, rakyat sebagai obyek pemerintahan dan pegawai pemerintah sebagai subyeknya. Dalam arti bahwa jalannya negara itu di kelola dan dijalankan oleh pegawai pemerintah dan sebagai penerima hasil kerja pegawai adalah rakyat. Ini adalah istilah yang langka, dalam arti bahwa bentuk kekecewaan rakyat bisa jadi berasal dari makna pemerintahan yang sudah berubah. Sehingga rakyat dijadikan subyek pelaku pemerintahan sedangkan pegawai pemerintah sebagai penikmat hasil kerja rakyat. Istilah yang terbalik ini bisa dilihat pada jaman pemerintahan Belanda di Indonesia dengan segala macam sistem yang mereka terapkan selama katanya 350 tahun, pemerintahan Jepang di Indonesia yang katanya berumur seumur jagung, 3 ½ tahun, dan jaman-jaman sesudahnya sampai saat ini yang katanya jaman setelah kemerdekaan RI menjadi NKRI atau Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada hakikatnya arti sebuah negara adalah terbentuk karena memiliki wilayah, memiliki pemerintahan, dan memiliki rakyat yang bertekat untuk menjadi negara dan mendapatkan pengakuan dari negara lain dan dunia internasional. Pemerintahan dari sebuah negara merupakan pengemban amanah untuk menjalankan pemerintahan dari tingkat rendah sampai tingkat negara. Kekuasaan pemerintahan yang dimiliki digunakan semaksimal-maksimalnya untuk mensejahterakan rakyat. Pada zaman kolonial pemerintahan banyak menyengsarakan rakyat sehingga pemerintah membentuk badan polisi untuk mengendalikan rakyat yang bergejolak. Dan ternyata sampai saat ini polisi masih dipertahankan padahal dalam sejarah bangsa ini, rakyat adalah yang menjadi pemilik negara ini. Dan telah konsisten untuk menjadikan negara ini berdasarkan hukum bahkan untuk bisa didasarkan atas agama. Sehingga kesalahan dari semua anggota negara termasuk pemimpin bisa dihadapkan kepada institusi hukum atau didepan hukum agama. Dan hal ini terhalang oleh adanya polisi yang tidak memiliki hak untuk menjatuhkan hukuman dan penyelidikan, namun semua adalah dikembalikan kepada hukum di pengadilan berdasarkan saksi. Tanpa ada olah TKP, rekayasa, dan salah tangkap.
Dulu polisi banyak ditugaskan untuk menjaga obyek-obyek negara dan pemimpin negara, agar terhindar dari serangan kolonial dan pemberontak. Dan adanya polisi sekarang juga tidak lepas dari tugas itu. Dan rakyat dijadikan obyek sebagai yang dicurigai akan mengadakan pemberontakan dan pembangkangan kepada pemimpin-pemimpin negara. Sekarang polisi mengatakan sendiri repot jika menjaga pemimpin, padahal pemimpin sekarang tidak ingin dijaga karena ingin dekat dengan rakyat. Kenapa mempertahankan polisi?
Sungguh miris mengikuti kerja polisi yang tersiar dari TV, salah tangkap padahal yang ditangkap sudah dipaksa dan diinterogasi, diintimidasi apakah ini bukan pelanggaran HAM? Apakah atas nama tugas dari negara mereka terlepas dari hukum? Sebagai negara yang berdasarkan hukum semua warga negara tidak ada yang kebal hukum sekalipun Presiden. Tirulah zaman-zaman Ke nabian Muhammad saw, kekhalifahan, semua kembali kepada hukum. Di zaman Nabi Muhammad saw, beliau mengatakan seandainya Fatimah anakku mencuri maka aku akan potong tangannya. Di zaman Khalifah Ali, beliau rela menerima hasil keputusan Hakim yang memenangkan pencuri baju besinya karena saksi dari pihak Khalifah Ali tidak bisa diterima karena masih saudara dekat (anaknya sendiri). Mana pengadilan yang seperti ini di Indonesia yang diproklamasikan sejak 1945 ini? Dan mana pemimpin yang bisa seperti mereka?
Coba kita perhatikan PAPUA, Bumi yang kaya tapi miskin, negeri yang damai tapi mematikan. Bumi yang dihuni manusia-manusia tanpa teknologi perang canggih, tapi di sanalah polisi yang terlatih dan dilengkapi senjata menjadi bulan-bulanan pembunuhan.
Dalam satu bulan terakhir, setidaknya tiga polisi tewas dibunuh di Papua. Pembunuhan pertama terjadi 7 November terhadap AK Dominggus Awes, Kapolsek Mulia, Kabupaten Puncak Jaya. Dia ditembak mati oleh penyerang yang merampas senjatanya. Pembunuhan kedua terjadi 3 Desember di distrik yang sama. Dua anggota Brimob Bripda Feerly dan Bripda Eko tewas dihajar anak panah para penyerang dari perbukitan. Polisi sampai hari ini belum bisa menangkap para pelaku dua pembunuhan tersebut. Situasi Papua akhir-akhir ini memang dilematis. Dibilang aman, tidak! Dibilang perang, pun tidak! Situasi mendua beginilah yang membuat kepincangan persepsi.
Pemerintah meningkatkan jumlah personel polisi dan tentara ke Papua. Karena Papua dipersepsikan aman dan damai, pengerahan itu dikecam sebagai langkah represif. Pembunuhan terhadap dua anggota Brimob justru terjadi di tengah pengerahan pasukan ke Papua.
Trauma militerisme selama tiga dasawarsa era Orde Baru rupanya begitu mencekam sehingga publik kini belum juga rela berpihak kepada polisi yang selama Orde Baru adalah bagian dari tentara. Dengan demikian, kekerasan dan pembunuhan terhadap polisi dianggap wajar, sementara kekerasan terhadap warga dengan gampang dianggap pelanggaran HAM.
Organisasi-organisasi kemasyarakatan berteriak lantang ketika seseorang, entah di Papua atau di mana pun, meninggal di tangan polisi. Tetapi, ketika nyawa polisi berjatuhan di Papua, tidak ada suara yang membela. Seakan-akan pembunuhan polisi adalah wajar oleh siapa saja, di mana saja, dan dengan alasan apa saja. Dari perspektif fungsi keamanan yang diemban, polisi harus menjadi kepentingan publik karena fungsi keamanan yang dibebankan kepadanya adalah sebagian dari hak asasi manusia. Dengan demikian, membela polisi adalah juga menjadi kewajiban publik. Hak asasi adalah milik setiap warga negara, termasuk polisi.
Pemerintah harus menegaskan dengan konsekuen situasi di Papua. Jika Papua daerah damai, tidak ada alasan untuk tidak menegakkan hukum di sana. Kekerasan dilawan kekerasan hanya terjadi di wilayah perang. Terlepas dari citra dan perilaku polisi yang belum memuaskan kita semua, polisi sama seperti hakim harus dihormati. Publik harus membayangkan betapa mengerikan sebuah negara tanpa polisi. Karena itu, siapa pun yang membunuh polisi harus dihukum berat.
Menjadi polisi sulit dan mahal. Alangkah naifnya ketika kita membiarkan dan menganggap lumrah nyawa polisi menjadi bulan-bulanan di Papua. Bagi polisi perlu diingatkan, dalam situasi apa pun kesiagaan mutlak. Itulah tuntutan profesionalisme.
10 Negara tanpa Kekuatan Militer
Seperti dikatakan oleh negarawan terkenal George Perancis Clemenceau , “adalah Terlalu serius masalah Perang yang akan dipercayakan kepada militer , ” dan bahkan hari ini, pernyataannya masih berdiri benar. Sementara sebagian besar negara memiliki kekuatan militer yang besar yang mampu menyebarkan dan melindungi pada waktu tertentu ( yang terbesar dan paling terkemuka yang Cina , sekitar 1.600.000 personil militer ) , beberapa negara tidak memiliki militer sama sekali.
Di bawah ini adalah daftar sepuluh negara yang tidak mengatur kekuatan militer antara lain :
1.Kepulauan Solomon
2.Kosta Rika
3.Samoa
4.Palau
5.Andorra
6.Grenada
7.Kepulauan Marshall
8.Liechtenstein
9.Nauru
10.Kota Vatikan

Dampak Dari Meninggalkan Charger di Posisi Terpasang ke Listrik


Sepertinya sudah menjadi kebiasaan banyak orang membiarkan ponsel terhubung ke charger semalaman. Padahal waktu pengecasan ponsel rata-rata hanya membutuhkan waktu 2-3 jam saja. Lalu, berapa banyak listrik yang terpakai jika ponsel kita diamkan dicas sampai pagi? Lalu bagaimana jika charger dibiarkan terhubung ke listrik tanpa ponsel?

Dikutip dari Techradar, menurut profesor Cambridge David MacKay, jika Anda mencabut charger bila tidak sedang digunakan dan dilakukan lebih dari satu tahun, berarti Anda akan menyimpan jumlah energi yang sama yang diperlukan untuk mandi dengan air panas dengan pemanas listrik.

Dengan kata lain, Anda tidak mengkonsumsi banyak listrik dengan meninggalkan charger tercolok. Profesor MacKay mengatakan, Obsesi mematikan charger telepon seperti mengangkat Titanic dari dalam laut dengan sendok teh. Matikan saja, tapi perlu diketahui bahwa itu tidak berpengearuh banyak.” Jika Anda menghubungkan ponsel ke charger, jumlah energi yang digunakan akan meningkat, tapi masih tetap relatif rendah.

Sebuah studi pada 2012 yang dilakukan oleh Lawrence Berkeley National Laboratory mengungkapkan bahwa charger yang terpasang menggunakan rata-rata 0,26 watt. Ketika telepon terhubung ke pengisi daya, jumlah rata-rata listrik yang digunakan naik menjadi 3,68 watt. Setelah telepon telah terisi penuh, angka itu turun ke 2.24 watt. Untuk rumah tangga rata-rata, penelitian menunjukkan biaya rata-rata 5,30 dolar AS atau sekitar Rp60 ribu untuk mengisi smartphone per tahun.

Meski demikian, tidak baik membiarkan ponsel terlalu lama dicas setelah terisi penuh. Kebiasaan ini dapat menyebabkan baterai ponsel Anda tidak tahan lama. Baterai lithium ion, seperti yang banyak digunakan oleh smartphone, tidak terisi 100% dalam jangka waktu yang lama. Para ahli mengatakan bahwa untuk kelangsungan hidup baterai yang optimal, Anda harus menggunakan baterai dalam jangka waktu yang singkat, dan kemudian cas juga dalam waktu yang singkat.

Rabu, 28 Januari 2015

Berkata Baik atau Diam

Puji dan syukur hanya milik Allah Swt. Semoga Allah Yang Maha Menatap, memberikan bimbingan kepada kita untuk menjadi insan-insan yang terpelihara dalam setiap ucapan kita. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Rasulullah Saw. Sang penutup para nabi yang tiada lagi nabi setelahnya.
Allah Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab [33] : 70-71).
Tidak ada satu katapun yang terlontar dari lisan kita kecuali Allah Swt. mendengarnya. Dan, tidak ada satu kata pun yang kita ucapkan kecuali pasti akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.
Oleh karena itu, beruntunglah orang yang senantiasa memelihara lisannya untuk tidak berkata kecuali yang benar dan baik saja. Sungguh beruntunglah orang yang memelihara lisannya untuk jauh dari perkataan yang sia-sia dan tiada berguna. Karena, menghindari ucapan yang sia-sia dan tiada berguna adalah ciri dari keimanan kepada Allah Swt.
Saudaraku, sesungguhnya ucapan kita bisa menunjukkan bagaimana kualitas diri kita. Ucapan kita menunjukkan bagaimana isi kita. Seperti moncong teko, ia hanya mengeluarkan apa yang ada di dalam teko. Maka, ketika kita banyak berkata kotor, kasar, tidak berguna, maka kita sebenarnya sedang menjatuhkan kehormatan diri kita sendiri.
Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap ucapan bani Adam itu membahayakan dirinya sendiri, kecuali kata-kata berupa amar ma’ruf dan nahyi munkar serta berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla.” (HR. Tirmidzi).
Kata-kata itu jika sudah terlontar dari lisan kita, maka ia bagaikan anak panah yang sudah melesat dari busurnya. Ia tak bisa ditarik lagi. Apalagi jika sudah tertancap, maka jika dicabut pun ia akan meninggalkan bekas. Kata-kata yang tidak terjaga, bisa melukai perasaan orang. Dan, jika itu sudah terjadi, meminta maaf pun tidak bisa menghilangkan bekas lukanya. Bagaikan paku yang tertancap di tembok, ketika paku itu dicabut maka bekasnya tetap akan tertinggal di sana.
Oleh sebab itu, hati-hatilah dengan ucapan kita. Hindari celetak-celetuk tak karuan. Kurangi berbicara yang tidak perlu. Karena terlalu banyak berbicara yang tidak perlu akan membuat kita melantur, melebih-lebihkan cerita hingga akhirnya terjebak dalam kubangan dusta.
Lebih mengerikan lagi jika kita terseret pada ghibah. Obrolan-obrolan yang tak terjaga, dibumbui kebohongan yang didramatisir, membicarakan keburukan orang, sungguh bukan semakin kotorlah hati kita dengan noda-noda dosa.
Lisan kita sangat ringan. Tidak perlu tenaga yang besar untuk menggerakkannya. Juga tidak perlu biaya mahal untuk menggunakannya. Namun, dari lisan ini bisa timbul perkara yang luar biasa. Bisa ada orang yang sakit hati karenanya. Permusuhan bisa terpicu disebabkannya.
Bicaralah hanya yang benar dan baik saja. Jika tidak bisa, maka lebih baik diam. Ada sebuah ungkapan, “Diam itu emas”. Benar, ketika dibandingkan dengan berbicara yang berisi keburukan atau kesia-siaan. Sehingga yang terbaik adalah berbicara yang mengandung kebaikan dan kebenaran. Perkataan yang seperti ini menjadi bagian dari kerangka dzikir kepada Allah Swt.
Untuk bisa berkata baik dan benar, kita perlu juga memperhatikan situasi dan tempat. Karena, “Likulli maqaam maqaal, wa likulli maqaal maqaam”, setiap perkataan itu ada tempatnya yang terbaik, dan setiap tempat ada perkataannya yang terbaik.
Artinya, setiap kata yang kita ucapkan perlulah disesuaikan dengan tempat, situasi dan siapa yang kita hadapi. Karena cara berbicara dengan anak-anak tentu berbeda dengan cara berbicara dengan orang dewasa. Berbicara dengan teman kita tentu berbeda dengan berbicara dengan orang tua kita. Jika kita tidak terampil dalam hal ini, maka niat yang benar bisa-bisa memberikan hasil yang tidak efektif.
Subhannallah. Sedemikian agungnya agama kita. Bahkan kepada orang kafir sekalipun, Rasulullah Saw. melarang kita berkata-kata buruk kepada mereka. Setelah perang Badar, Rasulullah Saw. sempat bersabda, “Janganlah kamu memaki mereka dari apa yang kamu katakan, dan kamu menyakiti orang-orang yang hidup. Ketahuilah bahwa kekotoran hati itu tercela.” (HR. Nasai).
Mari kita bersungguh-sungguh menjaga lisan kita dari perkataan yang kotor dan tiada berguna. Jauhkan diri kita dari celetukan-celetukan. Tahan lisan kita dari komentar-komentar yang tidak perlu, ungkapan yang mengutuki keadaan.
Berkata baik dan benar adalah ciri dari orang beriman, semoga kita termasuk di dalamnya. Aamiin yaa Rabbal ‘aalamin.[]

Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.

HAJJAR ASWAD MEWAKILI FUNGSI BLACK HOLE DALAM ALAM SEMESTA

Kita semua tahu bahwa Hajar Aswad hanyalah batu yang tidak memberikan mudorat atau manfaat, begitu juga dengan Ka’bah, ia hanyalah bangunan yang terbuat dari batu. Akan tetapi apa yang kita lakukan dalam prosesi ibadah haji tersebut adalah sekedar mengikuti ajaran dan sunnah Nabi SAW. Jadi apa yang kita lakukan bukanlah menyembah Batu, dan tidak juga menyembah Ka’bah.

Umar bin Khatab berkata “Aku tahu bahwa kau hanyalah batu, kalaulah bukan karena aku melihat kekasihku Nabi SAW menciummu dan menyentuhmu, maka aku tidak akan menyentuhmu atau menciummu”

Allah memerintahkan kita untuk Thawaf mengelilingi Ka’bah dan Dia pula yang telah memerintahkan untuk mencium Hajar Aswad. Rasulullah juga melakukan itu semua, dan tentu saja apa yang dilakukan oleh beliau pastilah berasal dari Allah, sebagaimana yang terdapat dalam firmanNya : “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (QS. An-Najm : 53 ) “.

Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air. Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut ( dari Ka’Bah ) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita.

Teori Black Hole (lubang hitam) dikemukakan lebih dr 200 tahun yg lalu.Pada 1783 , ilmuwan John Mitchell mencetuskan teori mengenai kemungkinan wujud nya sebuah lubang hitam setelah beliau meneliti dan mengkaji teori gravitas Isaac Newton.

Istilah “lubang hitam” pertama kali digunakan oleh ahli fisika Amerika Serikat, John Archibald Wheeler pada 1968. Wheeler memberi nama demikian karena lubang hitam tidak dapat dilihat, karena cahaya turut tertarik ke dalam nya sehingga kawasan di sekitar nya menjadi gelap.

Cara Kerjanya : Massa dari lubang hitam terus bertambah dengan cara menangkap semua materi didekatnya. Semua materi tidak bisa lari dari jeratan lubang hitam jika melintas terlalu dekat. Jadi obyek yang tidak bisa menjaga jarak yang aman dari lubang hitam akan tersedot. Berlainan dengan reputasi yang disandangnya saat ini yang menyatakan bahwa lubang hitam dapat menyedot apa saja disekitarnya, lubang hitam tidak dapat menyedot material yang jaraknya sangat jauh dari dirinya. dia hanya bisa menarik materi yang lewat sangat dekat dengannya.

Hajar Aswad berasal dari surga. Batu ini pula yang menjadi fondasi pertama bangunan Ka’bah, dan ia menghitam akibat banyaknya dosa manusia yang melekat disana pada saat mereka melakukan pertaubatan. Tidakkah orang yang beriman merasa malu, jika hati mereka menghitam akibat dosa yang telah dilakukan. Rasulullah bersabda “Ketika Hajar Aswad turun, keadaannya masih putih, lebih putih dari susu, lalu ia menjadi hitam akibat dosa-dosa anak Adam ( Jami al-Tirmidzi al-Hajj (877) “

Jadi berdasarkan Hadist tersebut Hajjar Aswad menyerap dosa-dosa manusia yang pernah menyentuhnya dan akan menjadi saksi di akhirat nantinya. Hal ini memiliki kesamaan sifat dari Black Hole di Alam Semesta.

Kemudian akan Kami tunjukkan tanda-tanda kekuasaan Kami pada alam dan dalam diri mereka, sampai jelas bagi mereka bahwa ini adalah kebenaran”. (QS. Anfusilat : 53)

Radiasi dari Ka’bah ini tak dapat diketahui tanpa pesawat antariksa abad 20, membuktikan jika Qur’an ialah berasal dari ALLAH, & bukti Qur’an mukjizat sepanjang masa. Kerana banyak ayat yang baru dapat dibuktikan oleh peralatan terakhir, zaman terakhir.

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. QS. 4 An-Nisaa':82

Selasa, 27 Januari 2015

Fadilah QS Al Ikhlas

Surat al-Ikhlas atau Qul Huwallahu Ahad barangkali adalah surat favorit bagi kebanyakan orang (muslim tentunya). Sebab surat ini sangat pendek dan mudah dihafalkan. Karena itu banyak yang menggunakan surat ini untuk mengisi bacaan surat-surat setelah al-Fatihah pada sholat. Apakah anda juga begitu?

Tidak mengapa jika memang iya. Sebab surat al-Ikhlas ini memang banyak fadhilah dan keistimewaannya. Banyak hadis yang menunjukkan akan hal itu.Apa saja ? Berikut ini beberapa keistimewaan surat al-Ikhlas:

1. Surat Al Ikhlas Setara dengan Tsulutsul Quran ?

Hal ini berdasarkan hadits :

Dari Abu Said (Al Khudri) bahwa seorang laki-laki mendengar seseorang membaca dengan berulang-ulang Qul huwallahu ahad. Tatkala pagi hari, orang yang mendengar tadi mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan menceritakan kejadian tersebut dengan nada seakan-akan merendahkan surat al Ikhlas. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat ini sebanding dengan sepertiga Al Quran. (HR. Bukhari no. 6643) [Ada yang mengatakan bahwa yang mendengar tadi adalah Abu Said Al Khudri, sedangkan membaca surat tersebut adalah saudaranya Qotadah bin Numan.]

Begitu juga dalam hadits:

Dari Abu Darda dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Apakah seorang di antara kalian tidak mampu untuk membaca sepertiga Al Quran dalam semalam? Mereka mengatakan, Bagaimana kami bisa membaca seperti Al Quran? Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Qul huwallahu ahad itu sebanding dengan sepertiga Al Quran. (HR. Muslim no. 1922)

An Nawawi mengatakan, dalam riwayat yang lainnya dikatakan : Sesungguhnya Allah membagi Al Quran menjadi tiga bagian. Lalu Allah menjadikan surat Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) menjadi satu bagian dari 3 bagian tadi. Lalu Al Qodhi mengatakan bahwa Al Maziri berkata, Dikatakan bahwa maknanya adalah Al Quran itu ada tiga bagian yaitu membicarakan (1) kisah-kisah, (2) hukum, dan (3) sifat-sifat Allah.

Sedangkan surat Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) ini berisi pembahasan mengenai sifat-sifat Allah. Oleh karena itu, surat ini disebut sepertiga Al Quran dari bagian yang ada. (Syarh Shohih Muslim, 6/94)

Apakah Surat Al Ikhlas bisa menggantikan sepertiga Al Quran? Maksudnya adalah apakah seseorang apabila membaca Al Ikhlas sebanyak tiga kali sudah sama dengan membaca satu Al Quran 30 juz? [Ada sebagian orang yang meyakini hadits di atas seperti ini.] Jawabannya: Tidak. Karena ada suatu kaedah: Sesuatu yang bernilai sama, belum tentu bisa menggantikan.

Itulah surat Al Ikhlas. Surat ini sama dengan sepertiga Al Quran, namun tidak bisa menggantikan Al Quran. Salah satu buktinya adalah apabila seseorang mengulangi surat ini sebanyak tiga kali dalam shalat, tidak mungkin bisa menggantikan surat Al Fatihah (karena membaca surat Al Fatihah adalah rukun shalat, pen).

Surat Al Ikhlas tidak mencukupi atau tidak bisa menggantikan sepertiga Al Quran, namun dia hanya bernilai sama dengan sepertiganya. Bukti lainnya adalah seperti hadits :

Barang siapa mengucapkan () sebanyak sepuluh kali, maka dia seperti memerdekakan empat budak keturunan Ismail. (HR. Muslim no. 7020)

Pertanyaannya : Apakah jika seseorang memiliki kewajiban kafaroh, dia cukup membaca dzikir ini? Jawabannya : Tidak cukup dia membaca dzikir ini. Karena sesuatu yang bernilai sama belum tentu bisa menggantikan. (Diringkas dari Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah 97-98, Tafsir Juz Amma 293)

2. Membaca Al-Ikhlas 10x menyebabkan Allah membangunkan rumah di surga

Sebuah hadis mengatakan :Barang siapa membaca surah al Ikhlash hingga selesai 10x, maka Allah membangunkan baginya sebuah rumah di surga. [HR. Ahmad]

3. Membaca surat Al Ikhlash sebab mendapatkan kecintaan Allah

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdurrahman bin Wahb telah menceritakan kepada kami pamanku yaitu Abdullah bin Wahb, telah menceritakan kepada kami Amru bin Harits dari Sa'id bin Abu Hilal bahwa Abu Rijal Muhammad bin Abdurrahman, telah menceritakan kepadanya dari ibunya Amrah binti Abdurrahman, saat itu ia berada di rumah Aisyah, isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dari Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus seorang lelaki dalam suatu sariyyah (pasukan khusus yang ditugaskan untuk operasi tertentu). Laki-laki tersebut ketika menjadi imam shalat bagi para sahabatnya selalu mengakhiri bacaan suratnya dengan "QUL HUWALLAHU AHAD."

Ketika mereka pulang, disampaikan berita tersebut kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau bersabda: "Tanyakanlah kepadanya kenapa ia melakukan hal itu?" Lalu mereka pun menanyakan kepadanya. Ia menjawab, "Karena didalamnya terdapat sifat Ar Rahman, dan aku senang untuk selalu membacanya." Mendengar itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Beritahukanlah kepadanya bahwa Allah Ta'ala juga mencintainya." (HR. Bukhari)

Ibnu Daqiq Al Ied menjelaskan perkataan Nabi shallallahu alaihi wa sallam Kabarkan padanya bahwa Allah mencintainya. Beliau mengatakan, Maksudnya adalah bahwa sebab kecintaan Allah pada orang tersebut adalah karena kecintaan orang tadi pada surat Al Ikhlash ini. Boleh jadi dapat kitakan dari perkataan orang tadi, karena dia menyukai sifat Rabbnya, ini menunjukkan benarnya itiqodnya (keyakinannya terhadap Rabbnya). (Fathul Bari)

Faedah dari hadits di atas: Ibnu Daqiq Al Ied menjelaskan, Orang tadi biasa membaca surat selain Al Ikhlash lalu setelah itu dia menutupnya dengan membaca surat Al Ikhlash (maksudnya: setelah baca Al Fatihah, dia membaca dua surat, surat yang terakhir adalah Al Ikhlash, pen). Inilah yang dia lakukan di setiap rakaat. Kemungkinan pertama inilah yang nampak (makna zhohir) dari hadits di atas. Kemungkinan kedua, boleh jadi orang tadi menutup akhir bacaannya dengan surat Al Ikhlash, maksudnya adalah surat Al Ikhlas khusus dibaca di rakaat terakhir.

Kalau kita melihat dari kemungkinan pertama tadi, ini menunjukkan bolehnya membaca dua surat (setelah membaca Al Fatihah) dalam satu rakaat. Demikian perkataan Ibnu Daqiq. (Fathul Bari)

Lantas apakah perbuatan orang tersebut perlu dicontoh? Jawabannya, para ulama (semacam Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin) memberi penjelasan bahwa perbuatan semacam ini tidak perlu dicontoh karena beliau hanya menyetujuinya saja, namun bukan bermaksud orang lain untuk mengikutinya dengan membaca Al Ikhlas di akhir bacaan.

Itulah beberapa keistimewaan dan fadhilah surat al-Ikhlas yang bisa saya bagi. Semoga bermanfaat dan kita semua bisa mengamalkan.

Senin, 26 Januari 2015

POLISI....

“Apa yang dipikirkan pertama kali saat mendengar kata POLISI?”

Saya yakin saat ini jawaban yang terbanyak adalah “Pungli, Kasar, dan tidak bersahabat…”

Mengapa bisa demikian?
Mengapa petugas yang profesi utamanya adalah sebagai seorang pelindung?
Sebagai pelayan?
Bahkan sebagai orang yang mengayomi masyarakat mendapatkan predikat seperti itu???

Ironis bukan???

Kali ini penulis mencoba mengajak rekan-rekan semua untuk memahami terjadinya fenomena ini.
Namun sebelum masuk ke materi, mohon hilangkan dulu prasangka buruk rekan-rekan terhadap saya, apabila masih ada pikiran saya hanya mau membersihkan nama Polri belaka. (Karena guru saya dulu bilang, kalau sudah emosi terhadap salah satu guru, maka pelajaran semudah apapun tidak akan bisa diserap.. :-) )

Ok, kita mulai..

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang baru berkembang setelah dijajahan ratusan tahun oleh bangsa Belanda. Bangsa kita umurnya sudah 66 tahun, bisa dikatakan lumayan tua untuk ukuran manusia, namun masih remaja apabila menggunakan standar umur negara-negara di dunia. Kenapa masih remaja? Koq belum “dewasa”?
Hal ini disebabkan hasil produk orde lama telah membentuk masyarakat yang tidak mau memikirkan nasib negaranya, semuanya sudah disetir/diatur oleh pemimpin negara kita dulu. Kalau diibaratkan, masyarakat kita dulu sama seperti “anak-anak”, disuruh ke sana-mau…. disuruh ke sini-mau… Nolak dikit, diomelin! Hehehehe…

Nah.. Sejak era reformasi, semua sekat-sekat perlahan dibuka! Ibaratnya orde lama adalah “Anak SD”, orde baru reformasi ini adalah “Anak SMA”.

Coba ingat sifat anak SMA seperti apa?
– Tidak berpikir panjang
– Diajak kerja kelompok.. =Tidur2an/becanda
– Diajak kerja bakti.. Membersihkan lingkungan sekolah.. =Ngilang
– Diajak latihan baris-berbaris… =Maless banget…
– Disuruh seragam pakai sepatu hitam… =Protes! (Bila perlu pindah sekolah)
– Diajak main? =YES!!!
– Diajak minum? =OK!!!
– Diajak dugem? =MANTAP!!!

Nah… Apa bedanya dengan negara kita saat ini?
– Tidak berpikir panjang = Baru terima BBM atau SMS teror, langsung disebarkan
– Diajak kerja kelompok = Diajak ikut Pemilu (jangankan mempelajari siapa yang diplih, milih aja males…)
– Diajak kerja bakti = Masalah sampah? Jangankan memisahkan sampah organik & non organik.. Buang bungkus permen atau puntung rokok saja orang tua sudah tidak pernah memberi contoh anak-anaknya.
– Diajak latihan bari-berbaris = Sekolah sekarang sudah banyak yang tidak upacara di hari Senin loh…
– Disuruh pakai seragam = Masyarakat diminta untuk memiliki SIM terlebih dahulu sebelum membawa kendaraan, mayoritas menyepelekan, kalau ditilang… Protes!
– Diajak unjuk rasa iming2 duit atau kaos? =YES!!!
– Diajak mendukung sesuatu yang salah di Facebook? =OK!!
– Diajak menyebarkan kejelekan-kejelekan pemerintah/instansi lewat belakang/internet? =MANTAP!!!

Nah loh?!!! Sama saja bukan?

Sekarang saya ajak untuk rekan-rekan menengok Polisi.. Di Inggris ada teori tentang kepolisan secara global mengatakan bahwa, “Polisi adalah bayang-bayang masyarakatnya.” Kalau masyarakatnya “jongkok”, yah polisinya juga ikut jongkok; kalau masyarakatnya “berdiri” yah polisinya juga ikut berdiri… Wajar dong? Bayangan gitu loh…. (gaul mode ON… Hehehehehe…)

Masyarakatnya masih SMA, polisinya juga sekelas SMA.
Di SMA dulu, anak teladan itu sangat minim… yang banyak adalah anak badung, dan anak netral.
Di Polisi juga begitu saat ini.. Banyak Polisi yang TELADAN… namun… masih jauh lebih banyaaaaaaaakkk… yang BELUM TELADAN. Betul kan?

Trus? Bagaimana caranya supaya Polisi menjadi teladan bagi masyarakatnya?

Langkah untuk membangun Polri menjadi dicintai dan disayangi oleh masyarakatnya adalah:
1. Dari internal, mengeraskan komitmen kebersihan dalam sistem rekruitmen Polri, serta doktrin dari pimpinan mengarahkan anak buahnya menjadi polisi yang diinginkan oleh masyarakat.
2. Dari eksternal, masyarakat harus mengenal hukum. Belajar mengenai, “apa yang boleh dilakukan, dan apa yang tidak boleh dilakukan”. Misalnya, kalau semua pelanggar di bumi Ibu Pertiwi ini minta ditilang, bukan minta damai, saya yakin tidak akan ada polisi nakal yang berani cari-cari kesempatan lagi.

BIASAKANLAH YANG BENAR…
JANGAN MEMBENARKAN KEBIASAAN…

Apa sih kebiasaan yang benar itu pak?

– Bawa motor harus punya dan bawa SIM
– Mengendarai motor harus menggunakan Helm
– Mengendarai mobil harus menggunakan sabuk keselamatan
– Unjuk rasa tidak boleh hari libur
– Unjuk rasa tidak boleh di objek vital/pelayana publik
– Unjuk rasa tidak boleh bawa anak-anak
– Unjuk rasa tidak boleh anarkis apalagi membakar-bakar ban
– dsb.

Kalau saya sudah patuhi peraturan, tapi lingkungan mentertawakan saya bagaimana?

Kuatkanlah mental rekan-rekan.. Kita mau jadi orang yang ikut2an, atau menjadi sosok teladan? Sosok teladan di lingkungan yang negatif memang awalnya memang sering dicemooh. Tapi jangan takut! Rekan-rekan tidak sendiri… Banyak dari pembaca blog ini setelah membaca-baca blog, ikut tergugah untuk belajar mengikuti aturan dan memberi teladan di lingkungannya.

Kalau saya sudah patuhi peraturan, tapi ketemu oknum polisi yang nakal bagaimana?

Pastikan nakalnya bukan dipicu oleh rekan-rekan sendiri.. Kalau sudah yakin, tapi tetep ketemu oknum polisi nakal, pelajarilah cara/prosedur melaporkannya ke Provost POLRI.

Di koran saya lihat banyak yang negatif tentang Polisi?

Pandai-pandailah rekan-rekanku semua dalam memilah berita.

Contoh 1:
Fakta: Angka pengungkapan kasus narkoba bulan x lebih tinggi dari bulan y
Tanggapan positif: Polisinya berarti meningkatkan pasukannya di lapangan sehingga banyak tangkapan.
Tanggapan negatif: Kinerja Polri menurun, kasus narkoba meningkat.

Contoh 2:
Fakta: TSK pencuri semangka disidangkan
Tanggapan positif: Polisi belajar tegas, tidak peduli umur yang sudah tua atau alasan apapun, yang namanya “mencuri” tetap saja “mencuri”.
Tanggapan negatif: Polisi memeriksa seorang nenek yang hanya mencuri buah semangka.

Contoh 3:
Fakta: Foto unjuk rasa yang memperlihatkan polisi menendang/melempar sesuatu ke arah massa unjuk rasa.
Tanggapan positif: Pasti kelewatan pengujuk rasa itu, sampai bisa memancing emosi petugas seperti itu.
Tanggapan negatif: Kekerasan polisi terhadap pengunjuk rasa tidak pernah berakhir.

Contoh 4:
Fakta: Polri memecat sejumlah oknum dengan tidak yang terbukti menyalahgunakan narkotika
Tanggapan positif: Polisi hebat! Berani memecat anggota nya dan dipblikasikan.. Instansi lain belum ada yang berani seperti ini.
Tanggapan negatif: Mental Polri merosot?! Akan dikemanakan mental Polisi Indonesia?

Nah.. Dari keempat contoh di atas, tanggapan manakah yang pasti laku untuk dijadikan headline di koran? Pasti yang NEGATIF.. Kenapa? Karena………….. Sudah resiko jadi polisi, kalau bagus – sedikit yang komentar, kalau jelek – dicaci maki habis2an. Hehehehe..

Mari bersama kita belajar netral menghadapi suatu permasalahan, agar kepala selalu dingin. (Prosesor Intel Pentium atau AMD akan melambat kinerjanya apabila suhu di lingkungannya meningkat, sama halnya dengan kepala manusia, kalau suhu emosi berhasil ditingkatkan oleh media massa, maka pikiran jernih masyarakat akan tenggelam)

Apakah bisa Polisi di Indonesia baik semua?

Apabila rekan-rekan meyakini hal itu…
Maka hal itu pasti terwujud..

Jadi…
Setelah kita bersama mengetahui bahwa Polri saat ini sedang berjuang, bersama dengan masyarakatnya menjadi sosok “dewasa” (Negara Maju).. Kami mohon dukung Polisi Indonesia, menjadi lebih baik..

Sebagai PELAYAN anda semua…

Sebagai PELINDUNG anda sekeluarga…

Sebagai PENGAYOM masyarakat Indonesia…

Pekerjaan/profesi kami mungkin selintas mungkin dipandang sepele oleh rekan-rekan…